Jumat, 02 Maret 2012

KUMPULAN ABSTRAK SEMINAR NASIONAL REVITALISASI PERTANIAN BERKELANJUTAN MENUJU KETAHANAN DAN KEDAULATAN PANGAN, DI UNMUH JEMBER 17 MARET 2012

 



KETAHANAN PANGAN DAN TEKNOLOGI PRODUKTIVITAS MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN INDONESIA

Jaegopal Hutapea dan Ali Zum Mashar
PT Lonping High Tech,Cikarang Jakarta


Abstrak 

Dengan penduduk 216 juta jiwa, Indonesia saat ini membutuhkan bahan pangan pokok sekurang-kurangnya 53 juta ton beras, 12,5 juta ton jagung dan 3,0 juta ton kedelai. Jika tidak diimbangi dengan laju pertumbuhan produksi pangan dalam negeri secara signifikan, dapat menyebabkan ketahanan pangan nasional rendah. Meskipun upaya peningkatan produksi pangan di dalam negeri saat ini terus dilakukan, namun laju peningkatannya masih belum mampu mencukupi kebutuhan pangan dalam negeri karena produktivitas tanaman pangan serta peningkatan luas areal yang stagnan bahkan cenderung menurun. Untuk meningkatkan produksi pangan nasional, dapat dilakukan peningkatan produktivitas dengan menerapkan teknologi produksi antara lain melalui penggunaan pupuk organik/hayati. Pupuk tersebut dapat mengembalikan kesuburan lahan melalui jasa mikroba yang menguntungkan. Sejalan dengan itu, juga perlu dilakukan perluasan lahan pertanian antara lain melalui pengembangan kawasan transmigrasi. 


ANALISA TRADE OFF DALAM PERUBAHAN PROPORSI INPUT PRIMER DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA PERIODE 1990 - 2005
Dhoho Sumarto
PT Agrosentosa,Banyuwangi

ABSTRACTS
This article starts from the fact that agriculture’s role in the Indonesia’s economy is declining every year. This phenomenon, on one side, is in line with the decreasing of primary input to the agriculture sector as well. On the other side, although the quantity of input used is declining, technology development makes the agriculture production is still growing. This condition raises a concern that if the input for agriculture is not decreasing, then of course, the output resulted will be much higher. At the same time, however, it will decrease the input from other sectors and will reduce the output from other sectors. Is the additional output from agriculture sector able to compensate such decline? Therefore, if it is compensated, sustaining the proportion of primary input will result in a more beneficial condition.
In order to examine the above thesis, the Ghosh’s supply side input-output model (1958) will be used, so the variable of primary input will be a changeable variable of exogenous. To assuage the analysis, estimating the quantity of output using technology matrix of the last period (2005) is used. However, the used primary input is relocated by using the proportion of primary input of 1990, 1995, 2005. The estimated output will be used as the basis to conclude which condition is more beneficial. A condition whereby primary input is sustained or the real condition of primary input.
From the conducted simulation, a data is obtained. Such data explains that sustaining primary input in accordance with the proportion of previous period will result in the addition proportion of primary input for agriculture. This addition does not decrease the total output of the economy. .
Keywords: Input-output, agriculture, development, trade-off.    


MODEL  PENGELOLAAN  WANATANI BERBASIS LINGKUNGAN HIDUP
DI DUSUN  BENDOSARI KECAMATAN ARGOMULYO, KOTA SALATIGA
Roberto D. Quintão., Simon Taka Nuhamara., Soenarto Notosoedarmo
UKSW,Salatiga,Solo

Abstrak

Masyarakat di Dusun Bendosari, Desa Kumpulrejo, Kecamatan Argomulyo, Kota Salatiga, merupakan masyarakat yang dinamis. Lahan-lahan tidak produktif diubah menjadi lebih produktif. Batu-batu besar dipecahkan dan disingkirkan, tanaman bernilai ekonomi seperti kopi ditanam bahkan tanaman semusim diusahakan. Banjir dan erosi merupakan bagian dari masalah setiap tahun, utamanya bagi wilayah bagian bawah Dusun Warak. Suatu model pengelolaan agroforestri berbasis rumah tangga yang sedang tumbuh, perlu didukung dengan dasar-dasar teori ilmiah. Pengembangan rorak yang dikombinasikan dengan rekayasa teknik sumur resapan merupakan upaya meredam banjir dan erosi, dan menjamin kesuburan tanah. Pemberdayaan kelompok tani kopi yang secara bersama mengembangkan tanaman keras berupa pohon-pohonan bernilai ekonomi akan menjamin ekonomi keluarga dan pada saat yang bersamaan ikut menyumbang kualitas lingkungan hidup yang sehat bagi masyarakat luas.

Kata kunci: Lingkungan hidup, ekonomi, petani penggarap.


Perlukah Perbaikan Cara Pemupukan untuk Tanaman Tebu?

Dr.rer.hort. Ketut Anom Wijaya
Fakultas Pertanian Universitas Jember

Abstrak
Impor gula terus dilakukan setiap tahun oleh Pemerintah Indonesia untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri yang mencapai angka 3 juta ton/tahun, sedangkan produksi gula nasional hanya sekitar 1,5 juta ton. Tahun 2000, Indonesia tercatat sebagai pengimpor gula terbesar no 5 dunia yaitu sekitar 64% dari kebutuhan. Penyebab dari masalah ini adalah antara lain luas areal tebu yang terus berkurang, rendemen gula rendah (<7%), manajemen tebang angkut yang buruk, teknologi budidaya terutama cara pemenuhan nutrisi tanaman yang tidak akurat. Sampai hari ini cara pemupukan tebu masih menggunakan cara yang tidak akurat yaitu dengan cara mengikuti dosis rekomendasi yang dikeluarkan oleh pabrik gula (PG). Cara ini tidak memperhitungkan N yang terkandung di dalam tanah, padahal tanah mengandung N yang sangat bervariasi. Tanah yang ditanami tebu di daerah Semboro, sebagai contoh, mengandung N mulai dari 217 sampai 532 kg/ha. Pada kondisi tanah seperti ini, petani tebu dianjurkan memberi pupuk ZA sebesar 800 kg/ha samarata tanpa melihat berapa N yang sudah ada di dalam tanah, sehingga tanaman tebu menerima N yang tidak sama (N tanah + N pupuk). Secara fisiologis, tanaman tebu membutuhkan N dalam jumlah tertentu untuk dapat menghasilkan rendemen tinggi. Dengan cara dosis jumlah N tertentu ini tidak akan dapat dicapai. Petani-petani di Eropah menerapkan suplai N akurat pada semua jenis tanaman karena dapat menghemat penggunaan pupuk N, kandungan gula dapat dipastikan sehingga keuntungan besar dapat dicapai. Pada tanaman beet gula dapat dicapai penghematan penggunaan pupuk N sebesar  52 kg N/ha dan peningkatan hasil gula 200-300 kg/ha. Pada blumenkol penghematan bahkan lebih besar yaitu 197 kg N/ha dengan mutu hasil yang sama. Melihat kenyataan dan data-data di atas maka diperlukan metode suplai N yang akurat pada tanaman tebu sehingga rendemen gula dapat ditingkatkan dan produksi dapat memenuhi kebutuhan gula nasional.

Abstract

To sufficient national sugar demand Indonesia have to import about 64% of total sugar demand annually. National demand is around 3 million ton/year, but the national sugar production on the other hand only about 1.5 million ton/year. In 2000 Indonesia was recorded as the big 5 sugar importer the world. The reason why are, sugar cultivation technology particularly nitrogen supply technology is out of date called recommended fertilizer dosage, it causes unaccurate of N supply, sugar rendemen is under 7% (the potential rendemen is 10%), post harvest management is poor (causes sugarcontent lost). Fertilization with recommended dosage does not take the soil nitrogen into account to meet the sugarcane physiological need of N. Many publication paper reported there is big variation of N content in the soil, soil in Semboro for example, deposited 217-532 kg N/ha. In the soil, farmers have to fertilize their sugarcane with 800 kg ZA/ha. It means sugarcane to be oversupplied with unaccurate amount of N. Physiologicaly, sugarcane need N in certain level to able synthesis high level of sucrose, it is impossible to be acheaped by using unaccurate method of N supply. Eropean farmers are use an accurate method in supplying N for their crops because the accurate method able to reduce N fertilizer consume and increase the inner quality of product. On sugar beet, for example, the accurate supply able to reduced 52 kg N/ha and increased sugar yield 200-300 kg/ha. On blumenkol, even reduced 197 kg N/ha without any reducing of yield quality. With those above mentioned facts it is nessasary to develop an accurate method for supplying N.  


Mutasi Gen Dengan Ethyl Methane Sulfonate (EMS) Untuk Memodifikasi Kandungan Asam Fitat dan P anorganik Biji Kedelai (Glycine max L.)


Miswar

Fakultas Pertanian Universitas Jember, Jl. Kalimantan 37 Jember
contact person : mmiswar20@gmail.com

Abstract

Plant seeds accumulate phosphorus in the form of myo-inositol-1,2,3,4,5,6-hexa-kisphosphate, commonly referred to as phytic acid. Phytic acid is found complexed with cationic mineral species in the form of phytate, which is not well digested or absorbed by monogastric species such as humans, poultry, and swine. As a result, soybean [Glycine max (L.) Merr.] has an effective deficiency of phosphorus and other minerals (Mg, Ca, Fe, Mn and Cu) despite high levels of minerals and phosphorus in the seed. Excreted phytate can also contribute to phosphorus contamination of groundwater and eutrophication of  freshwater lakes and streams. Because of the nutritional and environmental problems caused by phytic acid, development of cultivars with low phytic acid (lpa) mutations has become an important objective in soybean breeding programs. Low phytic acid (lpa) mutations induced by treatment of seeds with ethyl methanesulfonate (EMS) have been used to lower phytate levels in soybean. The objective of this research was to develop new genotype of soybean has low phytic acid content. In this research, soybean seeds var. Wilis were submerged in 20 mM EMS solution for ten hours. The results were shown that the mutant soybean No. 29 had the lowest phytic acid (2.09 mg g-1 seed)  , the highest of P inorganic (154,63 μg g-1 seed)  . The other way, The mutant soybean No. 54 had the highest phytic acid ( 3.51 mg g-1 seed) and the lowest P inorganic (6.50 μg g-1 seed) . Based on  SDS-PAGE analysis, one kind of soluble protein of seed of the mutant No. 29 was lost that had molecular weight more than 116 kD. In the future, the mutant soybean No. 29 and 54 will be developed as soybean  low  phytic acid and high phytic acid respectively.

Key words : Soybean, EMS, Phytic acid,  P inorganic, mutation



PENINGKATAN KETAHANAN PANGAN RUMAHTANGGA PETANI MELALUI PERBAIKAN EFISIENSI TEKNIS USAHATANI PADI DI DESA TELANG
Oleh : Elys Fauziyah
Faperta Univ.Trunojoyo Madura

Abstrak
Terdapat beberapa alternatif yang dapat dilakukan untuk meningkatkan ketahanan pangan rumahtangga petani, salah satunya adalah dengan cara meningkatkan efisiensi teknis usahatani yang dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat efisiensi teknis yang telah dicapai oleh petani padi, menganalisis faktor-faktor  yang menjadi penyebab terjadinya inefisiensi teknis,  dan mendiskripsikan upaya yang dapat dilakukan oleh petani padi untuk memperbaiki tingkat efisiensi teknis. Penelitian dilakukan di Desa Telang Kecamatan Kamal terhadap 30 responden yang diambil secara acak.  Data dianalisis dengan menggunakan fungsi produksi frontier stokastik. Hasil analisis menunjukkan bahwa sebagian besar petani padi di daerah penelitian belum berproduksi secara efisien, sehingga petani belum dapat menciptakan ketahanan pangan rumahtangganya secara maksimal. Sedangkan faktor yang menjadi sumber inefisiensi teknis  adalah pendidikan, dummi kelompok tani, dummi teknologi, dan frekwensi penyuluhan pertanian. Dengan demikian  petani dapat meningkatkan ketahanan pangan rumahtanngganya dengan  melakukan perbaikan efisiensi teknis melalui beberapa cara seperti mengikuti pelatihan-pelatihan teknis  yang diselenggarakan oleh Balai Penyuluhan Pertanian (BPP), bergabung dan berperan aktif dalam kegiatan kelompok tani, menggunakan teknologi yang telah direkomendasikan,  dan mencontoh teknologi yang telah dilakukan oleh petani yang sudah mampu mencapai efisiensi teknis.
Kata Kunci : Ketahanan Pangan Rumahtangga Petani,  Efisiensi Teknis.

FARM HOUSEHOLD FOOD SECURITY DEVELOPMENT THROUGH IMPROVEMENT RICE FARMING TECHNICAL EFFICIENCY
IN TELANG VILLAGE

By: Elys Fauziyah

Abstract
There are several alternatives that can be done to improve farm household food security, one of them is increasing the farm technical efficiency. This study aims to analyze the level of technical efficiency that has been achieved by rice farmers, analyze the factors that cause the occurrence of technical inefficiency, and describe the efforts that can be done by rice farmers to improve technical efficiency levels. The study was conducted in Telang Village with 30 respondents drawn at random. Data were analyzed using a stochastic frontier production function. The analysis showed that the majority of rice farmers have not produced efficiently. A source of technical inefficiency factors are education, farmer groups dummy, technology dummy, and frequency of agricultural extension. Farmers can improve food security by increasing technical efficiency such as technical training organized by the Center for Agricultural Extension (BPP), join and actively participate in the activities of farmer’s groups, using technology that has been recommended, and imitate the technology that has been done by the farmers who have been able to achieve technical efficiency.

Keywords: Farm household Food Security, Technical Efficiency.


Membangun Kedaulatan Negara Melalui Kedaulatan Pangan
Fuad Hasan
Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo
HP: 0815 7875 3458

Abstrak
Pangan mempunyai arti biologis, ekonomis, politis, dan sosial. Kedaulatan negara dapat dicapai dengan menjamin ketersediaan pangan dari aspek kuantitas, kualitas, distribusi, keterjangkauan, dan keamanan tanpa merugikan pelaku utama sektor pangan (petani). Konsep ketahanan pangan yang masih membuka peluang impor memberikan dampak negatif yaitu pengurangan devisa negara, ancaman kedaulatan negara, penurunan kesejahteraan petani, dan ancaman krisis pangan karena krisis pangan dunia.
Konsep ketahanan pangan harus diubah menjadi kedaulatan pangan dimana mengutamakan bagaimana pangan ditentukan oleh komunitas secara mandiri, berdaulat, dan berkelanjutan. Kebijakan pangan nasional menjadi steril dari berbagai tekanan pihak asing. Upaya pemenuhan pangan dilakukan dari dua aspek  yaitu 1) aspek konsumsi dengan berusaha untuk  merubah pola makan yang seimbang bagi masyarakat, mendorong untuk mengkonsumsi makanan lokal, dan menggugah kesadaran masyarakat untuk menghindari pemborosan makanan; dan 2) aspek produksi dengan intensifikasi dan ekstensifikasi yang bernilai ekonomi, berwatak sosial, dan tanpa mengorbankan lingkungan.
Kata kunci: kedaulatan pangan, ketahanan pangan, kedaulatan negara

To establish state sovereignty over food sovereignty
Fuad Hasan
Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo
HP: 0815 7875 3458

Abstract
A Foods has a biological sense, economically, politically, and socially. State sovereignty can be achieved by ensuring the availability of food include quantity and quality aspect, distribution, affordability, and seafety  without harming the main perpetrators of the food sector (farmers). The concept of food security that  still  depend on imports  have negative impacts i.e  the reduction of foreign exchange, the threat of state sovereignty, the decline in the welfare of farmers, and the threat of food crisis since the world food crisis.
The concept of food security must be converted to food sovereignty which prioritizes how the food is determined by the community as independent, sovereign, and sustainable. National food policy to be sterile from various foreign pressures. Effort to fulfill the food is done include two aspects: 1) consumption aspects by trying to change that a balanced diet for the people, encouraged to eat local food, and arising  public awareness to avoid wasting food, and 2) the production aspects  by  intensification and extension that having economic value, social character, and without
sacrificing the environment.

Key words: food sovereignty, food security, State sovereignty



REDUKSI ACETYLENE SEBAGAI PENANDA TERJADINYA AKTIVITAS LOKALISASI N-AZOLLA OLEH SIMBION ANABAENA AZOLLA (CYANOBACTERIA) SEBAGAI BIOFERTILIZER ALAMI PADI SAWAH
HUDAINI HASBI)*
*FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
JL.KARIMATA 49 JEMBER,68121,JAWA TIMUR
ABSTRAKS
Reduksi acetylene aerobik (microaerophilie) tergantung pada cahaya dan saturasinya terbaik pada 450 fC. Jumlah maksimum reduksi acetylene didapat pada 60 mmol/mg klorofil-menit. Namun umunya berkisar antara 25 – 30 mmol/mg klorofil-menit. Pertumbuhan Azolla selama 35 hari dengan menambahkan nitrat atau urea sebagai sumber N ternyata menurunkan jumlah reduksi Acetylene kira-kira 30 % jika dibandingkan dengan kontrol yang diberi N. Selama masa pertumbuhan pada media nitrat atau urea (6-7 bulan) menghasilkan penurunan jumlah reduksi Acetylene sebanyak 90%. Penghambatan (inhibisi) 3 (3,4-dichlorophenol) 1,1-dimethylurea (12µM) terhadap reduksi Acetylene terlihat tidak begitu jelas sampai Azolla mengalami deplesi selama proses fotosintesis. Interval waktu yang dibutuhkan selama proses deplesi ini tergantung dari perlakukan sebelumnya dan bervariasi  dari 2 atau > 12 jam. Evolusi oksigen terhambat 75 % selama 10 menit pada konsentrasi yang sama dari 3(3,4-dichlorophenol) 1,1-dimethylurea.Penambahan oksigen 20% mengakibatkan terjadinya penurunan jumlah reduksi Acetylene 30 – 40% dan inhibisi oleh 3(3,4-dichlorophenol)1,1-dimethylurea menjadi lebih cepat pada keadaan anaerobil (microphilie). Jumlah Reduksi Acetylene aerobik-gelap hanya 10-30% nya saja dibandingkan dengan keadaan terang. Aktivitas reduksi Acetylene tidak terjadi pada kavitas yang tak mengandung Cyanobacteria (Anabaena azolla-free) namun terjadi pada isolatnya (Anabaena azollae).Hasil penelitian menunjukkan bahwa Cyanobacteria (Anabaena azollae) adalah agen terjadinya reduksi Acetylene dan mengindikasikan terjadinya proses pertukaran metabolit antara Azolla (Inang) dan BGA (Blue Green Alagae) sebagai simbionnya.

Kata kunci: Reduksi Acetylene; Azolla;Cyanobacteria;Anabaena azollae; deplesi;Aeromicrophilie;inhibisi;agen;metabolit

ACETYLENE REDUCTION AS ASSAYED ON LOCALIZATION OF NITROGENASE ACTIVITY BY CYANOBACTERIA AS A NATURAL BIOFERTILIZER OF PADDY FIELD
HUDAINI HASBI)*
*AGRIC. FACULTY,UNIV. OF MUHAMMADIYAH JEMBER
KARIMATA STREET NO. 49 JEMBER, 68121,EAST JAVA

ABSTRACTS

 Anaerobic (micro-aerophilie) Acetylene reduction by Azolla sp was dependent on light and saturated at approximately 450 foot candles. Maximum rates of acetylene reduction were 60 mmoles/mg chlorophyll.minute. However, rates of 25 to 30 mmoles/mg chlorophyll.minute were more common. The growth of Azolla for 35 days with nitrate or Urea as a nitrogen source decreased the rate of Acetylene reduction approximately 30 % compared to controls grown on nitrogen, Prolonged growth on nitrate or Urea (6-7 months) resulted in  a 90% decrease in the rate of Acetylene reduction. The inhibition of Acetylene reduction  by 3 (3,4-dichlorophenol)1,1-dimethylurea (12µM) was not pronounced until the Azolla became depleted of reserved formed during photosynthesis. The interval  required for this depletion was dependent upon pretreatment and varied from 2 to more than 12 hours. Oxygen evolution was inhibited 75% in 10 minutes by the same concentration of 3(3,4-dichlorophenol)1,1-dimethylyrea. The addition of oxygen 20% volume per volume, resulted in a 30 to 40% decrease in the rate of acetylene reduction and the onset of 3(3,4-dichlorophenol)1,1-dimethylurea inhibition was more rapid than under microaerophilie conditions. The aerobic dark reduction of acetylene was from 10 to 30% of the rate of aerobic reduction in the light. Acetylene reduction activity was absent in fronds freed of the symbiotic algae and present in isolated Anabaena azollae.This study shows that the algae is the agent of Acetylene reduction and suggest that there is considerable transport of metabolites between the Azolla and BGA (Blue Greean Algae).

Key words : Acetylene reduction; Azolla;Cyanobacteria;Anabaena azollae; depletion;Aeromicrophilie;inhibition;agen;metabolites


TEKNIK PERSILANGAN MANGGA (Mangifera casturi) KASTURI SEBAGAI HASIL PERAKITAN BEBERAPA VARlETAS UNGGUL

Muchammad Chabib Ichsan*)
*)Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Jember


ABSTRAK

Mangga Kasturi (Mangifera casturi) merupakan salah satu komoditas hortikultura Indonesia yang mempunyai peranan penting dalam perekonomian nasional sehingga memerlukan teknik perbanyakan tanaman secara khusus seperti teknik persilangan. Percobaan ini bertujuan untuk memberikan informasi tentang teknik persilangan buatan dalam rangka perakitan varietas mangga unggul baru. Informasi tersebut diharapkan dapat memberikan pemahaman tentang pentingnya penyilangan guna meningkatkan mutu buah mangga. Bahan yang digunakan adalah tanaman tetua mangga yang telah berproduksi (berumur 12-15 tahun), yaitu mangga Kasturi dan klon mangga berkulit buah merah yaitu Marifta, Kartikia, Saigon, Haden, Gedong Gincu,  Arumanis, dan Khirsapatimaldah. Berdasakan hasil penelitian diperoleh hasil (1) persilangan pada tanaman mangga merupakan proses penggabungan sifat melalui pertemuan tepung sari dengan kepala putik dan kemudian embrio berkembang menjadi benih. Secara teknis persilangan mangga secara buatan dimulai dengan pemilihan tetua, dilanjutkan dengan kastrasi, bastarisasi, isolasi, dan pemeliharaan, dan (2) persilangan mangga Kasturi dengan klon mangga yang berwarna kulit merah yaitu Marifta, Kartikia, Saigon, Haden, Gedong Gincu, Arumanis, dan Khirsapatimaldah telah menghasilkan tujuh kombinasi persilangan. Persilangan antara Kasturi dengan Haden menghasilkan persentase buah jadi paling tinggi (60%). Untuk mendapatkan varietas unggul baru diperlukan tahapan yang panjang dan waktu yang cukup lama, yaitu (6-20) tahun.

Katakunci : Mangga Kasturi, teknik persilangan, perakitan dan varietas unggul.

ENGINEERING CROSSING MANGO (Mangifera casturi) KASTURI AS A RESULT OF SOME VARlETAS SUPERIOR ASSEMBLING

Muchammad Chabib Ichsan*)
*)Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Jember


ABSTRACT

Kasturi mango (Mangifera casturi) was one of the Indonesian horticultural commodities that have a crucial role in the national economy so requires special techniques of plant propagation such as hybridization techniques. This experiment aimed to provide information on artificial hybridization technique of assembling new superior varieties of mangoes. Such information is expected to provide insight into the importance of crossing to improve the quality of mango fruit. The materials used are plants that have been producing mango elders (aged 12-15 years), namely mango mango clones Kasturi and red-skinned fruit that is Marifta, Kartikia, Saigon, Haden, Gedong Gincu, Arumanis, and Khirsapatimaldah. Based on the research results (1) crosses the mango crop is merging process properties through meetings pollen with the stigma and then the embryo develops into a seed. Technically mango artificially crossing begins with the selection of elders, followed by kastrasi, bastarisasi, isolation, and maintenance, and (2) crosses Kasturi mango with mango-colored clones of red skin that is Marifta, Kartikia, Saigon, Haden, Gedong Gincu, Arumanis, and Khirsapatimaldah has produced seven combinations of crosses. Crossbreeding between Kasturi with Haden produce fruit so the highest percentage (60%). To get the new varieties required a long stage and a long time were (6-20) years.

Keyworld: Kasturi mango, technique of assembling, some varietas superior assembling.
               
IMPLIKASI KEBIJAKAN OTONOMI DAERAH TERHADAP
KINERJA PPL DAN PARTISIPASI PETANI

(Kasus di Kecamatan Kutawaringin, Kabupaten Bandung)

Hepi Hapsari
Jurusan Sosial Ekonomi, Fakultas Pertanian, UNPAD
e-mail : hapsari.hepi@yahoo.co.id


Abstrak.  Kebijakan otonomi daerah dimaksudkan untuk efisiensi dan efektifitas pembangunan secara demokratis.  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) kinerja PPL pasca otonomi daerah, (2) partisipasi petani pasca otonomi daerah, (3) korelasi antara otonomi daerah, kinerja PPL dan partisipasi petani.  Penelitian dilakukan tahun 2009.  Metode penelitian survei eksplanatori.  Respoden penelitian terdiri atas PPL dan petani padi sawah.  Responden PPL diambil secara keseluruhan dan responden petani berjumlah 60 orang diambil secara acak sederhana.  Analisis data secara deskriptif.  Untuk mengetahui hubungan antar variabel menggunakan uji korelasi rank spearman (rs). Hasil penelitian menunjukkan kinerja PPL menurun setelah otonomi daerah karena kurangnya dana dan tenaga penyuluh. Partisipasi petani meningkat setelah otonomi daerah karena program pertanian dilaksanakan sesuai dengan kemauan dan kebutuhan petani.  Kinerja PPL berkorelasi secara nyata (rs = 0,93).  Kebijakan tonomi daerah berkorelasi secara nyata dengan partisipasi petani (rs = 0,75) melalui kinerja PPL. Kinerja PPL sebelum dan sesudah otonomi daerah berkorelasi secara nyata dengan partisipasi petani.  Ini berarti kinerja PPL berperan meningkatkan partisipasi petani.  Bila kinerja PPL setelah otonomi daerah dapat ditingkatkan, maka partisipasi petani akan lebih baik.

Kata kunci :  otonomi daerah, kinerja PPL, partisipasi petani


REGIONAL AUTONOMY POLICY IMPLICATIONS ON PERFORMANCE OF PPL AND FARMERS PARTICIPATION

(Cases in Kutawaringin Sub-district, Bandung District)

Hepi Hapsari
Department Of Social Economics, Faculty of Agriculture, UNPAD
e-mail : hapsari.hepi@yahoo.co.id

Abstract. Regional autonomy policy intended for efficiency and effectiveness of development in a democratic way. This research aims are to find out: (1) ppls performance post regional autonomy, (2) participation of farmers post regional autonomy, (3) a correlation between regional autonomy, the performance of ppl and the participation of farmers. The research was conducted in 2009. The research method was eksplanatori survey. The Respondent of research consists of PPL and farmers of rice field. PPL respondent were all of them and the respondent of farmers totaled 60 people were taken at simple random. Analysis of data was in descriptive. To know the relationships between variables using the spearman rank correlation test (rs). The results showed that PPL performance decreased after regional autonomy because of lack of funds and instructor. Participation of farmers increased after the regional autonomy because the agriculture program was conducted according to the will and needs of farmers. PPL performance significantly correlated (rs = 0.92). Regional autonomy policy correlated significantly with the participation of farmers (rs = 0.75) through performance of the PPL. Performance of ppl before and after the regional autonomy significantly correlated with the participation of farmers. This means the performance of ppl played the role in increasing the participation of farmers. If performance of ppl after regional autonomy can be raised, the participation of farmers would be better.

Keywords: regional autonomy, performance of pp;, participation of farmers


Keterkaitan Antara Ketahanan Pangan dan Adaptasi Petani Padi di Daerah Tercemar Limbah Industri di Jawa Barat
Ahmad Choibar Tridakusumah dan Yayat Sukayat
Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian UNPAD
Jl. Raya Jatinangor –Ujungberung Bandung 40600


Abstrak
Pesatnya pertumbuhan industri di beberapa Kabupaten/Kota di Jawa Barat berperan penting dalam penyerapan tenaga kerja bagi masyarakat, tetapi di sisi lain menimbulkan dampak buruk terhadap  lingkungan terutama limbah industri yang dibuang ke beberapa Daerah Aliran Sungai (DAS) seperti sungai Cimanuk, Citarum dan lain sebagainya.  Hasil penelitian Sudirja (2000) mengungkapkan bahwa pencemaran limbah industri yang terjadi telah mengakibatkan penurunan produktivitas lahan sawah hingga 60 % dan  sebagian besar bulir tidak berisi.  Keadaan tersebut menunjukkan bahwa air sungai yang dipakai untuk mengairi sawah dapat mengakibatkan menurunnya tingkat ketahanan pangan suatu daerah, apalagi daerah tersebut merupakan salah satu sentra produksi padi seperti Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut. Permasalahan lain yang dihadapi petani padi antara lain sangat tergantung pada usaha tanaman padi (berbudidaya padi) dan tidak banyak memiliki pilihan usaha tani lain. Oleh karena itu, meskipun  terdapat masalah limbah industri mereka tetap menanam padi.Tujuan dari kajian ini adalah untuk mengetahui sejauhmana dampak pencemaran limbah industri dan perubahan lingkungan terhadap kehidupan sosial ekonomi petani, strategi adaptasi yang dilakukan oleh petani, serta sejauhmana keterkaitan adaptasi petani tersebut terhadap ketahanan pangan di daerah kajian.  metode penelitian menggunakan metode survey eksplanatori. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pencemaran limbah industri berdampak terhadap aspek sosial, ekonomi maupun fisik. Strategi adaptasi yang dilakukan petani antara lain pengunaan varietas padi unggul seperti Ciherang dan Inpari, teknik pengairan di malam hari, penambahan volume air dan penambahan  pupuk. Selain itu terdapat keterkaitan yang erat antara tingkat adaptasi petani padi dalam mengatasi pencemaran limbah industri dengan ketahanan pangan di daerah kajian.

Kata kunci: Adaptasi Petani, Limbah Industri, Ketahanan Pangan.


The Linkages Between Food Security and Rice Farmers Adaptation in Industrial Waste Contaminated Areas in West Java
Ahmad Choibar Tridakusumah and Yayat Sukayat

Abstract
The rapid industrial growth in several regencies / cities in West Java plays an important role in the employment for the people, but on the other hand cause adverse effects on the environment, especially industrial waste dumped into a river basin (DAS) as the river Cimanuk, Citarum etc.  The results studies from Sudirja (2000) reveals that the industrial waste pollution that occurred have resulted in reduced productivity of paddy fields up to 60% and most of the grains do not contain. Circumstances indicate that the river water used to irrigate the fields can lead to reduced levels of food security of an area, especially the area is a center of rice production such as Bandung and Garut district. Another problem faced by rice farmers, among others, is highly dependent on the efforts of paddy cultivation and not many have the option of another opportunity. Therefore, although there remains the problem of industrial waste they grow rice.The purpose of this study was to determine the extent of the impact of industrial waste pollution and environmental change on social and economic life of farmers, adaptation strategies undertaken by farmers, as well as the extent of farmers' adaptation linkages to food security in the study area. method of explanatory survey research methods.The results showed that the industrial waste pollution impact on social, economic and physical. Farmer adaptation strategies include the use of superior rice varieties such as Ciherang and Inpari, irrigation techniques in the evening, the addition of water volume and the addition of fertilizer. In addition there is a close link between the level of adaptation of rice farmers in dealing with industrial waste pollution in the area of  ​​food security.

Key words: Farmers Adaptation, Industrial Waste, Food Security.



REGENERASI PETANI DAN KETAHANAN PANGAN BERKELANJUTAN: TINJAUAN TEORI DAN PENGAMATAN

Dika Supyandi1)
1)      Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran
dika_supyandi@yahoo.com; dika.supyandi@unpad.ac.id

ABSTRAK

Meregenerasi petani dengan individu yang secara efektif mampu menangani kompleksitas sistem pertanian dan pangan merupakan masalah yang mendesak dalam pembangunan pertanian saat ini. Kita memerlukan tipe “petani baru” dalam menghadapi berbagai ketidakpastian sosial ekonomi, kegagalan pasar dan kelembagaan, hingga dampak yang tak terduga dari perubahan iklim. Kita membutuhkan generasi baru petani yang secara bersamaan memiliki pengetahuan dan keterampilan yang lebih baik dalam teknik pertanian, memiliki pemahaman yang lebih baik dalam mengelola sumber daya ekonomi, juga mampu mengatasi dimensi sosial dalam operasi bisnis mereka. Jika ketahanan pangan didefinisikan tidak hanya dalam aspek penyediaan, tetapi juga kualitas, keamanan, dan keterjangkauan, maka jaminan adanya petani masa depan dengan sejumlah kualitas tadi menjadi keharusan. Di lain fihak, fenomena brain drain pemuda pedesaan dapat menjadi salah satu penghambat potensial bagi tersedianya angkatan kerja pedesaan yang berkualitas. Tulisan ini memperlihatkan secara ringkas jenis lapangan kerja yang tersedia dan potensial dikembangkan di pedesaan; faktor pendorong/penarik dan penghambat pemuda bekerja di pedesaan, khususnya sektor pertanian; kualitas yang harus dimiliki generasi petani masa depan; dan upaya menyiasati dan membalik arah brain drain untuk kepentingan pedesaan, khususnya dalam menjamin ketahanan pangan berkelanjutan. Paper ini merupakan kajian literatur, merupakan refleksi, kontemplasi dan generalisasi dari berbagai hasil penelitian terkait dengan isu di atas.

Kata kunci: regenerasi petani, brain drain, ketahanan pangan


FARMER SUCCESSION AND SUSTAINABLE FOOD SECURITY:
INSIGHTS FROM THEORY AND EXPERIENCE

ABSTRACT

Replacing retiring farmers with individuals who can effectively handle complexities of today’s farming and food systems is an emergent concern in today agriculture development. We need a new kind of farmer in order to face several today uncertainties, from erratic socio-economic circumstances, institutional and market failures to unpredictable impacts of climate change. We need a new generation of farmers who simultaneously has better knowledge and skills in farming techniques, having better understanding in managing economic resources, similarly willing to consider social dimensions in operating their business. As food security is defined not only in terms of supply, but also quality, safety, and affordability, then the guarantee of future farmers with a number of above quality become imperative. On the other hand, the phenomenon of brain drain of rural youth could become a potential obstacle to this qualified rural labor force availability. This paper briefly shows the types of jobs available and potential to be developed in rural areas; factors driving/motivating and inhibiting the youth to work in rural area, especially the agricultural sector; a must-have qualities of future generations of farmers, and efforts to reverse the brain drain for the benefit of rural area, particularly in ensuring sustainable food security. This paper is a literature review, i.e. a reflection, contemplation and generalization of research results relating to various issues above.

Keywords: farmer succession, brain drain, food security



FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETAHANAN PANGAN RUMAHTANGGA PETANI PADA BEBERAPA DESA RAWAN PANGAN DI KABUPATEN KONAWE SELATAN, PROVINSI SULAWESI TENGGARA

Sitti Aida Adha Taridala[1]
[1] Staf Pengajar pada Jurusan/Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Haluoleo Kendari.
E-mail : aidataridala@yahoo.com. Contact : Dr. Ir. Sitti Aida Adha Taridala, M.Si. : 0813 8135 6070


ABSTRAK

Fenomena tingginya kasus gizi buruk di Kabupaten Konawe Selatan merupakan indikasi terjadinya ketidaktahanan pangan di tingkat rumahtangga. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang menentukan ketahanan pangan rumahtangga pada beberapa desa rawan pangan di Kabupaten Konawe Selatan Provinsi Sulawesi Tenggara. Dalam penelitian digunakan analisis kuantitatif, yaitu model persamaan ekonometrikKarena variabel dependennya bersifat biner (dikotomi), maka digunakan model logit. Untuk mengestimasi model logit yang distribusi kumulatifnya tidak linier, digunakan maximum likelihood estimation (MLE). Hasil analisis menunjukkan bahwa pencapaian ketahanan pangan rumahtangga di desa-desa rawan pangan di Kabupaten Konawe Selatan ditentukan oleh variabel-variabel pendapatan perempuan, pendapatan laki-laki, pendapatan bersama (perempuan dan laki-laki), dan pendapatan usahatani, serta ukuran rumahtangga.

Kata Kunci : Ketahanan pangan, model logit, penduga maximum likelihood, pendapatan

ABSTRACT

The phenomena of the high rate of malnutrition cases in the District of South Konawe in South East Sulawesi Province indicate the persistent of food insecurity problems in household level. The aim this study is to analyze factors affecting food security at household level. In this study, econometric approach was used to analyzed the objective.  Due to the dependent variable has biner characteristic, logit model was employed, and since the cumulative distribution of dependent variables was nonlinear, maximum likelihood was employed to estimate the parameter.  The result of this study was factors considered to affect the food security at farmer’s household level were, income of non-farm activities by man and woman, on-farm income, and family size.     

Key words :   Food security, logit model, maximum likelihood estimation, income




Perlukah Perbaikan Cara Pemupukan untuk Tanaman Tebu?

Dr.rer.hort. Ketut Anom Wijaya
Fakultas Pertanian Universitas Jember

Abstrak
Impor gula terus dilakukan setiap tahun oleh Pemerintah Indonesia untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri yang mencapai angka 3 juta ton/tahun, sedangkan produksi gula nasional hanya sekitar 1,5 juta ton. Tahun 2000, Indonesia tercatat sebagai pengimpor gula terbesar no 5 dunia yaitu sekitar 64% dari kebutuhan. Penyebab dari masalah ini adalah antara lain luas areal tebu yang terus berkurang, rendemen gula rendah (<7%), manajemen tebang angkut yang buruk, teknologi budidaya terutama cara pemenuhan nutrisi tanaman yang tidak akurat. Sampai hari ini cara pemupukan tebu masih menggunakan cara yang tidak akurat yaitu dengan cara mengikuti dosis rekomendasi yang dikeluarkan oleh pabrik gula (PG). Cara ini tidak memperhitungkan N yang terkandung di dalam tanah, padahal tanah mengandung N yang sangat bervariasi. Tanah yang ditanami tebu di daerah Semboro, sebagai contoh, mengandung N mulai dari 217 sampai 532 kg/ha. Pada kondisi tanah seperti ini, petani tebu dianjurkan memberi pupuk ZA sebesar 800 kg/ha samarata tanpa melihat berapa N yang sudah ada di dalam tanah, sehingga tanaman tebu menerima N yang tidak sama (N tanah + N pupuk). Secara fisiologis, tanaman tebu membutuhkan N dalam jumlah tertentu untuk dapat menghasilkan rendemen tinggi. Dengan cara dosis jumlah N tertentu ini tidak akan dapat dicapai. Petani-petani di Eropah menerapkan suplai N akurat pada semua jenis tanaman karena dapat menghemat penggunaan pupuk N, kandungan gula dapat dipastikan sehingga keuntungan besar dapat dicapai. Pada tanaman beet gula dapat dicapai penghematan penggunaan pupuk N sebesar  52 kg N/ha dan peningkatan hasil gula 200-300 kg/ha. Pada blumenkol penghematan bahkan lebih besar yaitu 197 kg N/ha dengan mutu hasil yang sama. Melihat kenyataan dan data-data di atas maka diperlukan metode suplai N yang akurat pada tanaman tebu sehingga rendemen gula dapat ditingkatkan dan produksi dapat memenuhi kebutuhan gula nasional.

Abstract

To sufficient national sugar demand Indonesia have to import about 64% of total sugar demand annually. National demand is around 3 million ton/year, but the national sugar production on the other hand only about 1.5 million ton/year. In 2000 Indonesia was recorded as the big 5 sugar importer the world. The reason why are, sugar cultivation technology particularly nitrogen supply technology is out of date called recommended fertilizer dosage, it causes unaccurate of N supply, sugar rendemen is under 7% (the potential rendemen is 10%), post harvest management is poor (causes sugarcontent lost). Fertilization with recommended dosage does not take the soil nitrogen into account to meet the sugarcane physiological need of N. Many publication paper reported there is big variation of N content in the soil, soil in Semboro for example, deposited 217-532 kg N/ha. In the soil, farmers have to fertilize their sugarcane with 800 kg ZA/ha. It means sugarcane to be oversupplied with unaccurate amount of N. Physiologicaly, sugarcane need N in certain level to able synthesis high level of sucrose, it is impossible to be acheaped by using unaccurate method of N supply. Eropean farmers are use an accurate method in supplying N for their crops because the accurate method able to reduce N fertilizer consume and increase the inner quality of product. On sugar beet, for example, the accurate supply able to reduced 52 kg N/ha and increased sugar yield 200-300 kg/ha. On blumenkol, even reduced 197 kg N/ha without any reducing of yield quality. With those above mentioned facts it is nessasary to develop an accurate method for supplying N.  


USAHATANI PADI DENGAN CARA TANAM JAJAR LEGOWO 2 : 1 MENDUKUNG PERBENIHAN DI PROVINSI BALI
S.A.N. Aryawati dan I.B. Suastika
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali Jl. By Pass Ngurah Rai, Pesanggaran, Denpasar Selatan, Bali,8022 E-mail : bptp_bali@yahoo.com


ABSTRAK
Cara tanam adalah salah satu komponen teknologi yang diketahui sangat berpengaruh pada tingkat produktivitas padi disuatu lokasi, yang diharapkan dapat memecahkan masalah kelangkaan benih bermutu untuk mencapai program peningkatan produksi beras nasional (P2BN). Kajian dilaksanakan di tiga lokasi yaitu (1) di Kabupaten Tabanan yang terletak di Subak Guama, Desa Selanbawak, Kecamatan Marga seluas 6 ha (2) di Kabupaten Gianyar yang terletak di Subak Kumpul, Desa Bone, Kecamatan Blahbatuh seluas 8 ha (3) di Kabupaten Jembrana seluas 2 ha di Subak Babakan Pohsanten.  Kegitan dilaksanakan selama dua musim tanam dari bulan Pebruari sampai bulan Desember 2010. Varietas yang digunakan Ciherang, Cigeulis, Inpari 1 dan Inpari 6 dengan melibatkan 64 petani. Sebagian petani menanam dengan cara legowo 2:1 dan sebagian menanam dengan cara biasa atau cara petani. Parameter yang diamati dalam kegiatan ini meliputi keragaan tanaman, komponen hasil dan produksi per hektar dari masing-masing varietas uji yang dilakukan pada saat panen. Sebagai data pendukung juga diamati tingkat serangan hama dan penyakit serta kelayakan ekonomi dengan cara mendata outtput dan input dari masing-masing komponen kegiatan. Untuk mengetahui pengaruh antar perlakuan, pengujian dilanjutkan dengan menggunakan uji jarak berganda (Duncant Multiple Range Test) atau T-test menggunakan program SPSS 11. Hasil penelitian menunjukkan bahwa cara tanam legowo 2:1 memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan produksi padi dibandingkan dengan cara petani. Produktivitas padi yang dihasilkan meningkat sekitar 8-21,4% dibandingkan cara petani. Kelayakan usahatani dengan cara tanam legowo lebih tinggi dibandingkan cara petani di tiga lokasi yaitu: (1) Subak Guama dengan B/C ratio 4,4 untuk legowo 2:1 dan cara petani B/C ratio 3,7 (2) Subak Kumpul dengan B/C ratio 3,1 untuk legowo 2:1 dan cara petani 2,3 (3) Subak Babakan Pohsanten B/C ratio 4,7 untuk legowo 2 : 1 dan cara petani 3,7. Hasil Pengkajian dapat disimpulkan bahwa dengan cara tanam legowo 2:1 lebih menguntungkan daripada cara petani.
Kata kunci : usahatani, jajar legowo 2:1 dan perbenihan


RICE FARMING BY PLANTING PARALLELOGRAM LEGOWO 2 : 1 BALI PROVINCE IN SUPPORTING GERMINATION
S.A.N. Aryawati dan I.B. Suastika
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali Jl. By Pass Ngurah Rai, Pesanggaran, Denpasar Selatan, Bali,8022 E-mail : bptp_bali@yahoo.com

ABSTRACT

Planting method is one of the component technologies that are known to greatly influence the level of productivity of paddy in location, which is expected to solve the problem of scarcity of quality seed to reach the national rice production enhancement program (P2BN). Studies conducted at three locations: (1) in Tabanan Regency, located in Subak Guama, Selanbawak Village, District Marga area of 6 ha (2) in Gianyar regency, which is located in Subak Kumpul, Bone Village, District Blahbatuh area of ​​8 ha (3) in Jembrana area of ​​2 ha in Subak Babakan Pohsanten. Activity of conducted during two cropping seasons from February to December 2010. Varieties used Ciherang, Cigeulis, Inpari 1 and Inpari 6 involving 64 farmers. Some farmers plant by legowo 2:1 and partially planted in the usual manner or means farmer. Parameters observed in this activity include appearance plant, yield components and production per acre of each variety of tests performed at the time of harvest. As supporting data were also observed levels of pest and diseases and the economic feasibility by outtput record and input of each component activity. To determine the effect of inter-treatment, followed by testing using a multiple range test (Duncant Multiple Range Test) or T-test using SPSS 11. The results showed that planting method legowo 2:1 gives a real influence on the growth and production of rice compared with the farmers. The resulting rice productivity increased by about 8 to 21.4% compared to the way farmers. Feasibility of farming by planting legowo higher than the way farmers in the three locations, namely: (1) Subak Guama with B / C ratio 4.4 to 2:1 and the way farmers legowo B / C ratio of 3.7 (2) Gather the Subak B / C ratio 3.1 to 2:1 and the way farmers legowo 2.3 (3) Subak Babakan Pohsanten B / C ratio of 4.7 to legowo 2: 1 and the way farmers 3.7. Assessment results can be concluded that by planting more profitable than 2:1 legowo way farmers.

Key words: farming, parallelogram legowo 2:1 and Germination

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS TANAMAN  MELALUI PERBAIKAN TANAH DENGAN PENAMBAHAN ZEOLIT 
Q. D. Ernawanto1) 
1) Peneliti pada Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur
Jl. Raya Karangploso Km.4  Malang, Tlp.(0341) 494052, Fax (0341) 471255
email : qdadang@yahoo.co.id


ABSTRAK
Salah satu permasalahan yang sering dihadapi para petani dalam mengembangkan usahataninya adalah semakin menurunnya produktivitas lahan. Indikator penurunan produktivitas lahan diantaranya adalah rendahnya nilai kapasitas Tukar Kation (KTK). Pendekatan untuk mengatasi masalah rendahnya KTK tanah di lahan sawah melalui penggunaan Zeolit, pupuk organik, dan pupuk anorganik. Zeolit di bidang pertanian, bermanfaat meningkatkan kadar oksigen terlarut dalam air irigasi lahan persawahan, mampu mengikat logam berat seperti Pb dan Cd, mengikat kation misalnya NH4+, K+, sehingga meningkatkan efisiensi pemupukan, memperbaiki porositas tanah, meningkatkan KTK tanah yang pada akhirnya meningkatkan produktivitas tanaman. Pemberian Zeolit dalam dosis tinggi (di atas 1 t ha-1) dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Aplikasi Zeolit yang diikuti pemberian pupuk anorganik maupun organik dapat meningkatkan efisiensi serapan hara pupuk, memperbaiki struktur dan agregat tanah, meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) yang mencegah pencucian hara dalam tanah.  Beberapa hasil penelitian dilaporkan penambahan 30% zeolit pada pupuk Urea dapat meningkatkan produksi padi sekitar 10%, penambahan zeolit sebanyak 1.750 kg ha-1 meningkatkan produktivitas kedelai 20,67 %, dan padi sebesar 4,16 %

Kata Kunci :  Zeolit, perbaikan tanah, produktivitas

 ADDITION OF ZEOLIT TO IMPROVE PLANT PRODUCTIVITY
Q. D. Ernawanto1) 
1) Peneliti pada Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur
Jl. Raya Karangploso Km.4  Malang, Tlp.(0341) 494052, Fax (0341) 471255
email : qdadang@yahoo.co.id
ABSTRACT

One of the problems frequently faced by farmers in developing farming is increasingly declining land productivity. Indicators such as decreased land productivity is the low value of Cation Exchange capacity (CEC). Approaches to address the problem of low CEC soil in paddy fields through the use of zeolite, organic fertilizer and inorganic fertilizer. Zeolite in agriculture, they increase levels of dissolved oxygen in water irrigation rice field, able to bind heavy metals such as Pb and Cd, binding of cations such as NH4 +, K +, thereby increasing the efficiency of fertilizer, improve soil porosity, increasing soil CEC, which in turn increases the productivity of plants . Zeolite in the provision of high doses (above 1 t ha-1) can improve the physical properties, chemical and biological soil. Zeolite application followed an inorganic or organic fertilizers can improve nutrient uptake efficiency of fertilizer, improve soil structure and aggregate, increased cation exchange capacity (CEC), which prevents leaching of nutrients in the soil. Several studies reported the addition of 30% zeolite on urea fertilizer to increase rice production by about 10%, the addition of zeolite as much as 1750 kg ha-1 increase the productivity of 20.67% soybean, and rice by 4.16%

Keywords: Zeolite, soil improvement, productivity

PEMANFAATAN KEANEKARAGAMAN MANGGA LOKAL
UNTUK PENINGKATKAN KESEJAHTERAAN KOMUNITAS DI  KEDIRI

Kuntoro Boga Andri, Sudarmadi Purnomo, Hanik Anggraeni, Putu Bagus Daroini
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)  JAWA TIMUR
Jl. Raya Karangploso Km.4, PO Box 188 Malang, 65101,  Indonesia
E-mail: kuntoro@gmail.com

Abstrak
Jawa Timur merupakan pusat dan sumber dari berbagai varietas buah tropika beserta  keanekaragaman hayatinya, dimana hal tersebut memiliki peranan yang signifikan pada produksi pertanian dan perdagangan berskala nasional maupun regional. Sumberdaya genetik buah tropika memiliki peranan yang vital pada sumber pangan dan pendapatan lokal komunitas. Tujuan dari studi ini adalah identifikasi strategi peningkatkan  pendapatan dan ketahanan pangan dari para petani setempat melalui konservasi dan pemanfaatan sumber genetik pohon buah tropika, khususnya mangga, di komunitas Kaligayam, Desa Tiron, Kecamatan Banyakan, Kediri. Pengambilan data diilakukan melalui survey lapang dan FGD  pada bulan Februari 2010 sampai dengan November 2010.  Hasil dari studi memperlihatkan daerah penelitian merupakan pusat keanekaragaman tanaman buah mangga. Tanaman mangga telah berkontribusi besar dalam perekonomian rumahtangga komunitas  baik dari pemanfaatan buah sebagai sumber pangan keluarga, pemanfaatan kayu dan bagian tanaman lain. Dari uji tingkat preferensi, diketahui jenis tanaman mangga yang disukai oleh komunitas, sehingga dapat dilakukan upaya untuk lebih memberi nilai tambah dan  komersialisasi  jenis-jenis mangga yang kurang disukai agar mereka secara sukarela melestarikan tanaman buah mangga tersebut.
Kata Kuci:  konservasi on farm, sumberdaya genetik, tanaman mangga,  pemberdayaan

ABSTRACT
East Java is a centers and source for the varieties of tropical fruits and its wild relative’s biodiversity, which has significat roles on agricultural production and trade in nasional and regional scope. The tropical fruits genetic resources, had a vital roles on nourish and source of income of local people. This study aims to identify the strategy to improve livelihoods and food security of target beneficiaries farmers through the conservation and use of tropical fruit tree genetic resources especially manggo, in Kaligayam community, Tiron Village, Banyakan sub district, Kediri.  Data collected through field survey and FGD during February 2010 to November 2010.  The results  showed that  the studied area is the center of mango tree diversity. Mango tress have  large contribution to the household economy by utilization of community both as a source of family food, the utilization of wood and other tree parts.  Based on preference level test, it is known the types of mango tress which is favored by the community, so it can be an effort to further giving an added value and commercialization of the types of mangoes which are less preferred  to voluntarily conserve the mango trees by themself.
Keywords:  on farm conservation, genetic resources, mango treesempowerment

skenario Peluang Produksi dan Pengembangan
Buah-Buahan Tropis Indonesia sampai dengan tahun 2050
Kuntoro Boga Andri dan Sudarmadi Purnomo
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)  JAWA TIMUR
Jl. Raya Karangploso Km.4, PO Box 188 Malang, 65101,  Indonesia
E-mail: kuntoro@gmail.com
Abstrak
Peluang Indonesia menjadi produsen utama dan pasar produk buah dunia pada era pasar bebas sangatlah besar. Konsumsi dan produksi buah di Indonesia sampai dengan beberapa dekade mendatang akan terus meningkat sesuai dengan meningkatnya kesejahteraan penduduk. Tujuan dari studi ini adalah menentukan keseimbangan  pemenuhan kebutuhan konsumsi lokal dan pertumbuhan eksport, serta membuat  skenario pengembangan dalam dua hal yaitu, penyediaan lahan baru untuk meningkatkan produksi melalui perluasan areal tanam (ekstensifikasi) dan peningkatan produktivitas (intensifikasi) buah tropis Indonesia. Dalam tulisan ini dipaparkan tantangan terbesar pengembangan buah-buahan tropis Indonesia sampai dengan tahun 2050  adalah menekan tingkat kehilangan (waste) produk, dan pemenuhan kebutuhan pasar ekspor serta industri pengolahan yang makin meningkat. Untuk itu, program pengembangan sektor buah nasional dimasa datang perlu pada penekanan upaya penaganan yang baik pada saat panen dan pasca panen. Juga melalui perbaikan kualitas dan mutu buah, perbaikan rantai pasok dan infrastruktur distribusi, insentif ekonomis bagi pelaku agribisnis buah-buahan, disamping tetap menjaga pertumbuhan produksi secara berkelanjutan.
Kata Kunci: buah-buahan tropis Indonesia, sistim produksi, proyeksi pengembangan, kebutuhan lahan

Abstract
During the free markets epoch, Indonesia has an enormous opportunity in the world to become a main producers and marketplace of fruits. The country’s fruits consumption and production up to the next few decades will remain increase in accordance with the growing of people prosperity. Objective of this study is to determined the equilibrium of self-sufficiency of Indonesian tropical fruits, to meets the local consumption and export growth demand, as well as to formulate the scenario approach in two matters i.e, the provision of new land to increase production through expansion of planting areas (extensification), and on the other hand, through increased productivity (intensification). It is illustrates in this article, that the main challenges for the development of Indonesia's tropical fruits up to 2050 are to suppress the level of loss (waste) of products, and fulfillment of export markets supplies and growing manufacturing industry demand. Furthermore, the national fruit sector development program in the future need to emphasize the efforts of good handling during harvest and post harvest, quality improvement and fruit quality, improved supply chain and distribution infrastructure, economic incentives for a fruits agribusiness, as well as maintain  sustainable growth production.
Keywords: Indonesia's tropical fruits,  production systems, the projected development, land needs
ANALISA RANTAI PASOK PISANG AGUNG SEMERU
DARI WILAYAH AGROPOLITAN SEROJA DI LUMAJANG

Kuntoro Boga Andri dan F. Kasijadi
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)  JAWA TIMUR
Jl. Raya Karangploso Km.4, PO Box 188 Malang, 65101,  Indonesia
E-mail: kuntoro@gmail.com

Abstrak
Pisang Agung Semeru merupakan tanaman khas spesifik lokasi yang tersebar di 16 desa di dua kecamatan sentra penghasil utama, yaitu Senduro dan Pasrujambe. Tanaman ini mampu beradaptasi dan tumbuh dengan baik di beberapa wilayah Lumajang, Malang, Jember, Banyuwangi dan Sekitaranya. Tujuan dari penelitian ini adalah identifikasi rantai pasok Pisang Agung Semeru dari wilayah agropolitan Seroja di Lumajang  mulai dari petani hingga konsumen, sehingga dapat diketahui peran, fungsi, dan manfaat dari pelaku rantai pasok dan sistem yang ada. Hasil pengkajian terhadap rantai pasok Pisang Agung dari Lumajang menunjukkan bahwa secara ekonomi agribisnis pisang ini memberikan keuntungan langsung kepada petani setempat dan multiflier effect kepada masyarakat sekitarnya. Sistem pemasaran melibatkan banyak pemain didalamnya yang merupakan kombinasi struktur pasar persaingan sempurna dan kontrak pemasaran. Akan tetapi perlu lebih ditingkatkan nilai tawar dari petani melalui pengembangan kelembagan petani, kelembagaan permodalan dan kelembagaan pemasaran. Disisi lain, pola kemitraan petani dan perusahaan agribisnis, perlu diarahkan pada  suatu legal kontrak yang mengikat lebih kuat kedua belah pihak. Perbaikan teknologi budidaya dan pasca panen perlu terus dilakukan untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas produk.
Kata Kunci: rantai pasok, agropolitan Seroja, Pisang Agung Semeru,  Lumajang

ABSTRACT
Agung Semeru Banana is a site-specific crop which is widespread in 16 villages within two sub districts of main production centers, namely Senduro and Pasrujambe. This crops  is suitably adapt and grow in some areas of Lumajang, Malang, Jember,  Banyuwangi and  it surrounds. The purpose of this study is to identify the  supply chain of Agung Semeru Banana from Seroja Agropolitan areas in Lumajang,  start  from the producer’s farmers to the consumers, so that it can grasp the role, function, as well as  benefits by the actors of supply chain and the existing systems. Results of the supply chain assessment on Agung Semeru Banana from Lumajang has shown that economically this agribusiness provide direct benefits to local farmers and gives multiplier effects to the surrounding community. The marketing system involved many players on the market structure in which is a combination structure of perfect competition and contract marketing. However, it is needed to increase farmers bargaining position through development of farmer’s institution, capital institution and marketing institution. On the other hand, partnership of farmers and agribusiness company, is needed to direct to a legal contract that binds stronger both parties. Technology improvement on cultivation and post-harvest is needed to be continue to improve productivity and product quality.
Key words: supply chain, Seroja  Agropolitan,  Agung Semeru Banana, Lumajang

KAJIAN EFEKTIVITAS PEMBERIAN PUPUK N-P-K  PELANGI  20:10:10  TERHADAP  PENINGKATAN HASIL DAN PENDAPATAN PETANI  PADI SAWAH DI JAWA TIMUR

M. Saeri*) dan Suwono*).
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur
Abstrak
Untuk mengetahui pengaruh pupuk N-P-K Pelangi 20:10:10 terhadap pertumbuhan dan peningkatan hasil padi sawah, telah dilaksanakan percobaan di Desa Klemunan, Kecamatan Wlingi, Kab. Blitar pada musim penghujan (MH) 2007/2008. Percobaan menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) diulang 3 kali. Perlakuanya adalah  pupuk  N-P-K Pelangi (20-10-10) sebanyak 400 kg/ha ditambah 200; 100 dan 25 kg/ha urea pril produk PT. Pupuk Kaltim, diberikan 3 (tiga) kali  yaitu pada umur 0 hst, 25 hst dan 45 hst. (hari setelah tanam) sesuai perlakuan.  sebagai pembanding adalah pupuk  produksi PT. Petrokimia Gresik pada dosis yang setara yaitu 374 kg Urea + 111 kg. SP-36 dan 67 kg KCl per hektar. Varietas padi yang ditanam  adalah Ciherang.  Analisis data menggunakan ANOVA dilanjutkan dengan uji BNT 5%. Kepekaan ekonomi dianalisis dengan  Analisis Input Output.  Hasil pengkajian pemupukan,  N-P-K-Pelangi (20-10-10) 400 kg/ha ditambah dengan 200 kg Urea diberikan 2 kali, memberikan hasil gabah kering panen sebesar 6,42 t/ha, penerimaan usahatani sebesar Rp. 14.766.000,-, keuntungan sebesar Rp.7.446.000,-, dan R/C Ratio sebesar 2,02,  adalah sebanding dan beda tidak signifikan dengan pemupukan 374 kg Urea+111 kg SP-36 dan 67 kg KCl per hektar yang memberikan hasil gabah kering panen sebesar 6,58 ton, penerimaan usahatani sebesar Rp. 15.134.000,-, keuntungan sebesar Rp. 8.284.700,-  dan R/C Ratio sebesar 2,21. Pupuk   N-P-K Pelangi (20-10-10) baik secara teknis maupun secara ekonomis adalah layak untuk digunakan sebagai pupuk majemuk alternatif.
Kata kunci:  Efektivitas, Pupuk,  NPK Pelangi 20-10-10Padi, pendapatan,Petani

EFFECTIVENESS STUDY OF GRANT OF FERTILIZER NPK PELANGI 20:10:10  ON THE IMPROVEMENT OF REVENUE AND RICE FARMERS IN EAST JAVA
 
M. Saeri*) dan Suwono*).
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur
Abstract

To determine the effect of NPK Pelangi 20:10:10 on growth and yield enhancement of rice paddies, has conducted experiments in the Village Klemunan, District Wlingi, Kab. Blitar in the rainy season (MH) 2007/2008. The experimental design was a  randomised blocked design with three replication. Treatments is NPK Pelangi (20-10-10) as much as 400 kg/ha plus 200; 100 and 25 kg/ha of urea pril PT. Kaltim fertilizer products, three times of given,  at the age of 0 dat, d.a.t 25 and d.a.t 45. (days after planting) according to treatment. as a comparison is a fertilizer produced by PT. Petrokimia Gresik at an equivalent dose of 374 kg urea + 111 kg. SP-36 and 67 kg of KCl per hectare. Rice varieties are planted Ciherang. Data analysis using ANOVA followed by LSD 5%. Economic sensitivity analysis with Input Output Analysis. The results of the assessment fertilization with  NPK Pelangi  (20-10-10) 400 kg / ha plus urea 200 kg given two times, giving the profit  of dry grain yield 6.42 t / ha, farmer's  revenue of Rp. 14,766,000, -, a gain of Rp.7.446.000, -, and R / C ratio of 2.02, is comparable and not too different from fertilization with Urea 374 kg +111 kg SP-36 and 67 kg of KCl per hectare gives grain yield of 6.58 tons of dry crops, farm revenue of Rp. 15,134,000, -, a gain of 
Rp. 8,284,700, - and R / C ratio of 2.21.

Keywords: Effectiveness, Fertilizer, 20-10-10 NPK Pelangi, rice, income, Farmers

TINGKAT RISIKO USAHA PEGARAMAN RAKYAT MASA PRODUKSI  2011: SUATU TELAAH DALAM UPAYA MENGURANGI KETERGANTUNGAN IMPOR

Ihsanuddin
Universitas Trunojoyo,Madura
ABSTRAK
            Garam selain digunakan untuk memenuhi kebutuhan industri utamanya adalah untuk memenuhi kebutuhan konsumsi. Kebutuhan garam nasional pada 2010 adalah sebesar 2,9 juta ton dan hanya mampu dipenuhi oleh produksi nasional baik oleh PT. Garam maupun garam rakyat sebesar 1,4 juta ton dan kekurangannya sebesar 1,5 juta ton dipenuhi impor. Sebuah ironi di negeri bahari yang terkenal penuh dengan potensi ini. Penelitian ini bertujuan mengetahui tingkat risiko usaha pegaraman baik risiko produksi, biaya, harga dan pendapatan usaha pegaraman rakyat. Metode analisis yang dipergunakan untuk mengetahui tingkat risiko ini adalah menggunakan koefesien varians. Hasil penelitian menunjukkan bahwa risiko usaha pegaraman baik risiko produksi, biaya, harga dan pendapatan pada masa produksi 2011 adalah rendah.

Kata Kunci: risiko, pegaraman, impor


ABSTRACT
Salt is used to meet the industry need and mainly to consumption need. In 2010, the national need of salt are 2,9 million tons and the national production (PT. Garam and salt people) only amounted to 1,4 million tons and import are 1,5 million tons. An irony in the famous maritime nation that is full of potential. This research has aimed to find out the level of risk (production, costs, price and revenue) people saltern business. Analysis method of this research uses coefficient of variance. The result shows that the level risk (production, costs, price and revenue) people saltern business is low.
Key words: risk, saltern, import                           

POTENSI HASIL UJI GALUR PADI SAWAH PADA MK-1 DI NGAWI
Sugiono dan Amik Krismawati
BPTP Jawa Timur Jl Raya Karangploso Km 4 Malang Tlp.(0341) 494052, fax(0341)471255
Email: bptp_jatim@yahoo.com, Sugiono: astro_bptp@yahoo.co.id

ABSTRAK
            Untuk mendukung ketahanan pangan berkelanjutan Badan Litbang pertanian, mengembangkan inovasi teknologi varietas padi yang tahan terhadap cekanam hama, penyakit dan lingkungan (kekeringan). Karena salah satu faktor utama yang berpotensi untuk meningkatkan produksi padi secara nasional adalah teknologi Varietas Unggul Baru (VUB). Untuk memperoleh calon VUB dilakukan uji produksi galur yang dihasilkan BB-Biogen  pada musim kering-1 (MK-1) 2010 di Kabupaten Ngawi Jawa Timur . Jumlah perlakuan ada 15, jumlah galur yang diuji 13 dan 2 varietas cek/pembanding, rancangan percobaan Acak Kelompok, tiga ulangan. Tujuan penelitian adalah mendapatkan calon varietas yang bisa dilepas menjadi varietas unggul baru dengan potensi produksi tinggi dan  tahan cekaman. Hasil pengamatan  umur tanaman galur dan varietas cek 100-105 hari setelah sebar (hss), tidak ditemukan gejala serangan  hama dan penyakit sampai panen, tinggi tanaman bervariasi antara 67,67 cm -107,33 cm. Produksi uji galur yang setara/diatas cek Ciherang (6,29 t/ha) dan Inpari-1(6,75 t/ha): ada 3 galur: BIO127-BC-WBC (6,24 t/ha) galur tahan WBC, BIO62-AC-BLAS/BLB03 (6,81 t/ha) galur tahan Blas/BLB, dan produksi tertinggi BIO129-BC-WBC (7,11 t/ha) galur tahan WBC. Galur yang tahan kekeringan rata-rata produksinya dibawah varietas cek.
Kata kunci: galur, varietas, produksi

ABSTRACT
To support the food security of sustainable agriculture research and development, technological innovation developed rice varieties resistant to stress pests, diseases and environmental (drought). Because one of the main factors that have the potential to increase national rice production technology is the new superior variety (VUB). To obtain prospective new superior variety production test conducted resulting strain BB-Biogen in the dry season-1 2010 in Ngawi regency of East Java. The number of treatments there are 15, the number of strains tested 13 and two varieties of check/comparison, group randomized experimental design, three replicates. The research objective is to get the candidate varieties that can be released into new varieties with high production potential and stress resistance. Observations age of the plant strains and varieties of 100-105 days after the scatterplot checks, found no symptoms of pests and diseases to harvest, plant height varied between 67.67-107.33 cm. Production test strain equivalent / above checks Ciherang (6.29 t/ha) and Inpari-1 (6.75 t/ha): there are three strains: BIO127-BC-WBC (6.24 t/ha) WBC-resistant strains, BIO62-AC-BLAS/BLB03 (6.81 t/ha) Blas/BLB-resistant strains, and the highest production BIO129-BC-WBC (7.11 t/ha) WBC-resistant strains. Drought-resistant strains of the average production below the check varieties.
Key words: strains, varieties, production


PENGUJIAN STANDAR DAN KHUSUS BENIH PADI, JAGUNG,
DAN KEDELAI HASIL PENANGKARAN PETANI
(Studi Kasus di Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi)

Rudi Hartawan

Prodi Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Batanghari,
Jalan Slamet Riyadi, Jambi 36122
e mail: rudi2810@yahoo.com

Abstrak

Saat ini kegiatan penangkaran benih tidak hanya dilakukan oleh PT. Sang Hyang Seri dan PT. Pertani saja, telah banyak penangkar swasta, bahkan para petani telah melakukan penangkaran benih. Guna memastikan apakah benih yang dihasilkan oleh petani masuk dalam standar mutu, perlu dilakukan pengujian lapang dan laboratorium untuk menentukan apakah benih tersebut layak mendapat sertifikat untuk dipasarkan sebagai benih sebar. Percobaan bertujuan untuk menguji apakah benih padi, jagung, dan kedelai yang ditangkar oleh petani memenuhi syarat. Percobaan telah dilaksanakan pada Bulan Agustus 2011 sampai Januari 2012 di Laboratorium benih BPSB Propinsi Jambi dan Laboratorium Dasar Universitas Batanghari. Percobaan diawali dengan mengambil sampel benih di gudang penyimpanan milik petani. Setiap komoditi diambil 15 sampel yang dianggap sebagai contoh kiriman. Pengujian yang dilakukan adalah uji standar yang meliputi kadar air, persentase benih murni, persentase benih tanaman lain, persentase kotoran benih, persentase benih varitas lain, dan persentase daya tumbuh. Sedangkan pengujian khusus yang dilakukan adalah uji tetrazolium dan bobot 1000 butir.Data hasil pengamatan menunjukkan semua parameter masuk dalam standar, kecuali nilai kadar air benih lebih tinggi dari nilai standar yang ditetapkan, sehingga secara teknis tidak lolos dalam uji sertifikasi.

Kata Kunci : Sertifikasi benih padi, jagung, dan kedelai

Abstract
Nowadays, the activity of extention seed production not only done by PT. Sang Hiang Seri and PT. Pertani, a lot of seed growers, even all farmers have become the seed growers. To ascertain whether seed yielded by growers in quality standard, require to be conducted by a spacious and laboratory by Bureau of seed certification (BPSB) to determine what the seed competent get the certificate to be marketed as extention seed. This study aim to test seeds of rice, maize, and soybean which production by growers up to standard as extention seed. The experiment was carried out at seed laboratory, the BPSB of Jambi Province from August 2011 until January 2012. Seed sampling taking from depository farmers. Each commodity taken 15 samples which is considered to be a example of consignment. Examination the standard test covering water content, pure seed percentage, other seed crop percentage, other seed varieties percentage  and seed germination. The special examination are tetrazolium test and weight of 1000 seeds. Result of this study showed that all of parameters incoming  an standard, except water content, so that technically not get an way in test certification.

Keywords : seed certification of rice, corn, and soybean


PERTUMBUHAN TANAMAN KARET (Hevea brasiliensis Muell Arg) DENGAN TANAMAN SELA  GANYONG (Canna edulis Ker)

L.N.Sulistyaningsih, Umar Harun,Renih Hayati
Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya
Jl.Raya Palembang Prabumulih KM 32 Inderalaya Ogan Ilir  
e-mail:ninik_sulistyaningsih@yahoo.com

                                                        ABSTRAK
            Penelitian ini dilaksanakan di PT. Roesli Taher, Tanjung Raja, Kabupaten Ogan Ilir Sumatera Selatan dimulai pada bulan Juli 2011 sampai dengan Bulan Desember 2011. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengamati pertumbuhan tanaman karet belum menghasilkan (TBM) dengan tanaman ganyong sebagai tanaman sela. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari tiga perlakuan dan tiga ulangan.
            Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan tanaman karet tidak terpengaruh dengan adanya tanaman sela ganyong, ini dibuktikan dengan adanya pertambahan dari lilit batang, jumlah cabang dan lebar tajuk, sedangkan untuk tanaman ganyong dipengaruhi oleh tanaman karet karena adanya penaungan, ini dibuktikan dengan perbedaan tinggi tanaman dan kandungan klorofll ,amilum dan sukrosa daun  pada tanaman ganyong yang ditanam di tegakan tanaman karet yang berumur satu tahun, dua tahun dan tiga tahun.

Kata kunci: Karet muda, tanaman sela , ganyong

THE YOUNG RUBBER PLANTS (Hevea brasiliensis Muell Arg.) INTERCROPPED WITH EDIBLE CANNA(Canna edulis Ker)


L.N.Sulistyaningsih, Umar Harun, Renih Hayati
Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya
Jl.Raya Palembang Prabumulih KM 32 Inderalaya Ogan Ilir  
e-mail:ninik_sulistyaningsih@yahoo.com


ABSTRACT
          This experiment was conducted at PT. Roesli Taher, Tanjung Raja, Ogan Ilir regency South Sumatera  from July 2011 to December 2011. The aim of this experiment was to observe the growth of young rubber plants which intercropped with Edible Canna. The experiment method being used Randomized Block Design with three treatments and three replications.
          The experiment result showed that the growth of rubber plants were not affected by Edible Canna, it was indicated by the increase of girth, number of branches and width of canopy in each observation, on the other hand the growth of Canna was affected by the rubber plants, it was indicated by the differences of plants height , chlorophyll ,amyllum,and sucrose leaf contents in one year, two years and three years of rubber plants.

Keyword:  young rubber , intercropped,edible canna



Pertumbuhan Stum Okulasi Mata Tidur Klon PB 260 dalam  Polibag
yang Ditumbuhkan di daerah Dataran Tinggi*

Lucy Robiartini1**, M.Umar Harun1, Renih Hayati1 Yakup Parto1 
1Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian  UNSRI Jln. Raya Palembang –Prabumulih     km 32 Indralaya , Ogan Ilir  Sumatera Selatan
*Bagian dari Disertasi **alamat korespondensi

Abstrak

Peluang untuk mengembangkan tanaman karet ke wilayah lain, seperti ke daerah dataran tinggi menjadi pertimbangan, mengingat lahan untuk tanaman karet di dataran rendah semakin berkurang, akibat persaingan komparatif dengan komoditas perkebunan lainnya dan juga minat petani kopi didataran tinggi untuk diversifikasi usaha dengan tanaman karet. Penelitian bertujuan untuk mendapatkan informasi pertumbuhan stum okulasi mata tidur klon PB 260 dalam polibeg yang ditumbuhkan di daerah dataran tinggi.  Pelaksanaan penelitian dimulai bulan Mei 2011 sampai September 2011, di Desa Karya Nyata Kecamatan Semendo kabupaten Muaraenim (760 m dpl) dan desa Sembawa Kabupaten Banyuasin (10 m dpl) Provinsi Sumatera Selatan. Pertumbuhan stum sampai stadia satu payung daun menunjukkan bahwa di dataran tinggi pertumbuhan stum mengalami hambatan pada lilit tunas dan jumlah daun.   Hasil analisis karakter fisiologi daun  didapat  kandungan kadar sukrosa, protein, dan pati yang lebih  tinggi, sedang  kadar lemak  lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan stum okulasi mata tidur klon PB 260 yang ditumbuhkan di daerah dataran rendah. 

Kata Kunci :  Hevea brasiliensis, dataran tinggi, stum okulasi mata tidur

The Growth of budded stump Clone PB 260 in upland 
Lucy Robiartini1**, M.Umar Harun1, Renih Hayati1 Yakup Parto1 
1Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian  UNSRI Jln. Raya Palembang –Prabumulih     km 32 Indralaya , Ogan Ilir  Sumatera Selatan
*Bagian dari Disertasi **alamat korespondensi
Abstract

The prospect of rubber crop to another part of Indonesia to be highland should be considered because the suitable area in lowland tend to decrease.  The cause of decreasing of rubber crop area are competition to another industrial crop and farmer interest to change their commodity coffea to rubber. The aim of the research is the collect information about growth of budded stump  clone PB 260 in polybag in highland (760 m ). The research was conducted from Mei 2011 until September 2011, at Karya Nyata Village Semendo Muara Enim (760 m about sea level) and Sembawa village Banyu Asin (10 m about sea level) South Sumatera. The result should the growth of budded stump in highland had slower than in variables,  girth and  number of leave.  Fisiology character  indicated the sucrose, starch and protein were higher, however fat was lower than the leave stump in lowland. 

Key words :  Hevea brasiliensis, highland, budded stump.  

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi  Alokasi Waktu Kerja dan  Konstribusi Pendapatan Rumah Tangga Petani Kelapa Dalam (Cocos nucifera L.) Pada Perkebunan Rakyat Di Berbagai Tipologi Lahan Pasang Surut Provinsi Sumatera Selatan

Yudhi Zuriah WP  1) : M.Yamin 2), Sriati 3), Marwan Sufri 4)
1) Mahasiswa PPS UNSRI ;  2,3,4) Dosen Pembimbing Disertasi

Jurusan Agribisnis STIPER Sriwigama
Jalan Demang IV-Demang Lebar Daun Lorok Pakjo Palembang (30137)
yudhi.wardi@yahoo.com

Abstrak
          Penulisan ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor  yang mempengaruhi  alokasi waktu  kerja  rumah tangga petani dan pendapatan usahatani  kelapa dalam serta konstribusinya terhadap pendapatan rumah tangga keluarga pada perkebunan rakyat di tipologi lahan pasang surut  yang berbeda.  Dalam penelitian ini pemilihan unit sampling dilakukan dengan metode penarikan contoh disproportionate stratified random sampling (Bungin, 2010), berdasarkan pola yang diterapkan oleh petani contoh, yaitu pola monokultur dan polikultur dengan jumlah  sampel yang akan diteliti sebanyak 240 KK.  
      Hasil analisis dengan menggunakan  regresi nonlinier, menunjukkan bahwa secara bersama-sama faktor-faktor yang mempengaruhi alokasi waktu kerja rumah tangga petani kelapa dalam, yaitu  tipe  lahan pasang surut A, B, C, D, tingkat pendidikan, pola usahatani, umur petani, jumlah tanggungan keluarga, pendapatan per kapita, upah tenaga kerja pria dan upah tenaga kerja pria.  Sementara itu hasil analisis pengaruh masing-masing varibel bebas (faktor yang berpengaruh nyata dan positif secara statistik) terhadap alokasi waktu kerja rumah tangga petani kelapa dalam, yaitu tipe lahan pasang surut B dan C, pola usahatani, umur petani,  pendapatan per kapita, dan upah tenaga kerja wanita.  Sedangkan faktor yang tidak berpengaruh nyata secara statistik, yaitu lahan tipe pasang surut A, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga dan upah tenaga kerja pria.
        Pendapatan dan kontribusi pendapatan usahatani  kelapa dalam pada pola monokultur dan Polikultur di lahan pasang surut tipe A dan B lebih besar dibandingkan tipe C dan D.   Konstribusi pendapatan rumah tangga petani kelapa pada pola monokultur dan polikultur  di lahan tipe A dan B tergolong besar, sedangkan pada tipe C dan D tergolong sedang. 




Kata kunci : ”Cocos Nucifera L”, Lahan pasang surut, Alokasi waktu kerja, Pendapatan dan konstribusi pendapatan.

Abstract

      The study is aimed to analyze the determinants of working allocation time and the income and its contribution of the coconut farm households on different typological land area of coconut public plantation on tidal land area. Disproportionate stratified random sampling was used in withdrawing 240 farm households as the samples (Bungin, 2010), in accordance to the applied farming pattern, monoculture and polyculture.
      The result of linier regression analysis showed that the determinants of working allocation time of the coconut farm households included tidal land typologies A, B, C, or D; education level; farming pattern; farmers’ age; number of household members; per capita income; male workers’ wage; and female workers’ wage. Meanwhile, the independent variables which were statistically significant in influencing the working allocation time of the coconut farm household included tidal land typologies B and C; the farming pattern; farmers’ age; per capita income; and female workers’ wage. On the other hand, the independent variables which were statistically insignificant in influencing the working allocation time of the coconut farm household included tidal land typology A; farmers’ education level, number of household member; and male workers’ wage.
        The income and its contribution gained from coconut farming on tidal land typologies A and B for both monoculture and polyculture were higher than the ones gained from typologies C and D.  Income contribution for both monoculture and polyculture on land typologies A and B were categorized as high income contribution, whereas on land typologies C and D were categorized as moderate income contribution. 




Keywords : ”Cocos Nucifera L”, Tidal land, Working time allocation, Income, and Income Contribution

 
PENGUJIAN STANDAR DAN KHUSUS BENIH PADI, JAGUNG,
DAN KEDELAI HASIL PENANGKARAN PETANI
(Studi Kasus di Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi)

Rudi Hartawan
Prodi Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Batanghari,
Jalan Slamet Riyadi, Jambi 36122
e mail: rudi2810@yahoo.com

Abstrak
Saat ini kegiatan penangkaran benih tidak hanya dilakukan oleh PT. Sang Hyang Seri dan PT. Pertani saja, telah banyak penangkar swasta, bahkan para petani telah melakukan penangkaran benih. Guna memastikan apakah benih yang dihasilkan oleh petani masuk dalam standar mutu, perlu dilakukan pengujian lapang dan laboratorium untuk menentukan apakah benih tersebut layak mendapat sertifikat untuk dipasarkan sebagai benih sebar.Percobaan bertujuan untuk menguji apakah benih padi, jagung, dan kedelai yang ditangkar oleh petani memenuhi syarat. Percobaan telah dilaksanakan pada Bulan Agustus 2011 sampai Januari 2012 di Laboratorium benih BPSB Propinsi Jambi dan Laboratorium Dasar Universitas Batanghari.
Percobaan diawali dengan mengambil sampel benih di gudang penyimpanan milik petani. Setiap komoditi diambil 15 sampel yang dianggap sebagai contoh kiriman. Pengujian yang dilakukan adalah uji standar yang meliputi kadar air, persentase benih murni, persentase benih tanaman lain, persentase kotoran benih, persentase benih varitas lain, dan persentase daya tumbuh. Sedangkan pengujian khusus yang dilakukan adalah uji tetrazolium dan bobot 1000 butir.Data hasil pengamatan menunjukkan semua parameter masuk dalam standar, kecuali nilai kadar air benih lebih tinggi dari nilai standar yang ditetapkan, sehingga secara teknis tidak lolos dalam uji sertifikasi.

Kata Kunci : Sertifikasi benih padi, jagung, dan kedelai

Abstract
To day, the activity of extention seed production not only done by PT. Sang Hiang Seri and PT. Pertani, a lot of seed growers, even all farmers have become the seed growers. To ascertain whether seed yielded by growers in quality standard, require to be conducted by a spacious and laboratory by Bureau of seed certification (BPSB) to determine what the seed competent get the certificate to be marketed as extention seed.This study aim to test seeds of rice, maize, and soybean which production by growers up to standard as extention seed. The experiment was carried out at seed laboratory, the BPSB of Jambi Province from August 2011 until January 2012. Seed sampling taking from depository farmers. Each commodity taken 15 samples which is considered to be a example of consignment. Examination the standard test covering water content, pure seed percentage, other seed crop percentage, other seed varieties percentage  and seed germination. The special examination are tetrazolium test and weight of 1000 seeds.
Result of this study showed that all of parameters incoming  an standard, except water content, so that technically not get an way in test certification.

Keywords : seed certification of rice, corn, and soybean


UJI SUBSTITUSI PUPUK BOKASI DAN NPK (SUPERTANI ) DALAM UPAYA PERBAIKAN  BUDIDAYA PADI SAWAH       DI KABUPATEN MADIUN
Luluk Sulistiyo Budi1, Sukar1 dan Djoko Setyo Martono1
Unmer Madiun

Keberhasilan program swasembada beras sangat ditentukan oleh meningkatnya produksi padi, namun demikian akhir-akhir ini sering terjadi permasalahan tentang kelangkaan pupuk makro anorganik yang beredar dimasyarakat sehingga diperlukan alternatif strategi yang efektif dan efisien.  Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan paket teknologi budidaya melalui pemupukan yang berimbang dengan mengkombinasikan penggunaan pupuk bokasi dan NPK supertani sebagai  pengganti pupuk  UREA, SP36 dan KCL atau NPK lain yang di rekomendasikan. Metode penelitian menggunakan RAK  dengan satu  faktor yaitu kombinasi pemupukan berimbang terdiri dari 3 formula  (UREA + NPK supertani) A (150:10),  B (200:10), C (250:10),dan 3 formula  (Bokasi + NPK supertani)m, yaitu  E ( 3000:10), F (4000:10) dan G kontrol (UREA 400, SP-36 150,dan KCL 100). Hasil penelitian menunjukkan beda nyata  terhadap parameter tinggi tanaman, sedangkan parameter produksi tidak menunjukkan perbedaan yang nyata Hipotesa diterima, terutama pada parameter produksi bobot GKS (gabah kering sawah) dan bobot GKG (gabah kering giling) dibandingkan dengan kontrol. Nilai rata-rata GKG tertinggi di capai oleh perlakuan C (Urea 200;10 kg NPK supertani) sebesar 8,6 ton/Ha, sedangkan kontrol  hanya 7,8 ton/Ha. Sedangkan  pada kombinasi bokasi dan NPK (supertani) nilai rata-rata GKG tertinggi 7,0 ton/Ha, namun trendnya masih naik, dan diduga penggunaan dosis bokasi masih dapat ditingkatkan agar dapat memberikan manfaat.  Dengan demikian penggunaan bokasi dan NPK (supertani) potensial sebagai substitusi pupuk  dalam upaya peningkatan produksi padi.

Keyword : Substitusi, Pemupukan, Bokasi, dan Supertani, padi sawah


SUBSTITUTION BOKASI FERTILIZER AND SUPERTANI (NPK) TO IMPROVEMENT  LOWLAND RICE CULTIVATION  IN MADIUN REGENCY
Luluk Sulistiyo Budi1, Sukar1 and Djoko Setyo Martono1
1. Lecturer Faculty of Agriculture, University of Merdeka Madiun. Serayu  Street, No. 79 Madiun.     E-mail: luluksb@yahoo.co.id,

Abstracts

Rice self-sufficiency program's success is largely determined by the increase in rice production, however, the recent common issues of macro inorganic fertilizer scarcity in circulation in the community so that the required alternative strategies that effectively and efficiently. The purpose of this study is the result cultivation technology package through a balanced fertilization by combining the use of fertilizers and NPK supertani bokasi instead of UREA fertilizer, SP36 and KCl or other NPK recommended. Methods of research using RGD with a combination of balanced fertilization factor is composed of three formulas (NPK + UREA supertani),ie A (150:10), B (200:10), C (250:10), and 3 formula (NPK + Bokasi supertani ), ie E (3000:10), F (4000:10) and G controls (UREA 400, SP-36 150, and KCL 100). The results show a real difference to the parameters of plant height, whereas the production parameters showed no significant difference hypothesis is accepted, mainly on the production parameters of the weight of GKS (unhusked rice) and dup weight (dry milled grain) compared to controls. The average value of the highest MPD achieved by treatment C (200 Urea, 10 kg NPK supertani) of 8.6 tonnes / ha, whereas the controls only 7.8 ton / Ha. While the combination bokasi and NPK (supertani) the average value of the highest MPD 7.0 tons / ha, but the trend is still rising, and the alleged use of bokasi dose can still be improved in order to provide benefits. Bokasi and thus the use of NPK (supertani) potential as a substitute for fertilizer in an effort to increase rice production
Keyword: Substitution, Fertilization, Bokasi, and Supertani, lowland rice.


Membangun Kedaulatan Negara Melalui Kedaulatan Pangan
Fuad Hasan
Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo
HP: 0815 7875 3458

Abstrak
Pangan mempunyai arti biologis, ekonomis, politis, dan sosial. Kedaulatan negara dapat dicapai dengan menjamin ketersediaan pangan dari aspek kuantitas, kualitas, distribusi, keterjangkauan, dan keamanan tanpa merugikan pelaku utama sektor pangan (petani). Konsep ketahanan pangan yang masih membuka peluang impor memberikan dampak negatif yaitu pengurangan devisa negara, ancaman kedaulatan negara, penurunan kesejahteraan petani, dan ancaman krisis pangan karena krisis pangan dunia.
Konsep ketahanan pangan harus diubah menjadi kedaulatan pangan dimana mengutamakan bagaimana pangan ditentukan oleh komunitas secara mandiri, berdaulat, dan berkelanjutan. Kebijakan pangan nasional menjadi steril dari berbagai tekanan pihak asing. Upaya pemenuhan pangan dilakukan dari dua aspek  yaitu 1) aspek konsumsi dengan berusaha untuk  merubah pola makan yang seimbang bagi masyarakat, mendorong untuk mengkonsumsi makanan lokal, dan menggugah kesadaran masyarakat untuk menghindari pemborosan makanan; dan 2) aspek produksi dengan intensifikasi dan ekstensifikasi yang bernilai ekonomi, berwatak sosial, dan tanpa mengorbankan lingkungan.
Kata kunci: kedaulatan pangan, ketahanan pangan, kedaulatan negara

To establish state sovereignty over food sovereignty
Fuad Hasan
Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo
HP: 0815 7875 3458
Abstract
A Foods has a biological sense, economically, politically, and socially. State sovereignty can be achieved by ensuring the availability of food include quantity and quality aspect, distribution, affordability, and seafety  without harming the main perpetrators of the food sector (farmers). The concept of food security that  still  depend on imports  have negative impacts i.e  the reduction of foreign exchange, the threat of state sovereignty, the decline in the welfare of farmers, and the threat of food crisis since the world food crisis.
The concept of food security must be converted to food sovereignty which prioritizes how the food is determined by the community as independent, sovereign, and sustainable. National food policy to be sterile from various foreign pressures. Effort to fulfill the food is done include two aspects: 1) consumption aspects by trying to change that a balanced diet for the people, encouraged to eat local food, and arising  public awareness to avoid wasting food, and 2) the production aspects  by  intensification and extension that having economic value, social character, and without
sacrificing the environment.

Key words: food sovereignty, food security, State sovereignty


Telaah: Rekonstruksi Kepemilikan Lahan Menuju Kemandirian Pangan

Sucipto1 dan Wahyunanto Agung Nugroho2
1Program Studi Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya. Jl. Veteran Malang Jawa Timur Indonesia, E-mail: ciptoub@yahoo.com
2Program Studi Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya. Jl. Veteran Malang Jawa Timur Indonesia, E-mail: wahyunantoan@yahoo.co.id

Abstrak
Lahan merupakan salah satu faktor penting usaha tani. Saat ini, sistem hukum mengizinkan seseorang, perusahaan swasta, dan atau lembaga pemerintah yang memiliki lahan tanpa kewajiban mengelolanya. Tanah menjadi obyek spekulasi. Ketimpangan kepemilikan lahan sangat nyata. Banyak lahan terlantar tanpa dikelola lebih dari 3 tahun. Di sisi lain, petani berlahan sempit atau tuna lahan. Kondisi tersebut memicu rawan pangan. Beberapa pilihan model untuk membangun kemandirian pangan yang ditawarkan yaitu berbasis pada perusahaan swasta, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dan atau petani. Semuanya terkait status kepemilikan lahan. Diskursus reforma agraria terbatas pada tuntutan redistribusi lahan bagi petani, namun belum menyentuh hukum dasar kepemilikan lahan.  Ke depan ini berpotensi menjadi masalah. Karena itu, diperlukan kajian mendasar terkait kepemilikan lahan, pengelolaan, dan upaya mewujudkan kemandirian pangan yang berkelanjutan. Hasil kajian menunjukkan bahwa agar pemanfatan lahan optimal maka  pemilik lahan disyaratkan mengelolanya. Lahan yang tidak dikelola lebih dari 3 tahun layak dicabut status kepemilikannya dan dapat didistribusikan bagi yang membutuhkan. Hal ini menciptakan rasa keadilan bagi masyarakat. Kejelasan status tanah milik pribadi atau perusahaan, milik negara, dan milik umum memudahkan untuk mengarahkan alokasi peruntukannya. Berdasar paradigma ini, tanah tidak menjadi obyek spekulasi, terdistribusi secara adil, dan menjadi lebih produktif. Tersedianya lahan dan input usaha tani yang memadai mempermudah upaya mewujudkan kemandirian pangan berkelanjutan yang seiring dengan kesejahteraan bagi petani dan masyarakat.

Kata kunci: Kepemilikan lahan, kewajiban, pengelolaan, kemandirian pangan, berkelanjutan


A Review:  Reconstruction of Land Ownership Towards Food Self-Sufficiency
Sucipto1 and Wahyunanto Agung Nugroho2
1Program Studies Agroindustrial Technology, Faculty of Agricultural Technology, Brawijaya University,  Veteran Street Malang East Java Indonesia, E-mail: ciptoub@yahoo.com
2Program Studies Agricultural Engineering, Faculty of Agricultural Technology, Brawijaya University,  Veteran Street Malang East Java Indonesia, E-mail: wahyunantoan@yahoo.co.id

Abstract

Land is one of the critical factors for farming. Currently, the legal system allows a person, private companies and or government agencies to own the land without any obligation to manage the land. The land became the object of speculation. The gap of land ownership is very significant. There are many lands were left without land managed more than 3 years. On the other hand, farmers have small or no land. These conditions will lead to food insecurity. Several options for building food self-sufficiency model is based on private enterprise, State-Owned Enterprises (SOEs), and or farmers. All this situation is related to land ownership. Agrarian reform discourse is limited to demand of land redistribution for farmers, but it is not touching the legal basis of land ownership. In the future, it could potentially be a problem. Therefore, it is necessary to do a fundamental study related to the land ownership, management, and efforts to achieve sustainable food self-sufficiency. The results of study show that the utilization of land is optimal if there is an obligation for the land owner to manage it. Some policy have to applied, such as if there is a land that is not managed for more than 3 years, it is worth of ownership revoked and then be distributed to the needy. This creates a sense of justice for society. Clarity of the land ownership, private or corporate ownership, state ownership, and public ownership makes it easy to manage the land use policy. Based on this paradigm, the land does not become the object of speculation, distributed fairly, and be more productive. The availability of adequate land and input components of  farming will ease to achieve the sustainable food self-sufficiency that parallel to the welfare of farmers and communities.

Keywords: Land ownership, liability, management, food self-sufficiency, sustainable



Pertumbuhan Stum Okulasi Mata Tidur Klon PB 260 dalam  Polibag
yang Ditumbuhkan di daerah Dataran Tinggi*

The Growth of budded stump Clone PB 260 in upland

Lucy Robiartini1**, M.Umar Harun1, Renih Hayati1 Yakup Parto1

1Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian  UNSRI Jln. Raya Palembang –Prabumulih     km 32 Indralaya , Ogan Ilir  Sumatera Selatan
*Bagian dari Disertasi **alamat korespondensi

Abstrak

            Peluang untuk mengembangkan tanaman karet ke wilayah lain, seperti ke daerah dataran tinggi menjadi pertimbangan, mengingat lahan untuk tanaman karet di dataran rendah semakin berkurang, akibat persaingan komparatif dengan komoditas perkebunan lainnya dan juga minat petani kopi didataran tinggi untuk diversifikasi usaha dengan tanaman karet. Penelitian bertujuan untuk mendapatkan informasi pertumbuhan stum okulasi mata tidur klon PB 260 dalam polibeg yang ditumbuhkan di daerah dataran tinggi.  Pelaksanaan penelitian dimulai bulan Mei 2011 sampai September 2011, di Desa Karya Nyata Kecamatan Semendo kabupaten Muaraenim (760 m dpl) dan desa Sembawa Kabupaten Banyuasin (10 m dpl) Provinsi Sumatera Selatan. Pertumbuhan stum sampai stadia satu payung daun menunjukkan bahwa di dataran tinggi pertumbuhan stum mengalami hambatan pada lilit tunas dan jumlah daun.   Hasil analisis karakter fisiologi daun  didapat  kandungan kadar sukrosa, protein, dan pati yang lebih  tinggi, sedang  kadar lemak  lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan stum okulasi mata tidur klon PB 260 yang ditumbuhkan di daerah dataran rendah. 

Kata Kunci :  Hevea brasiliensis, dataran tinggi, stum okulasi mata tidur


Abstract

            The prospect of rubber crop to another part of Indonesia to be highland should be considered because the suitable area in lowland tend to decrease.  The cause of decreasing of rubber crop area are competition to another industrial crop and farmer interest to change their commodity coffea to rubber. The aim of the research is the collect information about growth of budded stump  clone PB 260 in polybag in highland (760 m ). The research was conducted from Mei 2011 until September 2011, at Karya Nyata Village Semendo Muara Enim (760 m about sea level) and Sembawa village Banyu Asin (10 m about sea level) South Sumatera. The result should the growth of budded stump in highland had slower than in variables,  girth and  number of leave.  Fisiology character  indicated the sucrose, starch and protein were higher, however fat was lower than the leave stump in lowland. 

Key words :  Hevea brasiliensis, highland, budded stump. 



Karakteristik Ekologi Habitat Alami dan Pengaruhnya terhadap Morfologi dan Kemelimpahan Nepenthes*
Mardhiana1*, Yakup Parto2, Renih Hayati2, Dwi Putro Priadi2
1Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian, Universitas Borneo, Jl. Amal Lama No. 1. Tarakan, Indonesia
2Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya,Kampus Indralaya, Sumatera Selatan, Indonesia
Email: mardhiana.ub@gmail.com. *Bagian dari Disertasi.**penulis untuk korespondensi
ABSTRAK
Penelitian bertujuan untuk mengkaji karakteristik ekologi Nepenthes di habitat alami dan pengaruhnya terhadap morfologi dan kemelimpahannya. Penelitian dilaksanakan di dua lokasi yaitu Desa Pasir Putih, Kecamatan Sukajadi, Kabupaten Banyuasin Km 18, dan Desa Pangkalan Benteng, Kecamatan Talang Kelapa, Kabupaten Banyuasin Km 14, berada pada ketinggian 9-14 m dari permukaan laut. Penelitian berlangsung dari bulan April 2010 sampai dengan Juli 2010, menggunakan metode survei. Pengamatan dilakukan terhadap suhu udara dan intensitas cahaya, sifat fisika dan kimia tanah, jenis tumbuhan yang berasosiasi, morfologi Nepenthes, dan kemelimpahan populasinya. Hasil penelitian menunjukkan habitat alami di Pasir Putih memberikan pengaruh lebih baik terhadap morfologi dan kemelimpahan Nepenthes. 
Kata Kunci : Nepenthes, habitat alami, morfologi, karakteristik ekologi, kemelimpahan populasi
The Ecology Characteristics of Natural Habitat and The Effects on Morfology and Quantity Population of Nepenthes  
Mardhiana1*, Yakup Parto2, Renih Hayati2, Dwi Putro Priadi2
UNSRI,Palembang
ABSTRACT
The research was study the ecology characteristics of natural habitat and the effects on morphology and quantity population of Nepenthes. The research was conducted at two locations, Pasir Putih village, Sukajadi, Banyuasin Km 18 and Pangkalan Benteng village, Talang Kelapa, Banyuasin Km 14, in the altitude of 9-14 meters above sea level from April 2010 to Juli 2010. The method of the experiment was based on field survey, focus to measure the temperature and light intensities, soil physics and chemistry, morphology of Nepenthes, associated species of plant, and population quantity of Nepenthes. The result showed was the best performances and population quantity of Nepenthes at the Pasir Putih.
Keywords : Nepenthes, natural habitat, morphology, ecology characteristics, population quantity   
Analisis Konsumsi Beras dan Pengganti Beras Berdasarkan Tingkat Pendapatan Rumah Tangga  Di Kota Prabumulih Provinsi Sumatera Selatan*

Maryati Mustofa Hakim1**, Andy Mulyana1, M.Yamin1, Taufiq Marwa2
1Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Unsri Jl. Raya Palembang Prabumulih Km 32, Ogan Ilir
2Program Studi Ilmu Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Unsri Jl. Raya Palembang Prabumulih Km 32, Ogan Ilir
*Bagian dari Disertasi **Alamat korespondensi
Email : maryati_psa@yahoo.co.id

Abstrak

    Tujuan Penelitian adalah mendeskripsikan jenis dan kualitas beras serta jenis pangan pengganti beras yang dikonsumsi penduduk di Kota Parabumulih, menganalisis konsumsi beras dan pangan pengganti beras rumah tangga pada tingkat pendapatan rumah tangga yang berbeda di Kota Prabumulih, dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi beras dan pangan pengganti beras penduduk di Kota Prabumulih. Jenis beras yang banyak dikonsumsi penduduk Kota Prabumulih adalah IR64. Jenis pangan pengganti dominan adalah mie instan. Hasil penelitian menunjukkan konsumsi beras pada rumah tangga pendapatan tinggi lebih rendah daripada tingkat pendapatan sedang dan rendah. Rumah tangga dengan tingkat pendapatan tinggi, rata-rata konsumsi beras sebesar 94,95 kg per kapita per tahun, sedangkan rumah tangga yang berpendapatan rendah, rata-rata konsumsi berasnya mencapai 99,67 kg per kapita per tahun. Untuk pangan beras pengganti, pada rumah tangga dengan tingkat pendapatan tinggi, rata-rata konsumsi mie instan sebesar 8,51 kg per kapita per tahun, dan 6,55 kg per kapita per tahun untuk rumah tangga yang berpendapatan rendah. Faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap konsumsi beras adalah jumlah anggota keluarga, pendapatan rumah tangga, harga beras, jenis pekerjaan, dan komposisi umur anggota rumah tanga. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi beras (mie instan) adalah jumlah anggota rumah tangga, pendapatan, jenis kelamin, dan jenis pekerjaan.

Kata Kunci : Konsumsi Beras, Pendapatan

The Analysis Of Rice Consumption and Rice Substitution Based on Income Rate of
Household in Prabumulih City South Sumatera Province
Maryati Mustofa Hakim1**, Andy Mulyana1, M.Yamin1, Taufiq Marwa2
1Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Unsri Jl. Raya Palembang Prabumulih Km 32, Ogan Ilir
2Program Studi Ilmu Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Unsri Jl. Raya Palembang Prabumulih Km 32, Ogan Ilir
*Bagian dari Disertasi **Alamat korespondensi
Email : maryati_psa@yahoo.co.id

Abstract
The purpose of this research are to describes the quality and type of rice and type of rice substitutes which consumed by residents of Prabumulih City, analyze rice and rice substitute  consumption in Prabumulih City. The result showed that the rice  consumed by resident of Prabumulih City is good quality rice, considered from the price more  expensive than price of  BULOG in rice. Type of dominant rice that consumed was IR 64. Type of dominant rice substitution was instant noodle. Rice consumption  high income household isr is lower than medium and low income rate. For households with high income rate, average level of rice consumption amounted to 94,95 kg/capita/year, while rice consumption  medium rate amounted to 98,64 kg/capita/year, and 99,67 kg/capita/year for low income rate. Substitute of rice consumption in high income household  is higher than medium and low income household. Factors that significantly affected consumption are : number of family member, household income, price of rice, kind of job, and age composition of family member. Factors that affected rice substitute  consumption are : number of family member, household income, gender, and kind of job.


Seleksi Aksesi Jarak (Jatropha curcas L) Toleran Lahan Bekas Tambang Batubara Untuk Mendukung Revitalisasi Lahan  Dan Pertanian Berkelanjutan
Novisrayani Kesmayanti 1), Benyamin Lakitan 2), Andi Wijaya 2), Nuni Gofar 2)
Fakultas Pertanian, Universitas IBA, Jalan Mayor Ruslan, Palembang Fakultas Pertanian, Universitas IBA, Jalan Mayor Ruslan, Palembang Sumatera Selatan    Telp. Tel. 0711-351364, Fax. 0711-351364,  Fax. 0711-350793, E-mail: noviekesmayanti@yahoo.co.id 0711-350793, E-mail: noviekesmayanti@yahoo.co.id
Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya, Indralaya-Ogan Ilir, Indralaya 33692, Sumatera Selatan Fakultas Pertanian, Universitas Srfiwijaya,  Indralaya-Ogan Ilir, Indralaya 33692,    Sumatera Selatan

ABSTRAK

Seleksi Aksesi Jarak (Jatropha curcas L) Toleran Lahan Bekas Tambang Batubara Untuk mendukung Revitalisasi Lahan Dan Pertanian Berkelanjutan Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari mekanisme adaptasi, menyeleksi dan mendapatkan aksesi jarak yang toleran sebagai tanaman revegetasi pada lahan bekas tambang batubara, dan mengetahui tingkat defisiensi hara yang masih dapat ditoleransi oleh tanaman jarak, sehingga dapat mendukung upaya revitalisasi lahan pasca tambang batubara dan pertanian berkelanjutan.   Penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, bertempat di rumah kaca Balai Perbenihan, Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura, Propinsi Sumatera Selatan.  Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok faktorial.  Faktor yang diteliti adalah 7 aksesi jarak (Aksesi Gorontalo, Lampung, ATP-2, Pidi, Aceh Besar, Palembang dan Curup) dan 4 media tumbuh tanah bekas tambang batubara dengan 4 tingkatan hara (30%, 50%, 75% dan 100%  pupuk nitrogren, fosfor dan kalium) dengan 3 ulangan.  Hasil penelitian menunjukan bahwa aksesi jarak mempunyai mekanisme adaptasi terhadap media tumbuh defisien hara yaitu dengan mengembangkan mekanisme modifikasi dan morfologi perakarannya. Semua aksesi mempunyai kemampuan beradaptasi pada media tumbuh tanah bekas tambang batubara yang defisien hara, dan aksesi Gorontalo merupakan aksesi paling toleran. Batas toleransi aksesi jarak terhadap pengurangan hara nitrogen, fosfor dan kalium pada media tanah bekas tambang batubara yang defisien hara adalah 25% dosis anjuran atau pemberian dilakukan sejumlah 75% dosis anjuran.

Kata Kunci :  Aksesi jarak, toleran, lahan bekas tambang batubara,
                    revitalisasi lahan, pertanian berkelanjutan


HUBUNGAN KADAR AIR DENGAN RESPIRASI
PADA BENIH KARET PB 260
(Hevea brasilliensis Muell. Arg.)

Zachruddin Romli Samjaya, Zainal Ridho Djafar, Zaidan P. Negara, Mery Hasmeda
(Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya)
dan Heru Suryaningtyas
(BPP Sembawa, Sumatera Selatan)
0711580461


ABSTRAK


          Benih karet merupakan benih tanaman kelompok Rekasitran yang memiliki kadar air dan makanan cadangan cukup tinggi sehingga daya hidup singkat setelah matang fisiologis. Keadaan ini menjadi permasalahan dalam upaya pemenuhan kebutuhan akan benih karet apabila benih belum dapat ditanam atau disimpan sementara. Oleh sebab itu harus dilakukan tahapan penelitian untuk mengetahui cara-cara untuk memperpanjang daya hidupnya.
            Penelitian tahap kedua ini adalah dengan membandingkan benih yang disimpan tanpa perlakuan dan pelapisan kulit benih dengan Waxes. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Benih, Teknologi Pertanian, Rumah Bayang Fakultas Pertanian Unsri dan Laboratorium Hasil Hutan, Bogor.
            Tujuannya adalah untuk mengetahui seberapa jauh peranan kadar air terhadap perubahan fisik, fisiologis, fisiokimia dan biokimianya. Hasil penelitian benih yang dilapisi lilin lebah (waxes) selama penyimpanan sampai 35 hari masih lebih baik dibandingkan dengan benih yang tidak diberi perlakuan.

--------------------------------------------------------------------
Kata kunci : Benih Karet (PB260), Waxes, Penyimpanan




THE RELATIONSHIP BETWEEN WATER CONTENT
AND RESPIRATION IN THE SEED OF RUBBER PB 260
(Hevea Brasilliensis Muell. Arg.)

Zachruddin Romli Samjaya, Zainal Ridho Djafar, Zaidan P. Negara, Mery Hasmeda
(Faculty of Agriculture, Sriwijaya University)
and Heru Suryaningtyas
(BPP Sembawa, South Sumatra)
e-mail: dedi_zach@yahoo.com
0711580461


ABSTRACT



    Rubber seeds are crop seeds belonging to
Recalsitran group with sufficiently high water content and food reserves which make their longevity short after physiological maturity. This condition has been a problem in an effort to fulfill the need for rubber seeds when the seeds cannot be planted yet or must be stored temporarily. Therefore, there must be a study to find out the ways to extend the longevity of the seeds.
    This second phase study is done by comparing the stored seeds without seed-coating treatment and those which have been coated with waxes. The study was conducted at the Laboratory of Seed Technology, Agricultural Technology, Rumah Bayang of Faculty of Agriculture of Unsri and Forest Products Laboratory, Bogor.
    The objective of the study is to reveal the significance of the role of water content on the changes in their physical, physiological, physicochemical and biochemical condition of the seeds. The result of the study reveals that the quality of the seeds coated with beeswax which are stored for up to 35 days is better than the untreated seeds.


-------------------------------------------------------------
Keywords :  Rubber Seed (PB 260), Wax,  Storage




KAJIAN BEBERAPA VARIETAS UNGGUL BARU PADI  MELALUI DEMPLOT SL-PTT DI LAHAN SAWAH KABUPATEN MADIUN

Amik  Krismawati dan Sugiono
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur
Jl Raya Karangploso Km 4 Malang

ABSTRAK

            Pengelolaan tanaman dan sumber daya terpadu (PTT) padi sawah merupakan pendekatan pengelolaan tanaman padi dengan mengimplementasikan beberapa komponen budidaya terpilih untuk mendapatkan hasil optimal yang berkelanjutan. Tujuan perngkaijan ini untuk mengetahui tingat produktivitas dan keuntungan beberapa Varietas Unggul Baru (VUB) Inpari padi sawah dengan menggunakan pendekatan PTT. Model pengelolaan tanaman sumber daya terpadu (PTT) padi sawah irigasi berupa demplot seluas 0,30 ha di lokasi Laboratorium Lapang (LL), dilaksanakan pada Musim Kemarau II (MK II) 2010/1011, di Desa Wonorejo, Kecamatan Mejayan .pada lokasi Laboratorium lapang (LL) dengan jumlah petani kooperator 12 orang. VUB yang digunakan adalah Inpari 1, 4, 7, 8 dan 10 serta Ciherang sebagai kontrol. Pendekatan pengeloaan tanaman terpadu (PTT) yang digunakan diantaranya (1) Penggunaan Varietas Unggul Baru, (2) Benih bermutu (bersertifikat, daya dan kekuatan tumbuh tinggi). (3) Bibit muda (15 – 20 HSS) dengan jumlah bibit 1 - 2 batang per titik tanam; (4).  Cara tanam jajar legowo 2 : 1, (5). Pemupukan N berdasarkan Bagan Warna Daun (BWD). (6) Pemupukan P dan K berdasarkan-berdasarkan status hara tanah, PUTS, (7) Penggunaan pupuk organik 2 ton/ha.Tahap kegiatan meliputi pelaksanaan Participatory Rural Appraisal (PRA), pengamatan parameter vegetatif dan generatif tanaman yakni tinggi tanaman, jumlah anakan produktif, berat 1.000 biji, produktivitas padi dan usahatani. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa, (1) Sebagian besar petani di sekitar lokasi LL-PTT yang mengikuti SL-PTT belum mengetahui dan menerapkan teknologi pendekatan model PTT; (2) Pada semua parameter vegetatif dan generatif yang diamati (tinggi tanaman, jumlah anakan produktif, berat 1.000 biji, dan produktivitas padi) hasil tertinggi dicapai oleh VUB Inpari 4 pada LL-PTT (8,58 ton/ha), diikuti oleh VUB Inpari 7 pada LL-PTT (8,16 ton/ha), VUB Inpari 1 pada LL-PTT (8,10 ton/ha), VUB Inpari 10 pada LL-PTT (7,74 ton/ha), VUB Inpari 8 pada LL-PTT (7,64 ton/ha) dan terendah varietas Ciherang pada Non-LL PTT (7,14 ton/ha). Keuntungan usahatani tertinggi dicapai VUB Inpari 4 yakni sebesar Rp 14.842.000 (B/C = 3,03) dan terendah pada varietas Ciherang sebagai kontrol sebesar Rp 9.250.000,- (B/C = 2,32 ), sehingga terjadi peningkatan penerimaan sebesar 60,45% dari varietas pembanding.

Kata kunci : Varietas Unggul Baru (VUB), padi sawah,  SL--PTT,  produktivitas, usahatani



TECHNOLOGY INNOVATION NEW  HIGH YIELD VARIETIES (NHY) of INTEGRATED CROP and ROSOURCES  MANAGEMENT  (ICCM) in MADIUN RESIDENCY

Amik Krismawati and Sugiono
Assessment Institute for Agricultural Technology in East Java
Jl. Raya Karangploso Km 4 Malang

ABSTRACT

            Integrated Crop and Resources Management (ICCM) is an approach to the management of paddy rice cultivation by implementing some of the components selected to obtain optimum results are sustainable. The purpose of the research is provit and production from some New High Yield rice varieties (NHY) rice variety plant of Inpari rice using ICCM approach. Model of integrated crop management of resources (ICCM) in the form of demonstration plots in the lowland irrigated area of ​​0.30 ha on site Field Laboratory (LL), held on Dry Season II (MK II) 2010/1011, the Village Wonorejo, District Mejayan. The location of the Laboratory field (LL) by the number of farmer cooperators 12 people. New High Yield rice varieties (NHY) rice variety plant  used are 1, 4, 7, 8 and 10 and Ciherang as controls. Integrated Crop and Resources Management (ICCM) that is used among others (1) New High Yield rice varieties (NHY ), (2) Seed quality (certified, power and strength grow tall). (3) young seedling (15-20 HSS) with the number of seedlings 1-2 cigarettes a point of planting, (4). Row planting method legowo 2: 1, (5). N Fertilization on Leaf Color Chart (BWD). (6) Fertiliz NHY, ICM-FS, rice, production, irrigated lowland ation-P and K based on soil nutrient status, PUTS, (7) The use of organic manure 2 tons/ha. Stage activities include the implementation of Participatory Rural Appraisal (PRA) observations of vegetative and generative plant parameters ie plant height, number of productive tillers, 1000 grain weight, paddy and farm productivity. Assessment results show that, (1) Most of the farmers in the vicinity of LL-ICCM that follow do not know the ICCM to implementing technology, (2) In all vegetative and generative parameters were observed (plant height, number of productive tillers, 1000 seed weight, and productivity of rice) the highest yield achieved by the Inpari- 4 on LL-ICCM (8.58 tonnes / ha), followed by Inpari- 7 on LL-ICCM (8.16 ton/ha),  Inpari-1 on LL-ICCM (8.10 tonnes / ha), Inpari 10 on LL-ICCM (7.74 tonnes / ha),  Inpari- 8 on the LL-ICM (7.64 ton/ha) and lowest of Ciherang variety on Non LL-ICCM (7.14 ton/ha). Achieved the highest farm profit New High Yield rice varieties (NHY) of Inpari 4 which amounted to Rp 14,842,000 (B/C = 3.03) and lowest in varieties Ciherang as control of Rp 9.25 million, - (B/C = 2.32), resulting in increased revenue amounting to 60.45% of the comparison varieties.

Key words :
New High  Yield rice varieties  (NHY),  ICCM,  production, farming
                     system


Pendampingan SLPTT melalui Demfarm PTT Padi dan Pengenalan VUB Padi  Inpari untuk Meningkatkan Produksi Padi di Kabupaten Blitar

Nurul Istiqomah, Dini Hardini, dan Indra Juanda

BPTP Jawa Timur
Jl. Raya Karangploso KM 4 PO BOX 188 Malang
Telp. (0341) 494052, Fax (0341)471255

ABSTRAK

Pendampingan SL-PTT Padi melalui Demfarm PTT Padi dengan pengenalan VUB Inpari di Jawa Timur dilaksanakan di seluruh kabupaten diantaranya di Kabupaten Blitar. Pengkajian bertujuan meningkatan produktivitas tanaman padi yang ditempuh melalui pendekatan PTT (Pengelolaan Tanaman Terpadu) Padi dengan penggunaan VUB Inpari. Metode pengkajian dilaksanakan melalui Pendampingan SL-PTT Padi dengan Demfarm PTT Padi di Desa Butun Kecamatan Gandusari Kabupaten Blitar pada MK-1 dengan luas 3 hektar yang dilaksanakan oleh 15 petani secara partisipatif. VUB yang ditanam adalah Inpari 1, Inpari 4, Inpari 5, Inpari 6, Inpari 7, Inpari 10, dan Inpari 13 dengan pemupukan Urea 200 kg/ha + Ponska 300 kg/ha + Pupuk Organik Petroganik 2 t/ha,  menggunakan cara tanam jajar legowo 2 : 1 {40 cm x (20 cm x 15 cm)}, tanaman bibit umur 18-20 hari, jumlah bibit 2-3 bibit/lubang, dan dilaksanakan pelatihan penggunaan Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS) dan Bagan warna daun (BWD) sebelum tanam untuk  mengetahui kebutuhan pupuk. Sebagai pembanding adalah Varietas Ciherang yang ditanam oleh petani diluar Demfarm dengan dosis pemupukan 500 kg/ha Urea + 100 kg/ha SP-36 dan 50 kg/ha KCl menggunakan jarak tanam 25x25 cm. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa peningkatan hasil  per hektar yang diperoleh melalui kegiatan pendampingan PTT Padi mencapai 0,39-2,19 t/ha atau meningkat 6,42-36,08 % dibandingkan dengan Varietas Ciherang. Hasil gabah tertinggi pada Varietas Inpari 13 mencapai 8,26 ton/ha diikuti oleh Inpari 10 dan Inpari 6 masing-masing mencapai 7,14 ton/ha dan 7,60 ton/ha sedangkan hasil terendah pada Varietas Ciherang sebesar 6,07 ton/ha.

Kata kunci : pendampingan SL-PTT, partisipatif, VUB Inpari, Ciherang, Blitar


ABSTRACT

The Assistance of SL-PTT PTT Rice Demfarm through introduction of VUB Inpari in East Java implemented in all districts including Blitar. The assessment aims to increase the productivity of rice plants through the approach PTT (Integrated Crop Management) with the use of VUB Inpari Rice. Method of assessment is carried out through assistance SL-PTT Demfarm Rice with in the Village District Butun Gandusari Blitar on MK-1 with an area of ​​3 acres held by the 15 farmers in a participatory manner. Varieties what planted in those area were Inpari 1, Inpari 4, Inpari 5, Inpari 6, Inpari 7, Inpari 10, and 13 Inpari with Urea fertilizer 200 kg / ha + Ponska 300 kg / ha + Organic Fertilizer Petroganik 2 t / ha, using cropping legowo row 2: 1 {40 cm x (20 cm x 15 cm)}, 18-20 days seedlings of plants, number of seedling 2-3 seedling/hole, and conducted training in the using of Paddy Field Soil Testing (PUTS) and  chart of leaf color (BWD) before planting to determine fertilizer needs. For comparison the Ciherang varieties what grown by farmers outside from Demfarm with fertilizer dose of 500 kg / ha urea + 100 kg / ha SP-36 and 50 kg / ha KCl using a spacing of 25x25 cm. The results of the assessment indicate that an increase in grain yield per hectare obtained through mentoring activities PTT Rice reached 0.39 to 2.19 t / ha or an increase from 6.42 to 36.08% compared with Ciherang varieties. The yield of highest rice varieties were Inpari 13 reached 8.26 t / ha followed by Inpari 10 and 6 respectively reached 7.14 tons / ha and 7.60 t / ha while  Ciherang was the lowest yield  varieties by 6, 07 tons / ha.

Key Words : assistance of  SL-PTT, partisipatif, VUB Inpari, Ciherang, Blitar

Keragaan Hasil VUB Kedelai di lokasi SL-PTT Kabupaten Blitar  
Nurul Istiqomah, Dini Hardini, dan Indra Juanda

BPTP Jawa Timur
Jl. Raya Karangploso KM 4 PO BOX 188 Malang
Telp. (0341) 494052, Fax (0341)471255
ABSTRAK
Peningkatan produksi kedelai nasional masih bisa ditingkatkan antara lain dengan peningkatan produktivitas lahan karena rata-rata produktivitas kedelai ditingkat petani masih rendah 0,6-2,0 ton/ha, sementara itu varietas unggul yang berpotensi tinggi mampu berproduksi hingga 3,25 ton/ha sehingga diperlukan pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) kedelai. Pengkajian ini bertujuan untuk mengetahui keragaan hasil VUB kedelai di lokasi SL-PTT Kedelai, dilaksanakan pada lahan sawah di Desa Butun Kecamatan Gandusari Kabupaten Blitar pada MK I 2011 dengan metode pendampingan SL-PTT Kedelai dengan Demfarm PTT Kedelai Blitar dengan luas 2 hektar yang dilaksanakan dengan memperkenalkan  5 varietas unggul baru kedelai yaitu: Anjasmoro, Argomulyo, Grobogan, Burangrang, dan Kaba, dan Wilis sebagai pembanding dengan pendekatan proses produksi yang bersifat spesifik lokasi, melalui pendekatan partisipatif, dan mengintegrasikan komponen teknologi yang disesuaikan dengan agroekologi setempat.  Hasil pengkajian menunjukan adanya keragaan hasil dari masing-masing varietas, beberapa perlakuan menunjukan perbedaan yang nyata antar varietas.  Produksi tertinggi adalah Varietas Anjasmoro mencapai 2,4 ton/ha, kemudian Argomulyo dan Kaba masing-masing 2,08 ton/ha. Produksi varietas pembanding sama dengan varietas Burangrang dan Grobogan masing-masing mencapai produksi 1,92 ton/ha. Varietas Anjasmoro menjadi pilihan petani karena produksinya yang tinggi sehingga dapat dipertimbangan untuk bisa direkomendasikan sebagai varietas unggul baru kedelai yang mampu berproduksi tinggi pada kondisi agroekologi setempat.  .
Kata kunci : pendampingan SL-PTT, keragaan agronomis, VUB kedelai, lahan sawah, Blitar
ABSTRACT
Increased national soybean production can still be improved, among others, with an increasing in land productivity due to the average productivity of soybean farmers is still low  0.6 to 2.0 tonnes / ha, while a potentially high yielding varieties capable of producing up to 3.25 tons/ha so that the necessary approach of Integrated Crop Management (ICM) soybeans. This assessment aims to know variability VUB soybeans on site SL-PTT Soybeans, carried out on rice fields in the Village Butun Gandusari Blitar District in MK 1 2011 with assistance methods SL-PTT PTT Soybeans Soybeans with Demfarm Blitar with an area of ​​2 acres heldby introduce five new varieties of soybean namely: Anjasmoro, Argomulyo, Grobogan, Burangrang, and Kaba, and the Wilis as a comparison with the approach of production processes that are specific locations, through a participatory approach, and integrating the component technologies adapted to local agro-ecology. Assessment results indicate the existence of each variety, some treatments showed significant differences between varieties. Variety Anjasmoro highest production was reached 2.4 tons/ha, then Argomulyo and Kaba respectively 2.08 tons/ha. The production of comparison varieties and varieties Burangrang Grobogan each production reached 1.92 tons/ha. Anjasmoro is variety choiced of farmers because of its high production so it can be considered to be recommended as a superior new soybean varieties capable of producing high on the local agro-ecological conditions.

Keywords: assistance of SL-PTT, keragaan agronomic, VUB soybean, rice fields, Blitar



Keragaan Hasil VUB Kedelai di lokasi SL-PTT Kabupaten Blitar  
Nurul Istiqomah, Dini Hardini, dan Indra Juanda

BPTP Jawa Timur
Jl. Raya Karangploso KM 4 PO BOX 188 Malang
Telp. (0341) 494052, Fax (0341)471255
ABSTRAK
Peningkatan produksi kedelai nasional masih bisa ditingkatkan antara lain dengan peningkatan produktivitas lahan karena rata-rata produktivitas kedelai ditingkat petani masih rendah 0,6-2,0 ton/ha, sementara itu varietas unggul yang berpotensi tinggi mampu berproduksi hingga 3,25 ton/ha sehingga diperlukan pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) kedelai. Pengkajian ini bertujuan untuk mengetahui keragaan hasil VUB kedelai di lokasi SL-PTT Kedelai, dilaksanakan pada lahan sawah di Desa Butun Kecamatan Gandusari Kabupaten Blitar pada MK I 2011 dengan metode pendampingan SL-PTT Kedelai dengan Demfarm PTT Kedelai Blitar dengan luas 2 hektar yang dilaksanakan dengan memperkenalkan  5 varietas unggul baru kedelai yaitu: Anjasmoro, Argomulyo, Grobogan, Burangrang, dan Kaba, dan Wilis sebagai pembanding dengan pendekatan proses produksi yang bersifat spesifik lokasi, melalui pendekatan partisipatif, dan mengintegrasikan komponen teknologi yang disesuaikan dengan agroekologi setempat.  Hasil pengkajian menunjukan adanya keragaan hasil dari masing-masing varietas, beberapa perlakuan menunjukan perbedaan yang nyata antar varietas.  Produksi tertinggi adalah Varietas Anjasmoro mencapai 2,4 ton/ha, kemudian Argomulyo dan Kaba masing-masing 2,08 ton/ha. Produksi varietas pembanding sama dengan varietas Burangrang dan Grobogan masing-masing mencapai produksi 1,92 ton/ha. Varietas Anjasmoro menjadi pilihan petani karena produksinya yang tinggi sehingga dapat dipertimbangan untuk bisa direkomendasikan sebagai varietas unggul baru kedelai yang mampu berproduksi tinggi pada kondisi agroekologi setempat.  .
Kata kunci : pendampingan SL-PTT, keragaan agronomis, VUB kedelai, lahan sawah, Blitar
 
PEMBERDAYAAN ENTREPRENEUR AGRIBISNIS BERBASIS INTEGRATED FARMING UNTUK KETAHANAN PANGAN DAN KELESTARIAN LINGKUNGAN
Rahayu Relawati*, J.T. Ibrahim, B.Y. Ariadi
Fakultas Pertanian Peternakan Univ. Muhammadiyah MalangUniversitas Muhammadiyah Malang,

ABSTRAK
Pemberdayaan entrepreneur agribisnis pangan sangat penting untuk mewujudkan ketahanan pangan sekaligus mewujudkan pertanian lestari (sustainable agriculture). Salah satu implementasi pertanian ramah lingkungan adalah integrated farming. Idealnya konsep entrepreneurship dan integrated farming dapat sejalan atau mempunyai simbiosis mutualisme. Tujuan penelitian adalah menyusun konsep pemberdayaan entrepreneur berbasis integrated farming. Tempat penelitian di satu desa di Kota Batu. Unit analisis adalah pelaku petani komoditi sayur yang mengaplikasikan integrated farming. Analisis deskriptif kualitatif digunakan untuk menjawab berbagai tujuan penelitian, rumusan konsep pemberdayaan digunakan pendekatan analisis SWOT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsep pemberdayaan entrepreneur agribisnis berbasis integrated farming sebagai berikut. Kesesuaian lahan dan sikap entrepreneurship merupakan kekuatan untuk menangkap peluang trend pasar produk organik disertai dukungan teknologi dan dukungan pemerintah dengan meningkatkan adopsi teknologi IF. Profitabilitas usahatani/ternak dan aktivitas kelompok tani merupakan kekuatan untuk menangkap teknologi IF. Profitabilitas usahatani dan aktivitas kelompok tani merupakan kekuatan untuk mendirikan koperasi petani sayur untuk bargaining pada pasar sayur organik dan mencegah masuknya sayur impor. Aktivitas kelompok tani dan sikap entrepreneurship petani dapat digunakan untuk mengatur pola produksi sehingga mengurangi ketidakpastian harga. Aktivitas kelompok tani dan sikap entrepreneurship petani merupakan kekuatan untuk bersama-sama mengatasi serangan hama penyakit. Peningkatan akses pada pasar supermarket untuk mengatasi persaingan dengan sayur non organik, dengan memanfaatkan permintaan sayur organik kalangan menengah ke atas. Peluang pasar sayur organik disertai dukungan teknologi  digunakan untuk meningkatkan harga jual dengan budidaya off season. Pengaturan pola tanam sayur dapat mengatasi ketidakpastian harga. Peningkatan akses pada pasar industri untuk mengurangi ancaman produk impor, dengan bargaining gabungan kelompok petani sayur.
Kata Kunci: Integrated farming, pemberdayaan, entrepreneur agribisnis.

EMPOWERING AGRIBUSINESS ENTREPRENEUR  BASED ON INTEGRATED FARMING FOR FOOD SECURITY AND ENVIRONMENTAL SUSTAINABILITY
Rahayu Relawati*, J.T. Ibrahim, B.Y. Ariadi
Universitas Muhammadiyah Malang,
ABSTRACT
Empowering agribusiness entrepreneur is important for achieving food security and  sustainable agriculture. One of the implementation is integrated farming. Ideally, concept of entrepreneurship and integrated farming can run in one way or has mutualism symbiosis. The research was conducted at one village in Kota Batu. The unit of analysis was vegetable farmers who applied integrated farming. A qualitative descriptive analysis was used to analyze some research objectives, especially for the empowerment concept, SWOT analysis was used. The research result showed that the concept of empowerment for agribusiness entrepreneur based on integrated farming was as follow. Soil fertility and farmer’s entrepreneurship became  strength to get opportunity of market trend of organic product and followed by technology and government support to increase adoption of IF. Profitability of farm/livestock and farmer group activity became strength to apply IF technology. Farm profitability and activity of farmer group became strength to build farmer cooperative to get bargaining in market of organic vegetable and protect imported vegetable. Farmer group’s activities and farmer’s entrepreneurship can be used to manage production pattern to reduce price uncertainty. Farmer group activities and farmer’s entrepreneurship became strength to solve pest and desease together. Increasing access to supermarket is important to win the competition with non organic vegetable, by gaining vegetable demand from middle-upper customer. The opportunity of organic vegetable which is supported by technology  can be used to increase selling price with off season cultivation strategy. Managing farming pattern of vegetable can be use to solve price uncertainty. Increasing access to industrial market can reduse threat of imported vegetable, this can be reach by bargaining of association of vegetable farmer group.

Key words: Integrated farming, empowerment, agribusiness entrepreneur.


MODEL EMPIRIK KELEMBAGAAN AGRIBISNIS GANDUM BERKELANJUTAN BERBASIS POTENSI LOKAL UNTUK MENDUKUNG PEMBANGUNAN DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH

Bambang Yudi Ariadi
Jurusan Agribisnism FP-UMM Jl.Raya Tlogomas No.246 Malang.

ABSTRAKSI
Penelitian bertujuan 1) Mengidentifikasi potensi dan daya dukung sumberdaya lokal alam dan lingkungan, manusia serta kelembagaan, 2) Membuat model empirik kelembagaan agribisnis gandum berkelanjutan. Hasil penelitian menunjukkan: 1). Potensi usahatani gandum cukup baik dan prospektif untuk dikembangkan terutama mengisi lahan kering saat musim kemarau. Varietas yang dikembangkan adalah Dewata, Nias dan Selayar. 2). Model empirik Kelembagaan agribisnis berkelanjutan melibatkan Pemerintah Daerah, BUMN, Perguruan Tinggi, Koperasi Tani dan Kelompok Tani.

Kata Kunci: potensi, kelembagaan dan agribisnis berkelanjutan.

ABSTRACT
The aims of this research were 1) Identify potential and carrying local resources and environment, human and institution. 2)) To Make empiric model of insstitution of wheat sustainable agribusiness.Result of the analysis: 1). Potential of wheat farming was good enough and prospective to developt in East Java especially at dry land on dry season. Varieties that can be developed are Dewata, Nias and Selayar.  2). Empiric model of insstitution of wheat sustainable agribusiness was involved Government, BUMN, University, Farm Cooperative and Farm Group.

Key words: potential, institution and sustainable agribusiness.


EFEKTIFITAS PEMBERIAN PUPUK UREA DAN  NPK BUNGA TANI
TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI 
Al. Gamal Pratomo dan Sunaryo
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur
Jl. Raya Karangploso Km 4 telp. (0341) 494052; Fax (0341) 471255
Email :algamalpratomo@yahoo.com

ABSTRAK
Pemupukan pada lahan sawah merupakan kegiatan yang rutin dilakukan petani guna  meningkatkan produksi padinya.  Pupuk yang umum digunakan petani adalah Urea, ZA, SP-36 dan KCl.  Tetapi pada prakteknya kebanyakan petani hanya melakukan pemupukan dalam bentuk N saja, sehigga dikhawatirkan dapat mengakibatkan kekahatan hara dalam tanah.. Untuk mengatasi masalah tersebut perlu diterapkan kebijaksanaan pemupukan berimbang. Anjuran pemupukan secara lengkap berupa NPK, di beberapa tempat pemupukan berimbang mengalami hambatan bila yang dianjurkan berupa pupuk N,P dan K secara parsial, sebagai petani tidak mau repot mengusahakan pupuk dari dua jenis yang berbeda. Sehingga untuk mempermudah aplikasi dalam pemupukan maka perlu dibuat formulasi pupuk NPK.  Tujuan adalah untuk mengetahui pengaruh pupuk Pemberian Pupuk Urea dan NPK Bunga Tani  terhadap pertumbuhan dan hasil padi sawah.  Percobaan dilaksanakan di Desa Bulu  - Nganjuk  Percobaan dilaksanakan pada musim penghujan (MH), dimulai pada bulan Desember 2008 sampai April 2009 pada luasan lahan 0,15 ha dengan perlakuan Percobaan menggunakan Rancangan Acak Kelompok diulang 3 kali dengan jumlah perlakuan sebanyak 10 kombinasi perlakuan.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan semakin banyak pupuk urea dan NPK yang diberikan pertumbuhan tinggi dan jumlah anakan produktif semakin lebih baik pada  dua lokasi yang berbeda sedangkan untuk produksi walaupun ada kecenderungan demikian tetapi pada lokasi penelitian di Kabupaten Nganjuk pemberian 200 kg Urea + 300 kg NKP Bunga Tani memberikan produksi tertinggi yaitu 8,96 ton/ha dengan pendapatan bersih sebesar Rp. 13.182.000,- atau dengan R/C ratio 2,52.

Kata kunci :   Pupuk Urea, pupuk NPK,  padi, pertumbuhan, produksi

KENDALA DAN PROSPEK SAYURAN DI KECAMATAN PAGU-KEDIRI DAN KECAMATAN GANDUSARI-BLITAR , JAWA TIMUR
Evy Latifah(1), Joko Mariyono(2), Rahkmat Sutarya (3), Wiwin Setyawati (3), Kuntoro Boga (1)
1), BPTP Jawa Timur - Malang; 2), AVRDC-Asean Vegetable Research Centre ; 3) Balitsa – Lembang

Abstrak
Produksi sayuran yang tinggi diharapkan dapat meningkatkan pendapatan petani. Dengan demikian, peningkatan produksi dan konsumsi sayuran akan membantu kehidupan masyarakat lebih baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengamati masalah dan prospek produksi sayuran. Penelitian ini dilakukan pada Mei-Juni 2011 di Kediri, Blitar. Pendekatan kualitatif digunakan menggunakan beberapa alat bantu dan teknik penilaian partisipatif untuk mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan tingkat kelompok petani. Hasil penelitian menunjukkan bahwa cabai dan tomat merupakan tanaman sayuran utama, Terdapat beberapa kendala yang menyebabkan mengapa tingkat produksinya rendah,  di daerah Pagu - Kediri, penanaman tomat gagal oleh layu bakteri, daun menggulung oleh virus, dan lain-lain. Tanaman tomat  tidak akan berhasil kecuali menggunakan varietas tahan penyakit yang diidentifikasi. Tingginya serangan penyakit, terutama pada tanaman tomat (Geminiviruses), lada (antraknos). C. frustescens yang pada  dasarnya 100% terinfeksi geminivirus. Terdapat beberapa masalah kesuburan tanah dan nutrisi tanaman terkait  tanah berpasir tampak cukup dalam tekstur dan berwarna terang. Untuk daerah Gandusari - Blitar, cabe keriting  sangat banyak terserang antraknos. Juga terdapat sedikit serangan virus Gemini.  Terdapat  penyakit akibat layu Phytophthora, dengan kerugian berat di beberapa lahan. Tanah di lokasi Gandusari Blitar juga tampak lebih kemerahan (berisi tanah liat yang lebih tinggi) dari pada di Pagu - Kediri. Disamping itu penanganan pasca panen juga tidak mendapat perhatian. Masih bersifat tradisional.
Dengan demikian masih ada peluang yang cukup untuk meningkatkan produksi sayuran di daerah. Dengan meningkatkan sumber daya genetik dan teknologi sayuran yang dapat meningkatkan produksi.
Kata kunci : Tanaman sayuran, faktor agronomi, tanah, perlindungan tanaman, panen pasca



Telaah: Rekonstruksi Kepemilikan Lahan Menuju Kemandirian Pangan

Sucipto1 dan Wahyunanto Agung Nugroho2 
1Program Studi Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya. Jl. Veteran Malang Jawa Timur Indonesia, E-mail: ciptoub@yahoo.com
2Program Studi Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya. Jl. Veteran Malang Jawa Timur Indonesia, E-mail: wahyunantoan@yahoo.co.id

Abstrak

Lahan merupakan salah satu faktor penting usaha tani. Saat ini, sistem hukum mengizinkan seseorang, perusahaan swasta, dan atau lembaga pemerintah yang memiliki lahan tanpa kewajiban mengelolanya. Tanah menjadi obyek spekulasi. Ketimpangan kepemilikan lahan sangat nyata. Banyak lahan terlantar tanpa dikelola lebih dari 3 tahun. Di sisi lain, petani berlahan sempit atau tuna lahan. Kondisi tersebut memicu rawan pangan. Beberapa pilihan model untuk membangun kemandirian pangan yang ditawarkan yaitu berbasis pada perusahaan swasta, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dan atau petani. Semuanya terkait status kepemilikan lahan. Diskursus reforma agraria terbatas pada tuntutan redistribusi lahan bagi petani, namun belum menyentuh hukum dasar kepemilikan lahan.  Ke depan ini berpotensi menjadi masalah. Karena itu, diperlukan kajian mendasar terkait kepemilikan lahan, pengelolaan, dan upaya mewujudkan kemandirian pangan yang berkelanjutan. Hasil kajian menunjukkan bahwa agar pemanfatan lahan optimal maka  pemilik lahan disyaratkan mengelolanya. Lahan yang tidak dikelola lebih dari 3 tahun layak dicabut status kepemilikannya dan dapat didistribusikan bagi yang membutuhkan. Hal ini menciptakan rasa keadilan bagi masyarakat. Kejelasan status tanah milik pribadi atau perusahaan, milik negara, dan milik umum memudahkan untuk mengarahkan alokasi peruntukannya. Berdasar paradigma ini, tanah tidak menjadi obyek spekulasi, terdistribusi secara adil, dan menjadi lebih produktif. Tersedianya lahan dan input usaha tani yang memadai mempermudah upaya mewujudkan kemandirian pangan berkelanjutan yang seiring dengan kesejahteraan bagi petani dan masyarakat.

Kata kunci: Kepemilikan lahan, kewajiban, pengelolaan, kemandirian pangan, berkelanjutan


A Review:  Reconstruction of Land Ownership Towards Food Self-Sufficiency
Sucipto1 and Wahyunanto Agung Nugroho2
1Program Studies Agroindustrial Technology, Faculty of Agricultural Technology, Brawijaya University,  Veteran Street Malang East Java Indonesia, E-mail: ciptoub@yahoo.com
2Program Studies Agricultural Engineering, Faculty of Agricultural Technology, Brawijaya University,  Veteran Street Malang East Java Indonesia, E-mail: wahyunantoan@yahoo.co.id

Abstract

Land is one of the critical factors for farming. Currently, the legal system allows a person, private companies and or government agencies to own the land without any obligation to manage the land. The land became the object of speculation. The gap of land ownership is very significant. There are many lands were left without land managed more than 3 years. On the other hand, farmers have small or no land. These conditions will lead to food insecurity. Several options for building food self-sufficiency model is based on private enterprise, State-Owned Enterprises (SOEs), and or farmers. All this situation is related to land ownership. Agrarian reform discourse is limited to demand of land redistribution for farmers, but it is not touching the legal basis of land ownership. In the future, it could potentially be a problem. Therefore, it is necessary to do a fundamental study related to the land ownership, management, and efforts to achieve sustainable food self-sufficiency. The results of study show that the utilization of land is optimal if there is an obligation for the land owner to manage it. Some policy have to applied, such as if there is a land that is not managed for more than 3 years, it is worth of ownership revoked and then be distributed to the needy. This creates a sense of justice for society. Clarity of the land ownership, private or corporate ownership, state ownership, and public ownership makes it easy to manage the land use policy. Based on this paradigm, the land does not become the object of speculation, distributed fairly, and be more productive. The availability of adequate land and input components of  farming will ease to achieve the sustainable food self-sufficiency that parallel to the welfare of farmers and communities.

Keywords: Land ownership, liability, management, food self-sufficiency, sustainable
                                                           
POTENSI HASIL UJI GALUR PADI SAWAH PADA MK-1 DI NGAWI
Sugiono dan Amik Krismawati
BPTP Jawa Timur Jl Raya Karangploso Km 4 Malang Tlp.(0341) 494052, fax(0341)471255
ABSTRAK
Untuk mendukung ketahanan pangan berkelanjutan Badan Litbang pertanian, mengembangkan inovasi teknologi varietas padi yang tahan terhadap cekanam hama, penyakit dan lingkungan (kekeringan). Karena salah satu faktor utama yang berpotensi untuk meningkatkan produksi padi secara nasional adalah teknologi Varietas Unggul Baru (VUB).Untuk memperoleh calon Varietas Unggul Baru (VUB) dilakukan uji produksi galur yang dihasilkan BB-Biogen  pada musim (MK-1) 2010 di Kabupaten Ngawi Jawa Timur . Jumlah perlakuan ada 15, jumlah galur yang diuji 13 dan 2 varietas cek/pembanding, rancangan percobaan Acak Kelompok, tiga ulangan. Tujuan penelitian adalah mendapatkan calon varietas yang bisa dilepas menjadi varietas unggul baru dengan potensi produksi tinggi dan  tahan cekaman. Hasil pengamatan  umur tanaman galur dan varietas cek 100-105 hari setelah sebar (hss), tidak ditemukan gejala serangan  hama dan penyakit sampai panen, tinggi tanaman bervariasi antara 67,67 cm -107,33 cm. Produksi uji galur yang setara/diatas cek Ciherang (6,29 t/ha) dan Inpari 1(6,75 t/ha): ada 3 galur: BIO127-BC-WBC (6,24 t/ha) galur tahan WBC, BIO62-AC-BLAS/BLB03 (6,81 t/ha) galur tahan Blas dan BLB dan produksi tertinggi BIO129-BC,-WBC (7,11 t/ha) galur tahan WBC. Galur yang tahan kekeringan rata-rata produksinya dibawah varietas cek.

Kata kunci : galur, varietas, produksi                

ABSTRACT

To support the food security of sustainable agriculture research and development, technological innovation developed rice varieties resistant to stress pests, diseases and environmental (drought). Because one of the main factors that have the potential to increase national rice production technology is the new superior variety (VUB).To obtain prospective new superior variety (VUB) production test conducted resulting strain BB-Biogen in the dry season-1 (MK-1) 2010 in Ngawi regency of East Java. The number of treatments there are 15, the number of strains tested 13 and two varieties of check / comparison, Group Randomized experimental design, three replicates. The research objective is to get the candidate varieties that can be released into new varieties with high production potential and stress resistance. Observations age of the plant strains and varieties of 100-105 days after the scatterplot checks (HSS), found no symptoms of pests and diseases to harvest, plant height varied between 67.67 cm -107.33 cm. Production test strain equivalent / above checks Ciherang (6.29 t / ha) and Inpari 1 (6.75 t / ha): there are three strains: BIO127-BC-WBC (6.24 t / ha) WBC-resistant strains, BIO62-AC-BLAS/BLB03 (6.81 t / ha) Blas and BLB-resistant strains, and the highest production BIO129-BC-WBC (7.11 t / ha) WBC-resistant strains. Drought-resistant strains of the average production below the check varieties.
Key words: strains, varieties, production

KERAGAAN PRODUKSI VUB PADI INBRIDA MK-1 DENGAN PENERAPAN PTT DI KABUPATEN PROBOLINGGO
Sugiono dan Kasmiyati
BPTP Jawa Timur Jl Raya Karangploso Km 4 Malang Tlp.(0341) 494052, fax(0341)471255

ABSTRAK 
Badan Litbang Pertanian telah banyak melepas varietas unggul baru (VUB) padi inbrida/non hibrida, guna mendukung program swasembada pangan berkelanjutan.  Untuk menekan senjang hasil ditingkat penelitian dengan tingkat petani dan antar lokasi dilakukan pengkajian/demfram VUB padi inbrida dengan penerapan PTT (pengelolaan tanaman dan sumberdaya terpadu), dapat diandalkan untuk mendukung program peningkatan produksi padi. Tujuan Pengkajian untuk mengetahui potensi produksi dan pengenalan varietas baru ke petani, diharapkan VUB dengan penerapan PTT bisa diadopsi petani sebagai inovasi teknologi mendukung stabilitas dan peningkatan produksi, mengingat 90% produksi padi nasional dari lahan sawah. Lokasi pengkajian dikelompok tani “Lamur Jaya” Desa Jatiurip, Kecamatan Krejengan, Probolinggo pada MK-1 2011. Rancangan percobaan RAK, perlakuan 8 varietas terdiri 7 VUB: Inpari 1, Inpari 4, Inpari 5, Inpari 6, Inpari 7, Inpari 10, Inpari 13 dan 1 varietas cek/pembanding Ciherang. Hasil pengamatan anakan produktip tertinggi Inpari 1 (17-18 batang) tidak berbeda nyata dengan varietas  Inpari 10, Ciherang dan Inpari 5, terendah varietas Inpari 6, Inpari 4 dan Inpari 13 (14-15 batang). Tinggi tanaman, terpendek ditunjukan varietas Inpari 1 dan Inpari 7 (84-86 cm), varietas inpari 6, Inpari 10, Inpari 13 dan Inpari 13 tinggi tanaman (94-96 cm), VUB  tertinggi Inpari 5 (105 cm) varietas cek Ciherang  (117,7 cm). Umur varietas Inpari 6 (141 hss/hari setelah sebar) kurang disenangi petani karena umur dalam, umur varietas pembanding Ciherang,  Inpari 1, Inpari 5, Inpari 6, Inpari 7, Inpari 10 dan Inpari 13 sama 120 hss (tergolong umur genjah).  Hasil panen tertinggi pembanding Ciherang (7,54 t/ha), VUB tertinggi Inpari 4 (6,77 t/ha), Inpari 10 (6,25 t/ha), Inpari 13 (5,73 t/ha), Inpari 7 (5,65 t/ha), Inpari 5 (5,20 t/ha) hasil terendah Inpari 6 (4,16 t/ha) dan inpari 1 (4,9 t/ha). Hasil panen/produksi per hektar pada MK-1 tertinggi ditunjukan varietas Cek/pembanding Ciherang (7,54 t/ha), varietas Ciherang masih layak dibudidayakan pada MK-1 dengan ketentuan pada MH dan MK-2 harus ada pergiliran varietas lain (Inpari 4 atau Inpari 10) karena Ciherang pada pengkajian MH di 17 Desa, di Kecamatan Krejengan terserang blass (kresek) ketahanan mulai patah, B/C ratio hasil pengkajian varietas Inpari 4 adalah 1,03 produksi (6,77 t/ha).

Kata kunci: varietas unggul baru(VUB), produksi, Inpari.

ABSTRACT
Agency for Agricultural Research has a lot off new varieties (VUB) inbred rice / non-hybrid, in order to support sustainable food self-sufficiency program. To suppress the gap with the results of the research level and farm level assessment conducted between sites / demfram new varieties rice inbred with the implementation of ICM (integrated crop management and resources), can be relied upon to support the increased production of rice. Assessment purposes to determine the potential production and introduction of new varieties to farmers, is expected new varieties with the application of ICM could be adopted by farmers as an innovative technology to support stability and increased production, considering that 90% of national rice production of paddy fields. Locations grouped farm assessment "Lamur Jaya" Jatiurip Village, District Krejengan, Probolinggo on dry season-1 2011. Experimental design (randomized block design), 3 replications, treatment of 8 varieties: comprising seven (new varieties): Inpari 1, Inpari 4, Inpari 5, Inpari 6, Inpari 7, Inpari 10, Inpari 13 and a variety of check / comparison Ciherang. The results of observations of the highest productive tillers Inpari 1 (17-18 bars) was not significantly different with varieties Inpari 10, Ciherang and Inpari 5, the lowest varieties Inpari 6, Inpari 4 and Inpari 13 (14-15 bars). Plant height, the shortest varieties shown Inpari 1 and Inpari 7 (84-86 cm), varieties Inpari 6, Inpari 10 and Inpari 13 plant height (94-96 cm), the highest new varieties Inpari 5 (105 cm) check varieties Ciherang (117.7 cm). Age varieties Inpari 6 (141 day after the scatterplot) are less favored because of the age of farmers, age Ciherang comparator varieties, Inpari 1, Inpari 5, Inpari 6, Inpari 7, Inpari 10 and Inpari 13 at 120 HSS (short lifespan). The highest yields are comparable Ciherang (7.54 t/ha), new varieties  Inpari 4 highest (6.77 t/ha), Inpari 10 (6.25 t/ha), Inpari 13 (5.73 t/ha), Inpari 7 (5.65 t/ha), Inpari 5 (5.20 t / ha) yield the lowest Inpari 6 (4.16 t/ha) and Inpari 1 (4.9 t/ha). Yields/production per hectare in the dry season-1 demonstrated the highest varieties of Cheque/comparator Ciherang (7.54 t/ha), cultivated varieties Ciherang still worth the dry season-1 with the provisions of the rainy season and dry season-2 there must be other varieties rotation (Inpari 4 or Inpari 10) because Ciherang on (rainy season) assessment  in 17 villages in District Krejengan (infected blas/crackle) resistance began to break, B/C ratio assessment of varieties Inpari 4 is 1.03
production (6.77 t/ha).
Key words: new high yielding varieties, production, Inpari.

IDENTIFIKASI PEMANFAATAN LAHAN DI KAWASAN PENGELOLAAN HUTAN BERSAMA MASYARAKAT (PHBM) MENDUKUNG PROGRAM
”SAPI BERLIAN” DI JAWA TIMUR

D. Hardini, S.K. Anna, Setiasih dan M. Mashuri1)
1) BPTP (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian) Jawa Timur
Jl. Raya Karangploso Km.4, Malang.  Email : dhardinie@yahoo.com

ABSTRAK 
Lahan untuk penanaman tanaman pakan ternak (TPT) semakin terbatas dengan berubah fungsinya lahan khususnya pada sektor pertanian pangan dan pemukiman, sehingga perlu ada alternatif penyediaan TPT yang adaptif di lahan marginal seperti lahan dibawah tanaman hutan melalui introduksi jenis TPT yang tahan naungan dan kompetitif untuk tumbuh bersama tanaman hutan.  Luasnya lahan hutan yang ada di Jawa Timur dan adanya program hutan sosial yang dikelola bersama masyarakat sekitar hutan merupakan sumber lahan potensial unutk TPT dalam menunjang peningkatan populasi sapi khususnya di Jawa Timur.   Tujuan kegiatan ini adalah mengidentifikasi pemanfaatan lahan PHBM di 5 kabupaten di Jatim. Metode yang dilakukan adalah survei menggunakan kuesioner berisi daftar pertanyaan unutk 40 orang masyarakat diwilayah PHBM di 5 Kabupaten (Malang, Kediri, Blitar, Nganjuk dan Madiun).  Hasil yang telah dicapai dari survey di 5 kabupaten tercermin bahwa Ketersediaan tanaman pakan ternak di semua kabupaten dirasakan masih kurang oleh semua petani, terutama yang terjadi di kabupaten Madiun dan Blitar (82,14 dan 80,77%), sedangkan di tiga kabupaten yang lain meskipun merasa masih kekurangan tapi prosentasenya telatif sama dengan yang merasa cukup tersedia.  Kekurangan tanaman pakan ternak terutama dirasakan petani saat musim kemarau dan diluar musim panen tanaman pangan, sehingga mereka harus mencari rumput ke kawasan hutan.  Jumlah pemberian tanaman pakan ternak/ekor/hari sampai 25 kg dominan diberikan oleh petani di kabupaten Kediri dan Malang (50,00 dan 48,28%), sedangkan jumlah pemberian antara 25 – 50 kg ditemukan di kabupaten Madiun dan Blitar (57,14 dan 50,00%), dan pemberian lebih dari 50 kg hanya dilakukan oleh sebagian kecil petani di kabupaten Malang dan Blitar (17,24 dan 11,11%).  Jumlah pemberian rumput pada ternak yang dilakukan petani belum mempertimbangkan kebutuhan dan kondisi fisiologis ternak, sehingga penentuan jumlah pemberiannya hanya didasarkan kesanggupan ternak dalam mengkonsumsi rumput yang diberikan.  Sebagian besar petani belum berpengalaman dalam mengawetkan tanaman pakan ternak yang tersedia melebihi kebutuhan saat musim hujan.  Di kabupaten Madiun, semua petani belum pernah melakukannya.  Demikian pula di kabupaten Blitar, Malang dan Nganjuk sebagian besar belum pernah melakukan pengawetan TPT masing-masing sebanyak 88,89; 82,76 dan 75,00%.   Jumlah petani terbanyak yang mempunyai pengalaman dalam pengawetan tanaman pakan ternak terdapat di kabupaten Kediri yaitu sebanyak 56,67%.  Ternak pada umumnya hanya diberikan tanaman pakan ternak, dan tidak diberi pakan tambahan.  Sebagian besar petani tidak memberikan pakan tambahan seperti yang terjadi di kabupaten Nganjuk, Malang dan Madiun (96,43; 75,86 dan 73,33%), sedangkan di kabupaten Kediri banyak petani yang memberikan pakan tambahan (76,67%). 

Kata Kunci : Tanaman Pakan Ternak, Kawasan Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM), Program Sapi Berlian



Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi  Alokasi Waktu Kerja dan  Konstribusi Pendapatan Rumah Tangga Petani Kelapa Dalam (Cocos nucifera L.) Pada Perkebunan Rakyat Di Berbagai Tipologi Lahan Pasang Surut Provinsi Sumatera Selatan
Yudhi Zuriah WP  1) : M.Yamin 2), Sriati 3), Marwan Sufri 4)
1) Mahasiswa PPS UNSRI ;  2,3,4) Dosen Pembimbing Disertasi
Jurusan Agribisnis STIPER Sriwigama
Jalan Demang IV-Demang Lebar Daun Lorok Pakjo Palembang (30137)
yudhi.wardi@yahoo.com

Abstrak
Penulisan ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor  yang mempengaruhi  alokasi waktu  kerja  rumah tangga petani dan pendapatan usahatani  kelapa dalam serta konstribusinya terhadap pendapatan rumah tangga keluarga pada perkebunan rakyat di tipologi lahan pasang surut  yang berbeda.  Dalam penelitian ini pemilihan unit sampling dilakukan dengan metode penarikan contoh disproportionate stratified random sampling (Bungin, 2010), berdasarkan pola yang diterapkan oleh petani contoh, yaitu pola monokultur dan polikultur dengan jumlah  sampel yang akan diteliti sebanyak 240 KK.Hasil analisis dengan menggunakan  regresi nonlinier, menunjukkan bahwa secara bersama-sama faktor-faktor yang mempengaruhi alokasi waktu kerja rumah tangga petani kelapa dalam, yaitu  tipe  lahan pasang surut A, B, C, D, tingkat pendidikan, pola usahatani, umur petani, jumlah tanggungan keluarga, pendapatan per kapita, upah tenaga kerja pria dan upah tenaga kerja pria.  Sementara itu hasil analisis pengaruh masing-masing varibel bebas (faktor yang berpengaruh nyata dan positif secara statistik) terhadap alokasi waktu kerja rumah tangga petani kelapa dalam, yaitu tipe lahan pasang surut B dan C, pola usahatani, umur petani,  pendapatan per kapita, dan upah tenaga kerja wanita.  Sedangkan faktor yang tidak berpengaruh nyata secara statistik, yaitu lahan tipe pasang surut A, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga dan upah tenaga kerja pria.Pendapatan dan kontribusi pendapatan usahatani  kelapa dalam pada pola monokultur dan Polikultur di lahan pasang surut tipe A dan B lebih besar dibandingkan tipe C dan D.   Konstribusi pendapatan rumah tangga petani kelapa pada pola monokultur dan polikultur  di lahan tipe A dan B tergolong besar, sedangkan pada tipe C dan D tergolong sedang. 




Kata kunci : ”Cocos Nucifera L”, Lahan pasang surut, Alokasi waktu kerja, Pendapatan dan konstribusi pendapatan.

Abstract

      The study is aimed to analyze the determinants of working allocation time and the income and its contribution of the coconut farm households on different typological land area of coconut public plantation on tidal land area. Disproportionate stratified random sampling was used in withdrawing 240 farm households as the samples (Bungin, 2010), in accordance to the applied farming pattern, monoculture and polyculture.
      The result of linier regression analysis showed that the determinants of working allocation time of the coconut farm households included tidal land typologies A, B, C, or D; education level; farming pattern; farmers’ age; number of household members; per capita income; male workers’ wage; and female workers’ wage. Meanwhile, the independent variables which were statistically significant in influencing the working allocation time of the coconut farm household included tidal land typologies B and C; the farming pattern; farmers’ age; per capita income; and female workers’ wage. On the other hand, the independent variables which were statistically insignificant in influencing the working allocation time of the coconut farm household included tidal land typology A; farmers’ education level, number of household member; and male workers’ wage.
        The income and its contribution gained from coconut farming on tidal land typologies A and B for both monoculture and polyculture were higher than the ones gained from typologies C and D.  Income contribution for both monoculture and polyculture on land typologies A and B were categorized as high income contribution, whereas on land typologies C and D were categorized as moderate income contribution. 




Keywords : ”Cocos Nucifera L”, Tidal land, Working time allocation, Income, and Income Contribution 

  


Pertumbuhan Stum Okulasi Mata Tidur Klon PB 260 dalam  Polibag
yang Ditumbuhkan di daerah Dataran Tinggi* 
The Growth of budded stump Clone PB 260 in upland

Lucy Robiartini1**, M.Umar Harun1, Renih Hayati1 Yakup Parto1
1Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian  UNSRI Jln. Raya Palembang –Prabumulih     km 32 Indralaya , Ogan Ilir  Sumatera Selatan
*Bagian dari Disertasi **alamat korespondensi

Abstrak

Peluang untuk mengembangkan tanaman karet ke wilayah lain, seperti ke daerah dataran tinggi menjadi pertimbangan, mengingat lahan untuk tanaman karet di dataran rendah semakin berkurang, akibat persaingan komparatif dengan komoditas perkebunan lainnya dan juga minat petani kopi didataran tinggi untuk diversifikasi usaha dengan tanaman karet. Penelitian bertujuan untuk mendapatkan informasi pertumbuhan stum okulasi mata tidur klon PB 260 dalam polibeg yang ditumbuhkan di daerah dataran tinggi.  Pelaksanaan penelitian dimulai bulan Mei 2011 sampai September 2011, di Desa Karya Nyata Kecamatan Semendo kabupaten Muaraenim (760 m dpl) dan desa Sembawa Kabupaten Banyuasin (10 m dpl) Provinsi Sumatera Selatan. Pertumbuhan stum sampai stadia satu payung daun menunjukkan bahwa di dataran tinggi pertumbuhan stum mengalami hambatan pada lilit tunas dan jumlah daun.   Hasil analisis karakter fisiologi daun  didapat  kandungan kadar sukrosa, protein, dan pati yang lebih  tinggi, sedang  kadar lemak  lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan stum okulasi mata tidur klon PB 260 yang ditumbuhkan di daerah dataran rendah. 

Kata Kunci :  Hevea brasiliensis, dataran tinggi, stum okulasi mata tidur


Abstract


The prospect of rubber crop to another part of Indonesia to be highland should be considered because the suitable area in lowland tend to decrease.  The cause of decreasing of rubber crop area are competition to another industrial crop and farmer interest to change their commodity coffea to rubber. The aim of the research is the collect information about growth of budded stump  clone PB 260 in polybag in highland (760 m ). The research was conducted from Mei 2011 until September 2011, at Karya Nyata Village Semendo Muara Enim (760 m about sea level) and Sembawa village Banyu Asin (10 m about sea level) South Sumatera. The result should the growth of budded stump in highland had slower than in variables,  girth and  number of leave.  Fisiology character  indicated the sucrose, starch and protein were higher, however fat was lower than the leave stump in lowland. 

Key words :  Hevea brasiliensis, highland, budded stump. 



PENYUSUNAN ANJURAN PEMUPUKAN SPESIFIK LOKASI PADA TANAMAN KEDELAI
 DI WILAYAH DARATAN KABUPATEN SUMENEP
         
Zainal Arifin, Indriana Ratna Dewi dan Dwi Setyorini
BPTP Jawa Timur
Jl. Raya Karangploso KM 4, Malang

ABSTRAK
Pengelolaan lahan dengan pemupukan spesifik lokasi merupakan upaya meningkatkan efisiensi biaya produksi dan mengoptimalkan peningkatan produksi kedelai. Penggunaan pupuk yang efisien pada dasarnya adalah memberi pupuk baik unsur hara makro maupun hara mikro dalam jumlah, macam dan bentuk yang sesuai dengan kebutuhan tanaman kedelai. Tujuan penelitian adalah menyusun anjuran pemupukan spesifik lokasi pada tanaman kedelai di wilayah daratan Kabupaten Sumenep. Penelitian dilaksanakan di 248 desa wilayah daratan Kabupaten Sumenep, dengan 4 tahap kegiatan, yaitu (a) persiapan, (b) survey pendahuluan dan wawancara semi struktural, (c) pengambilan sample tanah berdasarkan kluster secara dekomposit mewakili 25 ha, dan (d) penyusunan data status hara tanah dan anjuran pemupukan spesifik lokasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa wilayah daratan Kabupaten Sumenep tingkat kesuburan tanahnya rendah dengan kondisi iklim kering berdasarkan tipe iklim Oldeman adalah E3, E4, E5, D3, dan D4, sehingga mempengaruhi dosis pemupukan. Dosis pemupukan pada tanaman kedelai adalah :   25-75 kg Urea/ha,  50-100 kg SP-36/ha dan   75-100 kg KCl/ha.

Kata kunci : Anjuran pemupukan, kedelai, wilayah daratan kabupaten Sumenep


ANALISIS KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN JAGUNG
DI WILAYAH KEPULAUAN KABUPATEN SUMENEP

Zainal Arifin,  Indriana Ratna Dewi dan Diding Rahmawati
BPTP Jawa Timur
Jl. Raya Karangploso KM 4, Malang

ABSTRAK

Tanaman jagung dapat tumbuh dan berproduksi secara optimal diperlukan informasi kualitas dan karakteristik lahan serta manajemen tertentu. Oleh karena itu, pengumpulan data penggunaan lahan berikut statusnya merupakan bagian dari kegiatan pemetaan kesesuaian lahan untuk tanaman jagung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian lahan untuk tanaman jagung di wilayah kepulauan Kabupaten Sumenep. Lokasi penelitian meliputi seluruh wilayah administratif Kabupaten Sumenep kawasan kepulauan yang terdiri dari 9 kecamatan (84 desa), yaitu Kecamatan Giligenteng, Talango, Nonggunong, Gayam, Raas, Sapeken, Arjasa, Kangayan dan Masalembu. Data dan peta yang dikumpulkan meliputi : sumberdaya lahan berupa peta wilayah Kabupaten Sumenep, data iklim (curah hujan) serta survey lokasi penelitian. Penyusunan kesesuaian lahan untuk tanaman jagung mengacu pada konsep sistem pakar (Expert System)  dengan pendekatan pencocokan (matching) antara karakteristik iklim dan sumberdaya lahan dengan persyaratan tumbuh tanaman jagung. Data diolah secara sederhana dan dinterpretasikan dengan peta-peta digital kesesuaian lahan untuk tanaman jagung di wilayah kepulauan Kabupaten Sumenep.  Hasil penelitian menunjukkan wilayah kepulauan Kabupaten Sumenep tergolong beriklim kering dengan tipe iklim berdasarkan Oldeman E4 dan D3 dengan bulan basah antara 1-4 bulan dan bulan kering 6-11 bulan. Jenis tanahnya terdiri dari Aluvial Hidromorf; Komplek Mediteran Grumusol, Regosol dan Litosol; Regosol Coklat kekuningan; dan Komplek Mediteran Merah dan Litosol. Peta digital kesesuaian lahan dari masing-masing wilayah kepulauan Kabupaten Sumenep cukup beragam dan pada dasarnya hampir semua wilayah kepulauan di dominasi oleh sesuai dan sebagian sesuai marginal untuk tanaman jagung.

Kata kunci :  Kesesuaian lahan, tanaman jagung, wilayah kepulauan Kabupaten  Sumenep


Analisis Trend Hasil Per Satuan Luas Tanaman Padi
Tahun 1970 -2010 dan Ketahanan pangan
di Provinsi Jawa Timur

Tutik Setyawati
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Timur
Jln. Raya Karangploso Km 4, PO. Box 188. Malang. 65101

ABSTRAK

Daerah produsen beras di Indonesia tidak merata, 50-70% produksi padi terpusat di pulau Jawa.  Jawa Timur merupakan produsen padi terbesar ke dua di Indonesia, sekitar 17,2 % produksi padi Indonesia dipasok dari provinsi Jawa Timur. Namun demikian, beberapa fenomena kekurangan pangan yang terjadi beberapa tahun terakhir menimbulkan pertanyaan, apakah produksi pangan di masa mendatang tetap dapat mengimbangi laju pertumbuhan penduduk yang terus meningkat dan apakah ketahanan pangan dapat dipertahankan. Pada tahun 2010 produksi padi di Jawa Timur mencapai 11.643.773 ton, dengan penduduk berjumlah 37.476.757  jiwa, namun menurut data sosial ekonomi tercatat adanya penduduk miskin di desa mencapai 3.655.760 jiwa dan di kota mencapai 1.873.550 jiwa.  Sehubungan dengan hal di atas, makalah ini bertujuan menganalisis pola temporal trend produksi padi  selama periode 1970- 2010 dan hubungannya dengan perkembangan ketahanan pangan di provinsi Jawa Timur. Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan produksi, produktivitas dan luas areal tahunan padi, padi sawah dan padi ladang periode tahun 1970-2010 dan bertujuan menganalisis pola temporal produksi dan hasil persatuan luas menggunakan analisis regresi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa analisis jangka panjang 1970-2010 menunjukkan adanya pelambatan peningkatan areal panen yang ditunjukkan dengan nilai ( -0, 207 ) untuk padi keseluruhan,  (- 0,158) untuk padi ladang dan ( -0,743) untuk padi sawah.  Demikian juga pada analisis per sepuluh tahunan, kecuali pada tahun 2000-2010. Merespon indikasi perlambatan luas panen tersebut, diharapkan kegiatan penelitian atau pengkajian yang berorientasi peningkatan daya hasil perlu mendapat prioritas. Terkait dengan ketahanan pangan terlihat adanya ketersediaan pangan daerah belum menjamin tingkat daya beli masyarakat setempat.

Kata kunci : Padi, Padi ladang, padi sawah, Trend hasil per satuan luas, kemiskinan, ketahanan pangan


ABSTRACT

Rice-producing areas in Indonesia is uneven, 50-70% of rice production is concentrated in Java. East Java is the second largest rice producer in Indonesia, approximately 17.2% of rice production is supplied from the Indonesia province of East Java. However, some phenomena of food shortages that occurred in recent years raises the question whether in future food production can still keep pace with the growing population and whether the food security can be maintained. In 2010 rice production in East Java reached 11,643,773 tons, with a total population of 37,476,757 people, but according to socio-economic data recorded in the village the population reached 3.65576 million poor people and the city reached 1.87355 million inhabitants. In connection with the above, this paper aims to analyze the temporal patterns of rice production trend over the period 1970 - 2010 and its association with the development of food security in East Java province. This study uses secondary data the annual production, productivity and the annual area of rice, paddy and paddy fields in the period 1970-2010 and aims to analyze the temporal patterns of production and the broad unity using regression analysis. The results showed that long-term analysis of 1970-2010 showed a slowing  in harvest area indicated by the value (-0, 207) for the whole rice, (-0,158) for the paddy and (-0.743) for the paddy fields. Similarly, the analysis of a ten-year, except in the year 2000-2010. Respond to indications of a slowing in harvested area, the expected activity-oriented research or assessment of yield improvement needs to be prioritized. Related to food security looks a local food availability does not guarantee the purchasing power of local communities.

Key words: Rice, paddy, paddy fields, yield trend per unit area, poverty, food security




PERAN VARIETAS UNGGUL BARU DALAM USAHA PENYEDIAAN DAN PERBANYAKAN BENIH UNGGUL MENDUKUNG SL-PTT DI BALI


Ida Bagus Kade Suastika dan A.A.N.B. Kamandalu
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali
Jln. By Pass Ngurah Rai Pesanggaran, Denpasar P.O. BOX: 3480
Telp. (0361) 720498, Fax. (0361) 720498
Email:bptp_bali@yahoo.com


Abstrak

Varietas unggul merupakan salah satu komponen teknologi yang handal dan cukup besar sumbangannya dalam meningkatkan produksi padi nasional, baik dalam kaitannya dengan ketahanan pangan maupun peningkatan pendapatan petani.  Varietas unggul tanaman yang dihasilkan sudah cukup banyak, namun sering benihnya tidak tersedia di tingkat petani.  Melalui kegiatan penyediaan dan perbanyakan benih unggul secara berkelanjutan diharapkan dapat memecahkan permasalahan kelangkaan ketersediaan benih unggul bermutu yang selalu terjadi setiap tahunnya di Bali pada saat tanam baik dari segi kualitas maupun kuantitas.  Kegiatan ini dimaksudkan untuk : (1) menghasilkan benih padi untuk memenuhi ketersediaan benih unggul bermutu mendukung kegiatan SL-PTT dalam upaya mendukung program peningkatan produksi padi, (2) mempercepat penyebaran/penggunaan benih unggul bermutu di tingkat kelompok tani/pengguna lainnya agar konsep gilir varietas dapat dilaksanakan, (3) meningkatkan ketrampilan kelompok penangkar dalam usaha penyediaan dan perbanyakan benih unggul untuk memenuhi ketersediaan benih unggul bermutu secara berkelanjutan.  Kegiatan dilakukan bekerjasama dengan kelompok penangkar KUAT subak Guama, desa Selanbawak, Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan; subak Kumpul, desa Bone, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar; subak Penarungan, desa Penarungan, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung; subak Kusamba (Ketut Tanggin), desa Kusamba, Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung, dan Koptan Panca Utama subak Jagaraga, desa Penyaringan, Kecamatan Mendoyo, Kabupaten Jembrana.  Dari hasil kegiatan penyediaan dan perbanyakan diperoleh benih sebanyak 89.546 kg dengan rincian 35.744 kg benih Cigeulis kelas BP/SS, 12.265 kg benih Ciherang kelas BP/SS, 1416 kg benih Inpari 10 kelas BD/FS, 18.440.kg benih Inpari 10 kelas BP/SS, 12.720 kg benih Inpari 13 kelas BP/SS, dan 8.961 kg benih Inpari 13 kelas BR/ES.  Sebagian besar produksi benih yang dihasilkan dari kegiatan penyediaan dan perbanyakan benih dari masing-masing kelompok penangkar telah terdistribusi/tersalurkan ke berbagai kabupaten/kota se-Bali dimanfaatkan untuk mendukung program pemerintah dalam upaya penyediaan bantuan langsung benih unggul (BLBU) dan cadangan benih nasional (CBN) bagi kelompok tani/pengguna lainnya mendukung SL-PTT di Bali bekerjasama dengan PT. Sang Hyang Sri dan PT. Pertani, dan sebagian lagi disalurkan melalui kios-kios dan kelompok tani (subak). Dengan menggunakan varietas unggul baru mampu meningkatkan produksi per hektar hingga 15-20%.
Kata kunci: VUB, penyediaan dan perbanyakan benih, SL-PTT

ABSTRACT

Corn crop can grow and produce an optimal quality of the information required and certain land characteristics and management. Therefore, the following land use data collection status is part of the mapping of land suitability for corn crop. This study aims to determine the suitability of land for corn crops in Sumenep archipelago. Location of research covering all areas of administrative regions Sumenep archipelago consisting of nine sub-districts (84 villages), the Giligenteng, Talango, Nonggunong, Gayam, Raas, Sapeken, Arjasa, Kangayan and Masalembu Sub-district. Data and maps collected includes : land resources in the form of a map of the area Sumenep, climate data (rainfall) as well as survey research sites. The preparation of land suitability for crop corn refers to the concept of expert system with matching approach between the characteristics of climate and land resources with the growing requirements of corn. Data processed in a simple and interpreted with digital maps of land suitability for crop corn in Sumenep archipelago. The results showed an archipelago Sumenep belonging dry climate with climate types Oldeman : E4 and D3 with the wet months between 1-4 months and 6-11 months dry months. Soil type consists of Alluvial Hidromorf; Complex Mediterranean Grumusol, Regosol and litosol; Regosol yellowish brown, and the Mediterranean Complex Red and Litosol. Digital maps of land suitability of each area is quite diverse archipelago Sumenep and basically almost all of the islands is dominated by a suitable and most appropriate marginal for corn crops.

Key words: Suitability of land, corn crop, archipelago Sumenep


UJI ADAPTASI KETAHANAN  BEBERAPA VARIETAS UNGGUL BARU PADI
TERHADAP PENYAKIT BLAS


Ida Bagus Kade Suastika
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali
Jln By Pass Ngurah Pesanggaran, Denpasar P.O. BOX: 3480
Telp. (0361) 720498; 724381, Fax. (0361) 720498
Email:bptp_bali@yahoo.com


Abstrak

Pengujian adaptasi ketahanan beberapa varietas unggul baru (VUB) padi terhadap penyakit blas dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui ketahanan beberapa VUB  padi terhadap serangan penyakit blas.  Pengujian dilaksanakan di lahan sawah subak Guama, desa Selanbawak, Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan dari bulan September sampai Desember 2011.  Pengujian menggunakan rancangan acak lengkap (RAK) dengan 4 (empat) perlakuan termasuk kontrol.  Perlakuan VUB padi yang di uji diantaranya adalah Inpari 10, Inpari 13, serta Cigeulis dan Ciherang sebagai kontrol.  Bibit padi ditanam pada petak alami ukuran 250-400 m2 dengan sistem tanam pindah legowo 2:1 dengan jarak tanam 50 cm x 25 cmx 12,5 cm.  Pemupukan dengan dosis 200 kg Urea/ha + 200 kg Phonska/ha + 2 ton/ha pupuk organik. Parameter yang diamati meliputi keragaan tanaman (tinggi tanaman, jumlah anakan/rumpun), komponen hasil (panjang malai, jumlah gabah/malai, jumlah gabah isi/malai dan jumlah gabah hampa/malai) serta hasil dan serangan penyakit blas yang dilakukan pada saat menjelang panen.  Hasil pengujian menunjukkan bahwa varietas Inpari 13 bereaksi tahan terhadap serangan penyakit blas dan berbeda nyata dibandingkan dengan kontrol (Cigeulis dan Ciherang) dengan tingkat serangan 1% dibandingkan dengan 10% dengan hasil gabah kering panen (GKP) per hektar lebih tinggi dan berbeda nyata dengan kontrol (Cigeulis dan Ciherang) yaitu 8146 kg/ha dibandingkan dengan 6810 kg/ha dan 7167 kg/ha.  Sedangkan varietas Inpari 10 bereaksi peka (rentan) terhadap serangan penyakit blas dan berbeda nyata dibandingkan dengan kontrol (Cigeulis dan Ciherang) dengan tingkat serangan 45% dibandingkan dengan 10% dengan hasil gabah kering panen (GKP) per hektar lebih rendah dan berbeda nyata dengan kontrol (Cigeulis dan Ciherang) yaitu 5667 kg/ha dibandingkan dengan 6810 kg/ha dan 7167 kg/ha.
Kata kunci: VUB, penyakit blas, adaptasi

DAYA DUKUNG JERAMI PADI DAN LIMBAH TERNAK SAPI PADA USAHATANI INTEGRASI  SAPI-PADI SAWAH DI DESA PANGSAN, KABUPATEN BADUNG

Oleh
Ni Luh Gede Budiari, I.B.G. Suryawan dan I N. Sugama
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali
Jl. By Pass Ngurah Rai, Pesanggaran, Denpasar Selatan, Bali, 80222



ABSTRAK
Jerami padi yang dihasilkan selama ini sebagian besar dibakar dan sebagian kecil dikembalikan ke dalam tanah, sehingga masih mempunyai peluang untuk dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya dukung jerami padi untuk penggemukan sapi. Penelitian dilaksanakan di Desa Pangsan, Kabupaten Badung dari bulan April sampai dengan Nopember 2011. Bahan penelitian berupa ternak sapi sebanyak 20 ekor dan jerami padi yang dihasilkan dari lahan sawah seluas 1 ha. Jerami padi sebelumnya difermentasi terlebih dahulu selama 7 hari. Perlakuan pakan yang diberikan, yaitu hijauan makanan ternak (HMT) sesuai cara petani (P0) dan 50% HMT + 50% jerami fermentasi + 2 kg dedak padi (P1). Parameter yang diamati adalah a) bobot badan awal, b) pertambahan bobot badan harian, c) bobot badan akhir, d) produksi feses dan urine sapi, dan e) produksi jerami padi.  Hasil penelitian menunjukan, bahwa perlakuan P1 meningkatkan bobot badan  harian dan bobot badan akhir  secara nyata (P>0,05) jika dibandingkan dengan sapi yang hanya diberikan pakan HMT (P0). Peningkatan berat badan disebabkan karena kandungan nutrisi jerami padi terfermentasi yang dikombinasikan dengan HMT dan dedak padi sesuai dengan kebutuhan sapi Bali sehingga pertumbuhannya jauh lebih baik. Satu ha lahan sawah mampu menyediakan pakan jerami padi untuk 7 ekor sapi dan  untuk 1 ha lahan sawah kebutuhan pupuknya dapat dipenuhi dari 3 ekor sapi per musim atau 6 ekor per tahun. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan, bahwa untuk luas lahan sawah 1 ha mampu mendukung penyediaan pakan untuk 7 ekor sapi per tahun tetapi kebutuhan pupuk dapat dipenuhi dengan 6 ekor sapi, sehingga kelebihan produksi pupuk dari limbah sapi bisa dijual sebagai nilai tambah dari usatani integrasi sapi-padi sawah.

Kata kunci: sapi, jerami, pupuk, limbah, integrasi

ABSTRACT

Rice straws produced are mostly burned and are only small amount returned into the land, so that is a chance to utilize as feed. This research is aimed to find out the carrying capacity of rice straw for fatening cow. Research was conducted in Pangsan Village, Badung Regency, from April to November 2011. There were 2 treatments, i.e. P0= pure green forage (HMT), as farmer practice, and P1= 50% HMT + 50% fermented straw + 2 kg rice bran.  Parameters observed were a) initial body weight, b) daily body weight increase, c) final body weight, d) production of feces and urine, dan e) production of rice straw.  Results showed that P1 significantly increased daily and final body weight  as compared to  P0. Increasing of body weight was contributed by nutrition value of fermented rice straw combined with HMT and rice bran that was adequate for Balinese cow needs for growth. One hectare rice field was able to provide feed for 7 cows and for one hectare rice field organic fertilizer was able to be supplied from 3 cows every season or 6 cows per year. The exciding fertilizers produced from cow wastes can be sold as a additional value of cow-rice integrated farming.

Key words: cow, rice straw, fertilizer, waste, integration


PERBEDAAN SISTIM PEMELIHARAAN TERHADAP INFESTASI PARASIT GASTROINTESTINAL PADA SAPI BALI
Nyoman Sugama dan Nyoman Suyasa
Balai Pengkajain Teknologi Pertanian (BPTP) Bali
Jl. By Pass Ngurah Rai, Pesanggaran, Denpasar Selatan, Bali, 80222
E-mail : n.suyasa@yahoo.com ; bptp_bali@yahoo.com


Abstrak
Untuk mendukung program ketahanan pangan dan meningkatkan  produksi di bidang peternakan maka pemerintah telah mencanangkan Program Percepatan Swasembada Daging Sapi dan Kerbau  (PSDSK), yang harus dicapai pada tahun 2014Sapi Bali merupakan ternak primadona di Bali yang banyak dipelihara oleh masyarakat Bali. Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan usaha pengembangan ternak sapi Bali dari aspek manajemen adalah faktor kesehatan atau kontrol penyakit. Penyakit parasit gastrointestinal  merupakan salah satu penyakit yang menyerang ternak sapi pada berbagai umur. Penyakit ini secara tidak langsung dapat menyebabkan kematian ternak, tetapi dalam jangka panjang dapat merugikan karena akan menurunkan produksi ternak. Pola pemeliharaan ternak sapi akan turut mempengaruhi perkembangan agen penyakit parasit pada ternak sapi. Untuk mengetahui sejauh mana perbedaan tingkat infestasi parasit pada pola pemeliharaan yang berbeda perlu dilakukan pemeriksaan terhadap feses sapi. Penelitian dilakukan di Kubutambahan, kabupaten Buleleng, menggunakan 60 ekor sapi Bali yang dibagi tiga kelompok umur yaitu jantan dewasa,betina dewasa dan pedet. Sampel yang diambil berupa feses sapi dalam pengawet formalin 10% , serta dilakukan pemeriksaan di Balai Besar Veteriner Denpasar dengan menggunakan metode Apung (Whitlock) dan metoda Sedimentasi (whitlock). Pemeriksaan meliputi jumlah EPG feses dan jenis parasit gastrointestinal yang menginfeksi sapi. Hasil yang diperoleh dianalisis secara Deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan prevalensi infeksi parasit gastrointestinal pada ke tiga kelompok umur  di luar SIT (40%) lebih tinggi jika dibandingkan di SIT (27%). Sedangkan pasca pemberian obat cacing pada kelompok jantan terjadi penurunan dari 13% menjadi 7% (SIT) dan tetap 38% (luar SIT). Jumlah  parasit yang menginfeksi terdiri dari 7 jenis/spesies baik pada SIT maupun luar SIT dengan spesies yang berbeda. Sedangkan tingkat infeksi parasit gastrointestinal pada semua kelompok umur tergolong ringan karena jumlah EPG/OPG masih dibawah 500 butir/gram feses.
Kata kunci : sapi Bali, pola pemeliharaan, parasit gastrointestinal


DIFFERENCE SYSTEM MAINTENANCE OF THE BALI CATTLE IN GASTROINTESTINAL PARASITIC INFESTATIONS
Abstract

To support and enhance food security programs in the field of livestock production, the government has launched the Self-Sufficiency Program Acceleration Beef and Buffalo (PSDSK), which must be achieved in 2014. Bali cattle is the favorite livestock in Bali wich  are maintained by the community of Bali. One of the factors that determine the success of the business development of the Bali cattle management aspects are health factors or disease control. Gastrointestinal parasitic disease is one disease that attacks cattle at various ages. This disease can indirectly cause the death of livestock, but in the long run can be detrimental because it will reduce the production of livestock. Pattern maintenance of cattle will also influence the development of parasitic disease agents in cattle. To find out the extent to which differences in levels of parasite infestation in different patterns necessary maintenance checks on cattle feces. The study was conducted in Kubutambahan, Buleleng district, using 60 Bali cattle is divided into three age groups of adult males, adult females and calf. Samples taken in the form of cow feces in the preservative formalin 10%, and examined at the District Infestigation Center in  Denpasar using floating method (Whitlock) and Sedimentation method (Whitlock). Examination include the number and type of fecal EPG gastrointestinal parasite that infects cattle. The results obtained were analyzed by descriptive. Results showed the prevalence of gastrointestinal parasitic infections in the three age groups outside of SIT (40%) higher than in the SIT (27%). While the post-drug administration in groups of male worms there is a decrease from 13% to 7% (SIT) and remained 38% (out of SIT). The number of parasites that infect consists of 7 species / species both in and outside the SIT, with different species. While gastrointestinal parasite infection rates in all age groups relatively mild because of the amount of EPG / OPG is still below 500 grains / gram of feces.
Keywords: Bali cattle, pattern maintenance, gastrointestinal parasites


PEMANFAATAN LIMBAH KOPI SEBAGAI PAKAN TERNAK
UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS SAPI BALI

Nyoman Suyasa, dan Nyoman Sugama

Balai Pengkajain Teknologi Pertanian (BPTP) Bali
Jl. By Pass Ngurah Rai, Pesanggaran, Denpasar Selatan, Bali, 80222
E-mail : n.suyasa@yahoo.com ; bptp_bali@yahoo.com

Abstrak
Dewasa ini kebutuhan akan nilai gizi masyarakat, khususnya protein hewani per kapita masih belum memadai. Walaupun jumlah ternak meningkat apabila dibandingkan dengan tingkat kebutuhan yang juga meningkat, tetap saja terjadi kesenjangan. Hal ini telah pula diantisipasi oleh pemerintah dengan mencanangkan Program Percepatan Swasembada Daging Sapi dan Kerbau (PSDSK) dan ini  merupakan salah satu program utama Kementerian Pertanian saat ini dalam mengatasi ketahanan pangan. Limbah pertanian diantaranya limbah kulit kopi selama ini tidak termanfaatkan dengan baik dan jumlah limbah sangatlah besar yang berpotensi dipakai sebagai pakan ternak. Penelitian ini dilakukan di Kubutambahan kabupaten Buleleng menggunakan 21 ekor sapi Bali masa penggemukan dengan bobot badan rata – rata 250 – 300 kg/ekor. Dengan perlakuan : P0 : sapi yang diberikan pakan seperti biasa dipelihara petani (10 % rumput dan hijauan)dari bobot badan , P1 : P0 + pakan berupa limbah kopi 2 kg/ekor/hari, dan P2 : P0 + 1 kg Limbah kopi + 1 kg Dedak Padi + 5 cc Probiotik Biocas /ekor/hari. Pemberian pakan tambahan diberikan selama 4 bulan (120 hari) dan  Bobot harian yang dicapai adalah P0 : 0,21 kg/ekor/hari, P1 : 0,55 kg/ekor/hari dan P2 : 0,57 kg/ekor/hari. Peningkatan bobot harian tertinggi terjadi pada P2 yaitu 0,57 kg/ekor/hari, disebabkan selain karena pakan tambahan limbah kopi dan padi juga karena adanya probiotik Biogas.
Kata kunci : Sapi Bali, Limbah Kopi, Penggemukan, Produktivitas.


UTILIZATION OF WASTE COFFEE AS ANIMAL FEED
BALI CATTLE TO IMPROVE PRODUCTIVITY
 Abstract

Recently the need for the nutritional value of the community, especially animal protein per capita is still not adequate. Although the number of livestock increased when compared with the level of demand has also increased, it is still a gap. It was also anticipated by the government launched the Self-Sufficiency Program Acceleration Beef and Buffalo (PSDSK) and this is one of the main program the Ministry of Agriculture in addressing food security. Agricultural wastes such as waste during the coffee skin is not utilized properly and the enormous amount of waste that could potentially be used as livestock feed. The research was conducted in Kubutambahan, Buleleng district using 21 head of Bali cattle fattening, period with average body weight - 250-300 kg / head. With treatment: P0: cattle feed as usual provided the farmers maintained (10% grass and forage) of body weight, P1: P0 + coffee waste in the form of feed 2 kg / head / day, and P2: P0 + 1 kg of coffee waste + 1 kg waste Rice bran + 5 cc Probiotics Biocas / head / day. Provided additional feeding for 4 months (120 days) and daily weight achieved is P0: 0.21 kg / head / day, P1: 0.55 kg / head / day and P2: 0.57 kg / head / day. The highest daily increase in weight occurred in the P2 : 0.57 kg/ head / day, caused due to additional food waste in addition to coffee and rice are also due to the probiotics Biocas.
Keywords: Bali Cattle, Waste Coffee, Fattening, Productivity

DOMINASI VUB DALAM MENUNJANG USAHA PERBENIHAN
DAN UPAYA PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI

Ni Putu Sutami, dan IBK Suastika
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bali

Abstrak
Penggunaan benih bermutu varietas unggul adalah salah satu penentu  keberhasilan usaha penangkaran  untuk mendukung ketersediaan benih padi. Upaya yang dilakukan untuk memperbanyak  benih bermutu dari varietas unggul padi di Bali adalah melakukan penumbuhan petani penangkar dengan pembinaan yang intensif. Kegiatan penangkaran yang dilakukan oleh Subak Kumpul Gianyar menggunakan beberapa VUB padi sawah, antara lain Inpari 10, 13, Ciherang serta Cigeulis.  Jenis benih yang tersedia dan ditanam antara lain FS dan SS. Pengkajian dilaksanakan oleh  petani yang dihimpun dalam satu wadah kelompok tani. Kajian kegiatan meliputi: introduksi VUB padi sawah dan penerapan teknologi PTT dan survei Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji sejauhmana penerimaan dan perkembangan varietas yang telah dilepas dan mengetahui faktor-faktor apa saja yang menentukan varietas unggul tersebut diterima atau diminati oleh petani. Hasil penelitian menunjukkan VUB Inpari 10 cocok diusahakan di Subak Kumpul karena produksinya lebih tinggi dibandingkan dengan Ciherang yang biasa ditanam oleh petani setempat dengan keunggulan berkisar antara 1 sampai 1,5 ton gabah kering panen. Beberapa permasalahan yang dijumpai menghambat usaha perbenihan padi antara lain rendahnya ketrampilan/keahlian  SDM sehingga kemampuan dalam mengadopsi VUB menjadi benih bersertifikat masih rendah, kurangnya lembaga pemasaran benih dan kurangnya sistem informasi perbenihan sehingga belum dapat memberikan solusi perbenihan yang maksimal. Dampak pengkajian terhadap penggunaan VUB sangat positif dapat dilihat dari banyaknya petani disekitar wilayah pengkajian mencari benih VUB yang telah didesiminasikan.

Kata Kunci : Dominasi VUB , Usaha Perbenihan dan produktivitas padi

RESPON BEBERAPA JENIS PUPUK ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN  HASIL PADI VARIETAS UNGGUL CIGEULIS
Wayan Sunanjaya dan Made Delly Resiani
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali.
Jl By Pass Ngurah Rai Pesanggaran Denpasar
E-mail : bptp_bali@yahoo.com

ABSTRAK
            Subsektor pertanian tanaman pangan mempunyai peranan penting dan strategis dalam pembangunan nasional maupun regional.  Keberhasilan pembangunan pertanian akan terwujud apabila terjadi peningkatan ketahanan pangan, peningkatan produksi pertanian. Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (PTT) pada padi sawah merupakan salah satu model atau pendekatan pengelolaan usahatani padi, dengan mengimplementasikan berbagai komponen teknologi budidaya yang memberikan efek sinergis.  PTT menggabungkan semua komponen usahatani terpilih yang serasi dan saling komplementer, untuk mendapatkan hasil panen optimal dan kelestarian lingkungan (Sumarno dkk. 2000; Badan Litbang Pertanian 2008).  Pupuk organik merupakan salah satu sumber hara potensial untuk mensubstitusi penggunaan pupuk anorganik.  Pupuk organik juga memegang peran yang sangat penting untuk memelihara kesuburan tanah (fisik, kimia, dan biologi tanah).Penelitian dilaksanakan di Subak Ayung, Desa Buduk, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung. Waktu pelaksanaan penelitian dimulai 20 Juli  sampai dengan 24 Oktober 2011. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok sederhana (RAK) 4 (empat) ulangan dengan perlakuan beberapa jenis pupuk organik. Penanaman di lakukan dengan sistem tegel 20x20cm. Petak percobaan menggunakan petak alami. Jumlah sampel tanaman tiap petak alami sebanyak 10 rumpun.  Sedangkan untuk variabel hasil menggunakan ubinan berukuran 5 x 5 m.  Analisa data dilakukan sesuai dengan rancangan yang digunakan, sedangkan uji beda nilai rata-rata dengan BNT taraf 5%. Parameter yang diamati antara lain : tinggi tanaman maksimun, jumlah anakan produktif per rumpun, jumlah gabah isi  dan hampa per malai, jumlah gabah isi dan gabah total per malai, bobot 1000 butir biji dan hasil gabah kering panen per hektar. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan pupuk organik memberikan pengaruh yang nyata (P<0,05) terhadap seluruh variabel yang diamati. Perlakuan pupuk Enzimbiotan memberikan hasil gabah kering panen tertinggi sebesar 8,19 t ha-1 atau meningkat sebesar 7,76 % jika dibandingkan dengan  kontrol sebesar 7,60 t ha-1. . Tingginya hasil gabah kering panen hektar-1  didukung oleh tinggi tanaman maksimun, jumlah anakan produktif per rumpun, jumlah gabah isi  dan hampa per malai, jumlah gabah isi dan gabah total per malai, bobot 1000 butir biji dengan nilai korelasi r 0,01 (0,708) masing-masing sebesar 0,830**; 0,923**; 0,905**; -0,865**, 0,959**; 0,854**; dan 0,950**

Kata kunci : Respon, pupuk organik, Cigelis

PEMANFAATAN JERAMI PADI SEBAGAI PAKAN ALTERNATIF UNTUK SAPI BALI BETINA

I Nyoman Sugama, Luh Gde Budiari dan Made Astika
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali
Jl. By Pass Ngurah Rai, Pesanggaran, Denpasar Selatan, Bali, 80222



ABSTRAK

Upaya peningkatan produktivitas ternak sapi di daerah Bali itu dihadapkan pada keterbatasan jumlah hijauan pakan ternak khususnya di musim kemarau, sehingga perlu dicarikan pakan alternatif untuk mensubstitusi rumput lapangan/HMT. Salah satu alternatif untuk penyediaan pakan yang murah dan kompetitif adalah melalui pemanfaatan limbah pertanian terutama jerami padi. Untuk meningkatkan kandungan nutrisi jerami padi perlu dilakukan pengolahan/fermentasi. Penelitian dilakukan di desa Pangsan, Kec. Petang, Kab. Badung, Bali tahun 2011 untuk mengetahui pengaruh pemanfaatan jerami padi terfermentasi terhadap produktivitas sapi bali betina. Penelitian menggunakan RAK dengan 18 ekor sapi bali betina umur 12 bulan yang dibagi dalam 3 perlakuan yaitu : P0: sapi diberikan pakan HMT ( kontrol), P1: sapi diberikan 50% HMT + 50% jerami padi terfermentasi + dedak padi 1 kg/ekor/hari+ probiotik Promix 200 gr/100 kg konsentrat, P2: sapi diberikan 50% HMT + 50% jerami padi terfermentasi + dedak padi 1 kg/ekor/hari + probiotik Starbio 250gr/100 kg konsentrat. Analisis data sesuai rancangan dan uji lanjut BNT 5%. Hasil penelitian menunjukkan perlakuan P2 memberikan peningkatan berat badan harian tertinggi (0,34 kg/ekor/hari), selisih skor kondisi tubuh ternak(1,4), angka service perconception terendah (1,25), serta berat lahir pedet (17 kg/ekor). Sedangkan umur kebuntingan terendah terjadi pada kelompok kontrol (286 hari). Dari hasil penelitian dapat disimpulkan pemberian pakan HMT+jerami padi terfermentasi yang dikombinasikan dengan dedak padi dan probiotik mampu maningkatkan produktivitas sapi bali.

                Kata Kunci :  sapi bali, jerami padi, produktivitas sapi bali


ABSTRACT

Efforts to increase the productivity of Bali cattle in the area were faced with a limited amount of forage, especially in the dry season, so need to look for alternatives to substitute feed grass field / HMT. One alternative to a cheap supply of feed and competitive is through the utilization of agricultural waste, especially rice straw. To improve the nutritional content of rice straw needs to be done processing / fermentation. The study was conducted in the village Pangsan, district. Evening, Badung regency, Bali in 2011 to determine the effect of fermented rice straw utilization on the productivity of Bali cattle females. Research using RGD with 18 head of cattle bali female age 12 months, divided into 3 treatment are: P0: cows given feed HMT (control), P1: HMT cows given 50% + 50% rice straw fermented rice bran + 1 kg / head / day + probiotics gr/100 Promix 200 kg of concentrates, P2: HMT cows given 50% + 50% rice straw fermented rice bran + 1 kg / head / day + probiotics Starbio 250gr/100 kg of concentrate. Analysis of data according to the design and test advanced LSD 5%. The results showed treatment P2 provides the highest daily weight gain (0.34 kg / head / day), the difference in livestock body condition score (1.4), service number perconception lowest (1.25), and calf birth weight (17 kg / tail). While the lowest pregnancy age occurred in the control group (286 days). From the research results can be concluded HMT + feeding fermented rice straw combined with rice bran and probiotic capable maningkatkan productivity of Bali cattle.

Keywords: bali cattle, rice straw, the productivity of Bali cattle


USAHATANI PADI DENGAN CARA TANAM JAJAR LEGOWO 2 : 1 MENDUKUNG PERBENIHAN DI PROVINSI BALI
S.A.N. Aryawati dan I.B. Suastika
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali
Jl. By Pass Ngurah Rai, Pesanggaran, Denpasar Selatan, Bali, 80222 E-mail : bptp_bali@yahoo.com

ABSTRAK
Cara tanam adalah salah satu komponen teknologi yang diketahui sangat berpengaruh pada tingkat produktivitas padi disuatu lokasi, yang diharapkan dapat memecahkan masalah kelangkaan benih bermutu untuk mencapai program peningkatan produksi beras nasional (P2BN). Kajian dilaksanakan di tiga lokasi yaitu (1) di Kabupaten Tabanan yang terletak di Subak Guama, Desa Selanbawak, Kecamatan Marga seluas 6 ha (2) di Kabupaten Gianyar yang terletak di Subak Kumpul, Desa Bone, Kecamatan Blahbatuh seluas 8 ha (3) di Kabupaten Jembrana seluas 2 ha di Subak Babakan Pohsanten.  Kegitan dilaksanakan selama dua musim tanam dari bulan Pebruari sampai bulan Desember 2010. Varietas yang digunakan Ciherang, Cigeulis, Inpari 1 dan Inpari 6 dengan melibatkan 64 petani. Sebagian petani menanam dengan cara legowo 2:1 dan sebagian menanam dengan cara biasa atau cara petani. Parameter yang diamati dalam kegiatan ini meliputi keragaan tanaman, komponen hasil dan produksi per hektar dari masing-masing varietas uji yang dilakukan pada saat panen. Sebagai data pendukung juga diamati tingkat serangan hama dan penyakit serta kelayakan ekonomi dengan cara mendata outtput dan input dari masing-masing komponen kegiatan. Untuk mengetahui pengaruh antar perlakuan, pengujian dilanjutkan dengan menggunakan uji jarak berganda (Duncant Multiple Range Test) atau T-test menggunakan program SPSS 11. Hasil penelitian menunjukkan bahwa cara tanam legowo 2:1 memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan produksi padi dibandingkan dengan cara petani. Produktivitas padi yang dihasilkan meningkat sekitar 8-21,4% dibandingkan cara petani. Kelayakan usahatani dengan cara tanam legowo lebih tinggi dibandingkan cara petani di tiga lokasi yaitu: (1) Subak Guama dengan B/C ratio 4,4 untuk legowo 2:1 dan cara petani B/C ratio 3,7 (2) Subak Kumpul dengan B/C ratio 3,1 untuk legowo 2:1 dan cara petani 2,3 (3) Subak Babakan Pohsanten B/C ratio 4,7 untuk legowo 2 : 1 dan cara petani 3,7. Hasil Pengkajian dapat disimpulkan bahwa dengan cara tanam legowo 2:1 lebih menguntungkan daripada cara petani.
Kata kunci : usahatani, jajar legowo 2:1 dan perbenihan


RICE FARMING BY PLANTING PARALLELOGRAM LEGOWO 2 : 1 BALI PROVINCE IN SUPPORTING GERMINATION

ABSTRACT

Planting method is one of the component technologies that are known to greatly influence the level of productivity of paddy in location, which is expected to solve the problem of scarcity of quality seed to reach the national rice production enhancement program (P2BN). Studies conducted at three locations: (1) in Tabanan Regency, located in Subak Guama, Selanbawak Village, District Marga area of 6 ha (2) in Gianyar regency, which is located in Subak Kumpul, Bone Village, District Blahbatuh area of ​​8 ha (3) in Jembrana area of ​​2 ha in Subak Babakan Pohsanten. Activity of conducted during two cropping seasons from February to December 2010. Varieties used Ciherang, Cigeulis, Inpari 1 and Inpari 6 involving 64 farmers. Some farmers plant by legowo 2:1 and partially planted in the usual manner or means farmer. Parameters observed in this activity include appearance plant, yield components and production per acre of each variety of tests performed at the time of harvest. As supporting data were also observed levels of pest and diseases and the economic feasibility by outtput record and input of each component activity. To determine the effect of inter-treatment, followed by testing using a multiple range test (Duncant Multiple Range Test) or T-test using SPSS 11. The results showed that planting method legowo 2:1 gives a real influence on the growth and production of rice compared with the farmers. The resulting rice productivity increased by about 8 to 21.4% compared to the way farmers. Feasibility of farming by planting legowo higher than the way farmers in the three locations, namely: (1) Subak Guama with B / C ratio 4.4 to 2:1 and the way farmers legowo B / C ratio of 3.7 (2) Gather the Subak B / C ratio 3.1 to 2:1 and the way farmers legowo 2.3 (3) Subak Babakan Pohsanten B / C ratio of 4.7 to legowo 2: 1 and the way farmers 3.7. Assessment results can be concluded that by planting more profitable than 2:1 legowo way farmers.

Key words: farming, parallelogram legowo 2:1 and Germination


RESPON CARA TANAM DAN JENIS PUPUK ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL PADI VARIETAS UNGGUL BARU INPARI 13

Sunanjaya dan Delly Resiani
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali
Jl. By Pass Ngurah Rai Pesanggaran Denpasar
Email : bptp_bali@ yahoo.com


ABSTRAK
Departemen Pertanian meluncurkan Program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) yaitu dengan pendekatan Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (PTT) padi sawah (BB Padi 2007). PTT menggabungkan semua komponen usahatani terpilih yang serasi dan saling komplementer, untuk mendapatkan hasil panen optimal dan kelestarian lingkungan (Sumarno dkk. 2000; Badan Litbang Pertanian 2008).  Produksi komoditas tanaman pangan berfluktuasi setiap tahun karena terjadi fluktuasi luas tanam dan panen yang dipengaruhi oleh  iklim, sedangkan produktivitasnya (hasil per satuan luas) cendrung meningkat akibat adanya peningkatan penggunaan teknologi pertanian antara lain cara tanam dan penggunaan pupuk organik. Penelitian ini dilaksanakan di Subak Munggu, Desa Munggu, Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung. Waktu pelaksanaan penelitian pada tanggal 18 Juli sampai dengan 19 Oktober 2011. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok (RAK) pola faktorial 4  ulangan. Faktor pertama adalah cara tanam yang terdiri dari : tandur jajar biasa 20x20 cm, sistem tanam Legowo 2 : 1, sistem tanam Legowo 4 : 1, sedangkan faktor kedua adalah jenis pupuk organik ( Enzimbiotan, Petroganik dan Bio Posfat alam).  Komponen teknologi lainnya dilakukan sama, seperti : bibit muda berumur 18 hari,  pengairan berselang (intermitten irrigation), pengendalian OPT secara PHT  pada seluruh petak percobaan.  Jumlah sampel tanaman tiap petak alami sebanyak 10 rumpun.  Sedangkan untuk parameter hasil gabah kering panen menggunakan ubinan berukuran 5x5 m.  Analisa data dilakukan sesuai dengan rancangan yang digunakan, sedangkan uji beda nilai rata-rata dengan uji BNT taraf 5%. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa interaksi perlakuan berpengaruh yang tidak nyata (P ≥ 0,05) terhadap seluruh parameter yang diamati. Faktor tunggal (cara tanam) berpengaruh yang tidak nyata (P ≥ 0,05) terhadap  sebagian besar parameter yang diamati kecuali tinggi tanaman maksimum dan jumlah gabah malai-1sedangkan faktor jenis pupuk organik berpengaruh nyata (P < 0,05) terhadap seluruh parameter yang diamati kecuali panjang malai, berat 1000 butir biji dan jumlah bulir hampa malai¯¹. Perlakuan pupuk Enzimbiotan memberikan hasil gabah kering panen per hektar sebesar 7,82 ton atau lebih tinggi  12,52 dan 13,17%  dibandingkan dengan perlakuan Petroganik dan Bioposfat alam masing-masing seberat 6,95 dan 6,91 ton.

Kata kunci : Respon, cara tanam,pupuk organik, pertumbuhan dan hasil


ABSTRACT

Ministry of Agriculture launched the National Rice Production Enhancement Program (P2BN) by the approach of Integrated Crop Management and Resources (PTT) rice (BB Rice 2007). PTT combines all components matching the selected farm and mutually complementary, to obtain optimum crop yields and environmental sustainability (Sumarno et al. 2000; Agency for Agricultural Research and Development 2008). Production of food crops fluctuate each year due to the widespread planting and harvest fluctuations influenced by climate, while the productivity (yield per unit area) tends to rise due to the increased use of agricultural technology, among others, a way of planting and the use of organic fertilizers. The research was conducted in Subak Munggu, Munggu Village, District Mengwi Badung regency. The timing of the study on July 18 until October 19, 2011. The design used was randomized block design (RGD) factorial pattern of four replications. The first factor is the planting method comprising: 20x20 cm tandur regular parallelogram, cropping systems Legowo 2: 1, cropping systems Legowo 4: 1, whereas the second factor is the type of organic fertilizer (Enzimbiotan, Petroganik and Bioposfat Alam). Other technologies do the same components, such as young seedlings were 18 days, intermittent irrigation (intermittent irrigation), weed control, pest and disease IPM in all experimental plots. The number of plants per plot sample of 10 clumps naturally. As for the dry grain yield harvest parameters using tile size 5x5 m. The data analysis carried out in accordance with the design used, while different test average value with LSD 5% level. The results of statistical analysis showed that the interaction of treatment effect is not significant (P ≥ 0.05) for all parameters were observed. Single factor (planting method) that do not affect significantly (P ≥ 0.05) on most parameters were observed except for maximum plant height and number of grain panicle-1, while the factors significantly affect the type of organic fertilizer (P <0.05) for all parameters were observed except for the length of panicle, 1000 grain weight of seed and number of grains panicle vacuum ¯ ¹. Fertilizer treatment Enzimbiotan dry grain crop yield of 7.82 tons per hectare or higher 12.52 and 13.17% compared with the treatment Petroganik and natural Bioposfat each weighing 6.95 and 6.91 tons.

Key words: Response, planting method, organic fertilizers, growth and yield


PENINGKATAN PRODUKTIVITAS JERUK SIEM KINTAMANI MELALUI PEMUPUKAN ORGANIK DAN TINGKAT PENDAPATAN YANG DITERIMA PETANI DI DESA BELANTIH, BANGLI
Oleh :
Ida Ayu Parwati dan Luh Gede Budiari

Balai Pengkajain Teknologi Pertanian (BPTP) Bali
Jl. By Pass Ngurah Rai, Pesanggaran, Denpasar Selatan, Bali, 80222
E-mail : n.suyasa@yahoo.com ; bptp_bali@yahoo.com


Abstrak
Penambahan bahan organik kedalam tanah pada siklus usahatani selain berdampak positif terhadap kesuburan lahan juga berdampak terhadap efisiensi terhadap penggunaan input luar. Limbah padat ternak setelah diolah melalui bioproses maupun konvensional, dapat dimanfaatkan untuk memupuk tanaman. Namun petani di desa belantih dalam pemanfaatan limbah ternak sebagai pupuk belum maksimal dan belum diolah sehingga produktivitas belum maksimal. Kajian ini bertujuan untuk melihat  peningkatan produksi pada tanaman jeruk setelah dilakukan pemanfaatan pupuk dari limbah ternak dan tingkat pendapatan yang diterima oleh petani setelah perlakuan. Kajian dilakukan di Desa Belantih dari tahun 2009 sampai 2011 melibatkan 30 orang petani koperator. Pendekatan yang digunakan dalam kajian ini adalah before and after. Parameter yang diamati dalam kajian ini adalah bobot buah per biji, jumlah buah per kilogram, bobot buah per tanaman dan bobot buah per hektar. Data dianalisis dengan t-tes. Untuk melihat tingkat pendapatan petani dilakukan analisis usahatani. Hasil kajian menunjukan terlihat bahwa bobot buah per biji mengalami peningkatan berat sebesar 33,11% setelah perlakuan, jumlah buah per kilogram setelah pengkajian meningkat 17,67%, bobot buah per tanaman meningkat 65,82% dan konversi ke hektar bobot buah  meningkat 65,82%. Biaya yang dikeluarkan per hektar pada tahun 2011 pada tanaman jeruk sebelumnya sebesar  Rp    13.590.425,53, total penerimaan petani sebesar Rp    33.617.012,28.  Setelah dikurangi biaya usahatani petani mendapatkan keuntungan Rp 20.026.595,74. Sedangkan pengeluaran biaya per hektar setelah menerpakan paket teknologi introduksi  Rp    28.534.042,55, dengan jumlah penerimaan sebesar sebesar Rp 83.617021,28. Setelah dikurangi biaya usahatani sebesar Rp 28.534.042,55, petani mendapatkan keuntungan Rp 55.082.978.72. Hasil ini menunjukkan bahwa tingkat pendapatan yang diterima petani setelah dilakukan perbaikan budidaya lebih tinggi dari sebelum introduksi walaupun ada tambahan pengeluaran biaya berupa upah tenaga untuk pengolahan pupuk, upah pemangkasan dan upah perawatan tanaman.
Kata Kunci : produktivitas, jeruk, pupuk organic, pendapatan


IMPROVING PRODUCTIVITY THE ORANGE KINTAMANI  THROUGH ORGANIC FERTILIZATION AND  INCOME LEVEL RECEIVED  OF FARMERS IN THE VILLAGE BELANTIH,BANGLI
Abstract
The addition of organic matter into the soil at the farm cycle other than a positive impact on soil fertility also affect the efficiency of the use of external inputs. Solid waste cattle when processed through bioprocess and conventional, can be used to fertilize crops. But farmers in the village belantih in the utilization of animal waste as fertilizer is not maximized and have not been processed so that productivity is not maximized.This study aims to see an increase in production of citrus after the utilization of manure from livestock waste and the level of income received by the peasants after the treatment. Studies conducted in the Village Belantih from 2009 to 2011 involving 30 people cooperator farmers. The approach used in this study is the before and after. Parameters observed in this study is the weight of seeds per fruit, number of fruit per kilogram, weight of fruit per plant and weight of fruit per hectare. Data were analyzed by t-test. To see the level of farm income of farmers carried out the analysis. The study results showed that the weight of fruit per visible grain weight increased by 33.11% after treatment, the number of fruit per kilogram after the assessment increased 17.67%, weight of fruit per plant increased 65.82% and the conversion increased to 65 hectares of fruit weight, 82%. The cost per hectare in 2011 to the citrus crop to Rp 13,590,425.53, the total revenue of Rp 33,617,012.28 farmers. After deducting the benefit of farmers farming costs Rp 20,026,595.74. While expenditures per hectare after the introduction of technology packages menerpakan Rp 28,534,042.55, with revenues amounting to Rp 83.617021,28. After deducting the cost of Rp 28,534,042.55 farming, farmers benefit Rp 55.082.978.72.These results indicate that the level of income received by farmers after the repair cultivation is higher than before the introduction, although there are additional expenses in the form of wage labor costs for processing manure, wage cuts and wage treatment plant.
Keywords: productivity, orange, organic fertilizer, income



PENGARUH  KONSENTRASI CaCl2 DAN VARIETAS KENTANG TERHADAP SIFAT FISIK DAN SENSORIS KERIPIK KENTANG (Solanum tuberosum L.)

Lailatul Isnaini dan PER. Prahardini
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur Jl. Raya Karangploso Km.4 Malang

ABSTRAK
Konsentrasi CaCl2 dan jenis varietas kentang merupakan dua hal yang harus diperhatikan dalam metode perendaman keripik kentang. Penggunaan konsentrasi larutan CaCl2 yang terlalu rendah akan menghasilkan keripik kentang yang kurang renyah bahkan liat, sedangkan penggunaan konsentrasi larutan CaCl2 yang terlalu tinggi akan menghasilkan keripik kentang yang berasa kapur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui varietas dan konsentrasi CaCl2 terhadap sifat fisik, kimia dan organolpetik keripik kentang. Penelitian menggunakan RAL dengan 3 ulangan. Perlakuannya adalah kentang varietas  Segunung dan Margahayu serta  konsentrasi CaCl2 (b/v) 0 %, 0,5 % dan 1 %. Parameter yang diamati adalah kadar air, kadar abu, kadar lemak dan uji organoleptik (warna, kerenyahan, aroma, rasa dan nilai kesukaan secara umum). Hasil analisa menunjukkan bahwa jenis varietas kentang dan konsentrasi CaCl2 berpengaruh nyata terhadap kadar air  (2,11%) dan kadar lemak (41,38%) keripik kentang sedangkan tidak berpengaruh nyata terhadap kadar abu (2,7%)  keripik kentang. Bahan baku keripik kentang yang terbaik menggunakan varietas Margahayu konsentrasi perendaman CaCl2 0,5 % akan memperoleh kripik kentang dengan tekstur  renyah, warna kuning kecoklatan, flavor enak dan aroma kentang yang kuat.

Kata kunci : Perendaman ,penggorengan ,  keripik kentang.


The  concentrates and kind the variety of chips influence to the quality of potatoes chips ( Solanum tuberosum L. )

ABSTRACT. The concentrates of  and kind the variety of chips, were two points that should be watched in submerge methods of potatoes chips. The use of lower  concentrates solution will produce the crispy less potatoes chips even rubbery, whereas the use of higher  concentrates solution will produce limed potatoes chip. The aim of this research is to knowing the potatoes chips qualities that influence by kind of variety and  concentrates to the physical, chemical and organoleptics characteristic. This research uses RAL with three repetitions. The treatment that uses was utilization potato in variety Segunung and Margahayu and  concentrates (b/v) 0%, 0,5% and 1%. Observable parameter was water contents, ash contents, grease contents and organoleptics test include color, texture, aroma, taste and general partiality point. Analysis results show that kind of potato variety and  concentrates have the real influence to the water contents (2,11%) and grease contents (41,38%) of the crisp whereas not really influence to the ash contents (2,7%) of the potatoes chips. The best basic substance of potatoes chips is Margahayu variety with 0.5%  concentrates will produce crispy potatoes chips, yellow brown color, real treat and strongly potatoes aroma.

Key words: submerged, frying, potatoes chips.



PENGARUH KONSENTRASI KARBOKSIL METIL SELULOSA (CMC)
 TERHADAP MUTU SARI BUAH  SALAK (Salacca edulis)
Lailatul Isnaini
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur Jl. Raya Karangploso Km.4 Malang

ABSTRAK
Upaya diversifikasi pangan telah banyak dilakukan masyarakat, salah satunya dengan mengolah salak  menjadi sari buah. Sari buah adalah cairan yang diperoleh dari memeras buah, baik disaring maupun tidak, yang tidak mengalami fermentasi dan dimaksudkan untuk minuman segar yang langsung dapat diminum dengan penambahan gula dan bahan tambahan makanan yang diizinkan. Sari buah salak yang disimpan sering mengalami pengendapan dan penurunan mutu. Salah satu untuk mencegah hal tersebut digunakan karboksil metal selulosa (CMC). Penelitian ini dilakukan di Desa Kademangan Kecamatan Pagelaran dari bulan Oktober sampai November 2011.  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi CMC yang terbaik pada pembuatan sari buah salak. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) diulang sebanyak 3 kali. Perlakuannya yang diuji adalah (1) tanpa pemberian CMC (control) (2) pemberian CMC yaitu 0,02 % (3) pemberian CMC yaitu 0,03%, (4) pemberian CMC yaitu 0,04% (b/v). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian CMC pada sari buah salak dengan konsentrasi yang berbeda berpengaruh nyata terhadap mutu sari buah selama penyimpanan 6 minggu. Perlakuan penambahan bahan karboksil metil selulosa (CMC) 0,04% memberikan hasil terbaik dengan nilai pH (4,59), kandungan vitamin C (7,29 mg/100g) dan kestabilan (88,78%).

Kata Kunci : Buah Salak, sari buah, CMC


THE EFFECT OF CONCENTRATION carboxyl methyl cellulose (CMC)
  QUALITY OF FRUIT SALAK SARI (Salacca edulis)

ABSTRACT

Diversification of effort has been made public, one of them by processing the bark into the juice. Juice is the liquid obtained from squeezing the fruit, whether filtered or not, who did not undergo fermentation and is intended for fresh drinks can be taken directly by the addition of sugar and food additives are permitted. Juice is stored fruits often have deposition and degradation. One of is used to prevent metal carboxyl cellulose (CMC). The research was conducted in the Village District Kademangan performances from October to November 2011. This study aims to determine the best concentration of CMC in the manufacture of cider fruits. The study design used was completely randomized design (CRD) was repeated 3 times. The treatment being tested are (1) without giving CMC (control) (2) provision of CMC is 0.02% (3) provision of the 0.03% CMC, (4) provision of CMC is 0.04% (w / v). The results showed that administration of CMC on fruits juice with different concentrations significantly affect the quality of fruit during storage of 6 weeks. Treatment of the addition of carboxyl methyl cellulose (CMC) 0.04% gave the best results with pH value (4.59), vitamin C (7.29 mg/100g) and stability (88.78%).

Keywords: Snak fruite, juice, CMC  


UJI SUBSTITUSI PUPUK BOKASI DAN NPK (SUPERTANI ) DALAM UPAYA PERBAIKAN  BUDIDAYA PADI SAWAH       DI KABUPATEN MADIUN
Luluk Sulistiyo Budi1, Sukar1 dan Djoko Setyo Martono1
University of Merdeka Madiun. Serayu  Street, No. 79 Madiun.    
 E-mail: luluksb@yahoo.co.id,


Abstrak

Keberhasilan program swasembada beras sangat ditentukan oleh meningkatnya produksi padi, namun demikian akhir-akhir ini sering terjadi permasalahan tentang kelangkaan pupuk makro anorganik yang beredar dimasyarakat sehingga diperlukan alternatif strategi yang efektif dan efisien.  Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan paket teknologi budidaya melalui pemupukan yang berimbang dengan mengkombinasikan penggunaan pupuk bokasi dan NPK supertani sebagai  pengganti pupuk  UREA, SP36 dan KCL atau NPK lain yang di rekomendasikan. Metode penelitian menggunakan RAK  dengan satu  faktor yaitu kombinasi pemupukan berimbang terdiri dari 3 formula  (UREA + NPK supertani) A (150:10),  B (200:10), C (250:10),dan 3 formula  (Bokasi + NPK supertani)m, yaitu  E ( 3000:10), F (4000:10) dan G kontrol (UREA 400, SP-36 150,dan KCL 100). Hasil penelitian menunjukkan beda nyata  terhadap parameter tinggi tanaman, sedangkan parameter produksi tidak menunjukkan perbedaan yang nyata Hipotesa diterima, terutama pada parameter produksi bobot GKS (gabah kering sawah) dan bobot GKG (gabah kering giling) dibandingkan dengan kontrol. Nilai rata-rata GKG tertinggi di capai oleh perlakuan C (Urea 200;10 kg NPK supertani) sebesar 8,6 ton/Ha, sedangkan kontrol  hanya 7,8 ton/Ha. Sedangkan  pada kombinasi bokasi dan NPK (supertani) nilai rata-rata GKG tertinggi 7,0 ton/Ha, namun trendnya masih naik, dan diduga penggunaan dosis bokasi masih dapat ditingkatkan agar dapat memberikan manfaat.  Dengan demikian penggunaan bokasi dan NPK (supertani) potensial sebagai substitusi pupuk  dalam upaya peningkatan produksi padi.

Keyword : Substitusi, Pemupukan, Bokasi, dan Supertani, padi sawah



SUBSTITUTION TEST ON BOKASI FERTILIZER AND SUPERTANI (NPK) TO IMPROVEMENT  LOWLAND RICE CULTIVATION  IN MADIUN REGENCY  
Luluk Sulistiyo Budi1, Sukar1 and Djoko Setyo Martono1
1. Lecturer Faculty of Agriculture, University of Merdeka Madiun. Serayu  Street, No. 79 Madiun.     E-mail: luluksb@yahoo.co.id,

Abstract

Rice self-sufficiency program's success is largely determined by the increase in rice production, however, the recent common issues of macro inorganic fertilizer scarcity in circulation in the community so that the required alternative strategies that effectively and efficiently. The purpose of this study is the result cultivation technology package through a balanced fertilization by combining the use of fertilizers and NPK supertani bokasi instead of UREA fertilizer, SP36 and KCl or other NPK recommended. Methods of research using RGD with a combination of balanced fertilization factor is composed of three formulas (NPK + UREA supertani),ie A (150:10), B (200:10), C (250:10), and 3 formula (NPK + Bokasi supertani ), ie E (3000:10), F (4000:10) and G controls (UREA 400, SP-36 150, and KCL 100). The results show a real difference to the parameters of plant height, whereas the production parameters showed no significant difference hypothesis is accepted, mainly on the production parameters of the weight of GKS (unhusked rice) and dup weight (dry milled grain) compared to controls. The average value of the highest MPD achieved by treatment C (200 Urea, 10 kg NPK supertani) of 8.6 tonnes / ha, whereas the controls only 7.8 ton / Ha. While the combination bokasi and NPK (supertani) the average value of the highest MPD 7.0 tons / ha, but the trend is still rising, and the alleged use of bokasi dose can still be improved in order to provide benefits. Bokasi and thus the use of NPK (supertani) potential as a substitute for fertilizer in an effort to increase rice production
Keyword: Substitution, Fertilization, Bokasi, and Supertani, lowland rice.



Kemampuan Kompetisi Beberapa Varietas Padi Gogo Lokal Terhadap Gulma

Competitive Ability of The Local Dry Rice Field Varieties to Weed

Gayuh Prasetyo Budi *)
*)  Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Jl. Raya Dukuhwaluh PO BOX 202 Telp. (0281) 636751 Purwokerto 53182
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui varietas padi gogo yang biasa ditanam petani yang tahan terhadap kompetisi gulma.  Penelitian dilakukan di Desa Bojongsari, Kecamatan Kembaran, Kabupaten Banyumas dimulai bulan Juni 2011 sampai dengan Oktober 2011.  Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok 2 faktor dengan 2 ulangan.  Faktor 1. Varietas padi gogo, terdiri atas : Cere Prontol Bertugi, Genjah Pare, Mlati dan Situ Bagendit.  Faktor 2. Penyiangan gulma  terdiri atas : tidak disiang, disiang 1 kali pada umur 21 hst, disiang 2 kali pada umur 21 dan 42 hst, disiang 3 kali pada umur 21, 42, dan 63 hst dan disiang terus-menerus (bebas gulma).  Hasil penelitian menunjukkan varietas Mlati dan Situ Bagendit memberikan respon pertumbuhan dan hasil yang lebih baik dari pada varietas Cere Prontol Bertugi dan Genjah Pare pada perlakuan gulma yaitu varietas Mlati menghasilkan bobot gabah per rumpun : 39,87 g dan Situ Bagendit : 37,41 g per rumpun.  Varietas Mlati dan Situ Bagendit mempunyai kemampuan kompetisi lebih tinggi terhadap gulma, hal ini terlihat dari nilai kompetisi varietas Mlati dan Situ Bagendit secara nyata lebih tinggi yaitu : 1.35 dan 1.04. 

Kata Kunci : Kemampuan Kompetisi, Padi Gogo, Gulma.

Abstract
 
The objective of this research was to study dry rice field variety that is usual planted which has competitive ability against weed.  The experimental research was conducted at Bojongsari Village, Kembaran, Banyumas from June 2011- October 2011  The experiment used a Randomized Completely Block Design with 2 factors and 2 replications.  Factor 1. Dry Rice Field Variety, consisted of Cere Prontol Bertugi, Genjah Pare, Mlati and Situ Bagendit, Factor 2. Weeding, consisted of no weeding, once weeding in 21 days after planting (21 dap), twice weeding in 21 and 42 dap, three times weeding in 21, 42 and 63 dap, and clean weeding.  The experiment result showed that Mlati and Situ Bagendit give better response of the growth and yield  than Cere Prontol Bertugi and Genjah Pare in weed treatment that Mlati has an unhulled rice’s weight 39.87 g and Situ Bagendit is 37.41 g per stool.  Mlati and Situ Bagendit have better competitive ability to weed and it proves from Mlati and Situ Bagendit caused the highest for the competition value : 1.35 and 1.04.     

Key Words : Competitive Ability, Dry Rice Field, Weed.









1 komentar:

  1. Good News For Faperta Unmuh Jember... Go and Go Agriculture UMJ.

    BalasHapus